Kenapa kalian tidak berkomentar? 😭 berilah aku komentar atas kerja keras otakku (ಥ_ಥ) katakan apapun, aku akan menerimannya. Tapi jika itu mengkritik, imbangi dengan saran, ya.. Biar aku tau letak kesalahanku, dan bantulah aku memperbaiki kesalahanku. (◕‿◕✿)
.
.
.
Happy Reading ♡"Aku mau!"
Itu adalah Ani yang memekik saat Rendy menawarkan pilihan pulang atau masih mau naik wahana permainan untuk yang terakhir kali.
"Dermulen emang tepat sebagai penutup kebahagiaan. Ayo ke sana, Ndy! cepetan! antriannya nanti malah bertambah panjang! ayo, Ndy!" Sambil menunjuk ke arah wahana yang diinginkan, Ani menggupuhi Rendy.
Setelah mereka selesai dengan kuliner di sana, memenangkan sebuah tantangan berhadiah, dan mencoba beberapa wahana, hingga mereka melupakan waktu untuk malam ini. Saat hendak pulang pun, Ani meminta naik satu wahana lagi untuk yang terakhir kalinya. Lagaknya, gadis itu sudah lama tidak naik benda besar yang berbentuk lingkaran yang bisa memutar seperti roda dan tergantung beberapa benda berbentuk seperti jeruk berkulit warna lolipop yang di dalamnya ada ruang di sana. Ani sangat ingin menaiki wahana itu.
"Iya-iya, sabar napa, udah kayak bocah beneran kamu, yah." Adalah Rendy yang meringis lebar. Merasa gemas dengan sosok gadis yang ada di depannya, tapi ia mengesampingkan hal itu dulu. Langkahnya berjalan ke arah loket tiket wahana yang Ani inginkan, namun Rendy menyuruhnya untuk menunggu di belakangan antrian sebelum diselat oleh orang lain lagi.
Ani mengangguk. Mereka pergi ke arah yang berbeda. Sambil menggendong boneka sapi kecilnya, Ani pergi mengantri, sedangkan Rendy berjalan ke arah loket tiket. Kebetulan loket sudah lumayan sepi, tetapi antrian masih panjang. Hingga Ani menjadi orang terakhir yang ada di antrian. Mungkin ... nanti mereka akan naik wahana bersama dengan kelompok antrian yang terakhir, karena tempat di sini juga akan segera tutup jika mengingat waktu yang sudah larut malam.
"Kamu emangnya nggak apa-apa pulang malem gini?" Rendy sudah kembali, dia ikut mengantri di sebelah kiri Ani. "Emangnya nggak dimarahi orang tua?" tanya Rendy lagi.
"Nggak, kok. Orang tua juga lagi nggak di rumah." Yang benar suaminya sedang tidak ada di rumah.
"Beneran nggak masalah pulang malem?"
"Nggak." Tapi nyinyir tetangga mungkin akan menjadi kekhawatiran Ani.
Ah, sudahlah. Untuk kali ini saja Ani akan persetan dengan yang namanya tetangga. Dia ingin merasakan kebahagiaan untuk malam ini.
Oke. Rendy manggut-manggut saja. Mereka masih mengantri. Terus seperti itu, hingga sepuluh menit berlalu, dan gantian kelompok antrian mereka yang akan naik. Sampai pada bokong kedua manusia beda jenis itu saling menempel di tempat yang berbeda tapi satu ruang. Hingga dermulen itu bergerak perlahan memutar. Dan saat milik Ani dan Rendy sudah hampir berada di atas, Ani menoleh ke arah kanan jendela--yang subhanallah sekali--dia bisa melihat seluruh kota dari sana. Kedua mata cantik gadis itu berbinar kagum. Sedangkan Rendy yang masih saja diam mengamati duduk anteng di tempatnya. Diam-diam mengukir senyum sabit di bibirnya, menatap tingkah gadis yang ada di depannya.
"Kayak bocah banget, sih. Nggak pernah naik dermulem, ya?" tanya Rendy saat wahana sudah berhenti di atas. Dan Ani menoleh karena merasa tidak terima diledek sebagai apa tadi? bocah?
