[07] : Pengantin baru

671 89 5
                                    

Masih di kamar yang sama. Gadis itu menikmati tidur lelapnya di atas ranjang yang terasa nyaman, empuk, dan hangat. Tingkah tidurnya sangat sama dengan julukannya yang dibilang bar-bar.

Andai ukuran ranjang itu tidak panjang dan lebar, pasti gadis itu sudah tergeletak di lantai yang keras dan dingin. Andai di sampingnya ada orang lain, pasti orang lain itu mengumpat dalam hati kepada gadis ini.

Iya, Ani. Masih terlelap dengan tidurnya, sementara hari sudah berganti. Meskipun matahari belum sepenuhnya menampakkan diri, tetapi ... dengan statusnya yang sekarang, harusnya dia sudah bangun, kan?

Jika saja Mamanya tahu kelakukan Sang anak gadisnya, Mama Adelia pasti sangat malu. Malu kepada keluarga Sang laki-laki, bahkan diri sendiri. Tentu saja, Ani kan sudah menikah, harusnya dia bisa bangun lebih awal dari suami, kan?

Iya, harusnya begitu. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki image. Mumpung matahari masih belum nongol. Ani yang biasanya dibangunkan Sang Mama saat subuh, sekarang dia harus bangun sendiri.

Ayolah! Jangan pikir Ani hanya gadis bar-bar yang bodoh dan tidak berguna. Ani tidak seperti itu, kok, meski hanya 10%.

Oke. 90%-nya Ani memang seperti itu, tetapi bukan kah masih ada 10% lainnya.

"Engh ... berisik banget, sih ..."

Merasa terusik. Ani mulai mengerjapkan dua matanya, meski kepalanya masih terasa pusing karena Ani hanya tidur selama 4 jam.

Ani mengambil handphone yang awalnya ada di bawah bantal, sekarang berpindah posisi di bawah kakinya.

"Emang udah jam empat, ya?"

Perlahan Ani menyipit ke arah handphone yang sempat dia jadikan alarm untuk bangun.

"Eh, anjir, lah! kok sekarang udah jam enam aja, sih!"

Melotot. Merasa shock. Kenapa bisa kesiangan, sih?!

Ah iya, tentu saja. Alarm handphone bukan lah Sang Mama Adelia yang bisa membangunkan Ani dengan tindakan hujan air kamar mandi.

"Subuhanku, ish!"

Mengomel sendiri. Ani segera turun dari ranjang, dan berlari ke arah kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Kebiasaan seseorang memang tidak dapat dihilangkan, tetapi ... setidaknya masih bisa dikurangi, kan?

🌸🌸

Malu-maluin! Suara batin Ani menjerit. Canggung banget. Ani berbicara dalam hati sedari tadi. Ani masih belum mandi, masih memakai piyama doraemonnya. Sedangkan sosok lelaki yang ada di depannya sudah terlihat segar dan sangat rapi dengan pakaian jas kantor.

Mereka berdua sedang berada di satu meja untuk sarapan. Ani dan Azib. Kedua kalinya bagi mereka untuk makan bersama di satu meja setelah pengalaman di warung bebek pinggir jalan.

"Kenapa tadi subuhan nggak bangunin aku?" Ani mencoba bertanya di tengah suasana makan. Meski rasanya malu, ingin sekali Ani mengkreseki wajahnya saat ini.

Tentu, apa ini terlalu SKSD--Sok Kenal Sok Dekat?

"Suara alarm yang berbunyi tiga kali apa itu belum cukup?" pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan.

"Eh?" Ani mendongak. Menatap Azib yang masih sibuk dengan makananya. Kok rasanya Ani menyesal telah bertanya, ya?

Di suapan terakhir, Azib selesai dengan makananya. Sedangkan sarapan Ani masih sisa setengah. Mereka sarapan dengan masakan yang dimasak oleh Azib.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang