"Seoul?"
"Korea Selatan?"
"Kandangnya cogan kita?!"
"Serius?!"
Ani mengangguk.
"Iya, ngapain juga aku bohong ke kalian?"
Ani menjawab setelah mendapatkan pertanyaan bertubi dari Ina, Wulan, Lilis, lalu Ningsih.
"Senengnya bisa ke sana! aku juga mau ke Seoul! huhuhu ..." pekikan dari sahabat Ani yang paling muda dan paling kecil.
"Sama ... enak, ya, beruntung banget kalau jadi Ani bisa jalan-jalan ke Seoul." Dia adalah Ina.
"Kok dia tiba-tiba ngajak kamu ke sana?" tanya Wulan curiga. Lagaknya dia penasaran dengan kisah rumah tangga sahabatnya ini.
"Pasti Azib ada maunya, kan?" Kali ini Lilis yang berkomentar.
"Yah ... gitu, deh. Kemarin tuh, Mamanya ngasih tiket liburan ke Azib buat kami," terjeda, Ani melirik sahabatnya satu-persatu. "Katanya ... itu tiket buat kami pergi honeymoon di sana," lanjutnya berbisik ragu.
Semua menoleh pada Ani. Shock. Wulan tersentak, Lilis melongo, Ina menyembur minumannya, Ningsih ... Masih kecil.
"Kamu bercanda ya, Ni?!" Adalah Lilis yang buka suara duluan. "Kalian mau buat anak di sana?! inget umur kamu masih muda, helo!"
"Woi! jangan ngawur kalo ngomong, anjir!" seru Ani membalas. "Nggak, lah! mana ada aku buat anak sama Azib, no! Aku sama dia cuma pergi liburan aja. Lagian ... dia juga ada urusan di sana. Katanya gitu," jelas Ani.
Semua kawanannya hanya manggut-manggut saja. Meskipun merasa sedikit ragu.
"Ya kirain kan maunya gitu. Yang aku tau, maksud dari kata honeymoon, kan, bikin anak." Lilis berkomentar.
Mereka berlima sedang berada di rumah Lilis. Sepulang dari kuliah, mereka mampir main ke sana. Dan sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu--Ani, Wulan, Lilis--mereka duduk berjejer di sofa panjang. Dan Ani menjadi penengah. Sedangkan Ina dan Ningsih duduk berjejer di kursi panjang depan tiga serangkai.
"Nggak! tiket itu dikasih Mama Amel emang untuk kami honeymoon, tapi bukan berarti aku sama Azib bakal ngelakuin itu jug-- arkh! please, deh, kalian mengertilah hubunganku dengan Azib!" Ani frustasi.
"Hei, hei, tenang markonah!" celetuk Ina. "Bukan cuma sifat Azib yang bisa dingin, tapi es sirup dulu biar adem. Nyoh!" Ina menyondorkan segelas es sirup pada Ani, tapi ditolak oleh Ani.
"Nggak haus, makasih."
"Oke."
"Hei, Ni." Lilis memanggil.
"Hm?" Ani menoleh pada Lilis.
"Jangan lupa bawa oleh-oleh bities, ya, kalau pulang ke Indonesia," ujar Lilis.
"Kalau ketemu, yah," jawab Ani meringis. "Entar aku bawa foto selfie bareng mereka, terus pamerin ke kalian." Kemudian Ani tertawa.
Yang lain menyoraki kesal, tapi Ani menikmati kekesalan sahabatnya.
"Enaknya yang udah nikah bisa pergi liburan sama suami, yah." Kali ini Wulan buka suara.
"Yah ... coba aja kamu minta cepet dihalalin sama Yubi, terus pergi deh, jalan-jalan kayak aku." Ani meringis. Dia mulai menyombongkan diri.
"Oke. Percaya yang udah nikah," celatuk Ina. Sedangkan Ani dan yang lain tertawa.
Seperti itulah percakapan kelima sahabat. Mereka membahas apapun yang bisa membuat tertawa hahaha-hihihi-hehehe-wekaweka. Tidak peduli mau lelucon garing, tetap saja mereka tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN ✔
Teen FictionSeperti pepatah yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Hubungan pernikahan yang di dasari hanya dengan komitmen, dan bermodal perjodohan. Apakah hubungan itu akan langgeng? Jangan kira setelah menikah, semua akan terasa lebih mudah. Apalagi...