"Enak aja! aku pernah naik ini, kok," sangkalnya.
Sambil mengerucutkan bibirnya, Ani memalingkan pandangannya ke arah lain lagi. Masih mengaggumi betapa cantiknya lampu-lampu kota yang dia tinggali. Di bawah sinar rembulan dan penuh bintang malam.
Rendy mendengkus samar. Masih menatap sosok gadis di depannya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
"Kapan terakhir naik?" Kalem Rendy bertanya.
"Eum ... mungkin sekitar aku umur enam tahun," jawab Ani tanpa menoleh. Kedua mata cantiknya lebih tertarik pada pemandangan di balik jendela.
Hingga Rendy ikutan mengarahkan netra cokelatnya pada pemandangan yang sama dengan gadis itu.
"Udah lama, dong?" tanya Rendy sekali lagi.
"Iya, makanya aku pengin naik lagi."
"Terakhir naik sama siapa?"
"Sosok laki-laki yang sangat aku sayang."
Rendy langsung menoleh. Menatap Ani dengan sedikit kernyitan di dahinya.
"Siapa?" Vokalnya masih terdengar kalem.
Ani menghela napas. Kedua sorot matanya masih stay di posisi semula. Tidak langsung menjawab. Ani seakan sedang mengingat sesuatu dalam diamnya. Hingga dermulen yang mereka naiki pun bergerak turun secara perlahan.
"Ayahku lah!" Sambil menoleh, Ani juga tersenyum manis pada Rendy. Hatinya benar-benar sangat bahagia malam ini.
Laki-laki yang sedang tahap masa pubertas itu sempat tertegun kecil. Entah bagaimana, tapi dia bisa merasakan kehangatan di hatinya saat melihat senyuman dari gadis cantik di depannya.
"Gitu, ya?" pelannya.
Ani mengangguk. Masih mempertahankan senyumannya, gadis itu terlihat begitu bahagia malam ini.
"Berarti ..." gumam Rendy yang menggantung. Rendy sedang merangkai kata dalam diamnya. "Karena aku adalah laki-laki kedua yang naik wahana ini sama kamu, apa aku boleh jadi sosok laki-laki kedua yang kamu sayang itu, An?"
Ani tercekak. Senyumannya langsung menghilang seketika. Kedua pasang mata bening mereka masih saling bertemu. Tatapan Rendy yang terlihat begitu dalam dan bermakna, tetapi hal itu sulit untuk Ani jelaskan. Ani terhanyut oleh tatapan Rendy. Rasanya seakan jatuh ke dasar laut yang dalam, Ani tidak bisa berpikir jernih saat ini. Jantungnya berdebar melebihi batas normal. Darah dalam tubuhnya seakan mendidih, dan entah karena alasan apa, tanpa mengalihkan pandangan, kesepuluh jari tangannya mencengkram erat boneka sapi yang ada di pangkuannya saat ini.
Singkatnya, Ani seperti sulit untuk mengendalikan perasaannya sendiri.
Apa ini?
"Ren--" Suaranya terhenti saat dermulen mereka sudah ada di bawah. Hingga petugas wahana membukakan pintu tempat mereka berada, namun mereka masih diam dalam dunia seakan milik berdua.
Hei Ani, sadarlah!
Ani mengerjap dua kali, dia pun segera menepis pemikiran seperti itu. Ya.
"Kita harus turun, Ndy." Adalah suara Ani yang menyadarkan dunia bagai milik berdua mereka.
to be continued.
Double update loh ...(◕‿◕✿)pleasee... Katakan sesuatu... Kalian nggak kasih komen atau saran, aku jadi bingung buat lanjut kek gimana:'
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN ✔
Teen FictionSeperti pepatah yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Hubungan pernikahan yang di dasari hanya dengan komitmen, dan bermodal perjodohan. Apakah hubungan itu akan langgeng? Jangan kira setelah menikah, semua akan terasa lebih mudah. Apalagi...