[31] : Mulai Ketahuan🌚

473 39 0
                                    

"Jadi alasan kamu maksa ajak aku ke Korea biar bisa ketemu sama cinta pertamamu, gitu?!"

Gadis itu melotot marah.

"Kalau kamu mau ketemu dia, silahkan! tapi nggak usah ngajak aku, bisa?"

Orang yang limited dengan ekspresi--kecuali pada Hana--pun sekarang menunjukkan beberapa ekspresinya pada Ani.

"Kamu ini apa-apaan? kenapa lari begitu saja? kalau Hana nyari kita--"

"KAMU YANG APA-APAAN?!"

Gadis itu memekik. Dia sudah tidak tahan lagi. Napasnya mulai menggebu. Suhu tubuhnya pun memanas. Padahal, suhu cuaca sangat dingin. Ah iya, Ani kan sedang sakit.

"Kalau kamu mau pergi, pergi aja! nggak usah ngajak aku, biarin aku pulang ke hotel."

Kemudian Ani berbalik dan melangkah pergi.

Tapi Azib mengejar, lalu menahan lengan kanannya.

"Ani--"

"Lepasin!"

Gadis itu menepis kasar tangan kiri Azib. Berbalik dengan sorot mata yang penuh dengan cairan air mata--tapi belum terjatuh. Mungkin bisa dibilang, Ani akan menangis. Apa karena sakitnya? Tapi sakit yang mana?

Azib yang biasa hanya memandang datar, malam ini dia memiliki ekpsresi di depan Ani.

Hei! Azib itu laki-laki teraneh yang pernah Ani temui. Kenapa Tuhan memberikannya jodoh seperti dia?

Iya kalau jodoh, tapi kalau bukan?

"Aku nggak peduli, ya. Kamu pergi, aku nggak ngelarang. Tapi please, nggak usah ngajak aku." tegas Ani. "Aku capek. Aku mau pulang ke hotel buat istirahat."

Karena Dia sedang sakit, kan, hari ini.

"Katanya kamu mau makan?"

"Nggak napsu!" ketus Ani membalas.

🌸🌸

Sedangkan di Negara Indonesia, saat waktu menunjukkan pukul lima sore. Ada kejadian yang perlu diketahui.

"Apa?!"

Sepulang ngampus, lebih tepatnya di depan area kampus, ada dua human berbeda jenis saling bercakap.

"Iya, dia nggak masuk karena ada urusan keluarga di luar Negeri."

Pernyataan dari Lilis, saat membalas pertanyaan Rendy soal keberadaan Ani.

"Tapi ... malam dua hari lalu gue ke rumahnya, kok. Dan dia masih di sana. Katanya sih keluarga masih ada di luar kota."

Lilis sempat terkejut. "Kamu serius ke rumah Ani? rumah yang mana?" Dia merasa panik sendiri.

Rendy tidak langsung menjawab, dia sempat mengernyit heran menatap tingkah Lilis.

"Lo ngapa, dah? rumah yang mana lagi kalau bukan rumah saat gue ngantar dia pulang?"

Lilis menelan salivanya sendiri.

"Terus reaksi Ani gimana?" Dia panik, tapi juga merasa penasaran.

Kedua mata Rendy memicing pada Lilis. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan? Atau hanya perasaannya saja?

"Awalnya kaget, tapi bisa dibilang b aja, lah! orang gue nggak macem-macemin dia, kok. Gue cuma ngantar ketoprak buat dia makan," jawab Rendy.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang