Kesepakatan

79 5 0
                                    

"bagi kalian itu mungkin cuma barang tapi bagi aku itu sangat berharga, karena itu adalah pemberian dari orang yang paling ku cinta dan sayangnya orang itu telah pergi untuk selamanya."

********

Viona berlari masuk ke dalam rumah dengan baju yang sedikit basah terkena rintikan hujan.setelah melepas kedua sepatunya ia berjalan ke ruang keluarga karena disitulah tangga menuju kamarnya berada. di lihatnya kakek, supir serta pengurus rumah bibi Hani tengah mengobrol sambil menikmati minuman hangat dan cemilan.

"Lho bukannya pak Jono lagi sakit perut, kok malah minum kopi. seharusnya kan minum oralit atau air rebusan daun jambu biar sakit perutnya sembuh"Viona melihat sopirnya penuh selidik

pak Jono gelagapan ia bingung hendak menjawab apa kepada cucu majikannya yang datang tiba-tiba

" Eh itu anu " pak Jono menepuk-nepuk perutnya

"Kamu kebiasaan ya datang tiba-tiba gak ngucap salam,main interogasi supir kakek lagi"Irawan menyahuti cucunya

"Ya maaf Viona buru buru soalnya baju Viona basah. mana Viona tau kalau kakek udah pulang. pak Jono juga katanya sakit perut harusnya kan di kamar mandi bukan di sini"

Viona menyindir supir kakeknya, tentu saja ia kesal terhadap sang supir karena telah membuat ia menunggu lama seperti orang bodoh.

"pak Jono enggak sakit perut, tadi kakek yang minta dia bilang gitu sama kamu"ucap Irawan kemudian membela supir pribadinya.

Viona mengernyit heran mendengar ucapan kakeknya seraya berseru

"kenapa harus bohong segala sih kek, kalau nggak bisa jemput nggak papa aku bisa naik taksi kok"

"kakek ngelakuin itu supaya kamu berubah pikiran dan mau beli mobil sendiri. kamu nggak suka nunggu kan jadi kakek suruh pak Jono nggak jemput kamu." Irawan menjelaskan maksud dan tujuannya

Viona menghembuskan nafasnya "masalah itu lagi,kan aku udah bilang sama kakek aku nggak beli mobil karena aku nggak mau sepeda dari kak Vino nganggur nggak kepake"

Irawan membenarkan letak kacamatanya yang melorot "kamu masih bisa pakai sepeda itu kalau mau olahraga, kakak kamu di atas sana juga pasti memaklumi"

"tapi kek.."

Irawan segera memotong ucapan Viona sebelum Viona menyelesaikannya.

"nggak ada tapi-tapian, kamu udah kapok kan tadi nunggu lama.sekarang gimana kamu pasti udah setuju buat beli mobil sendiri."Irawan menatap cucunya penuh harap.

"Aku masih belum mau"sahut Viona

"Viona ini untuk kebaikan kamu juga, kakek gak mau Kamu kecapean pulang pergi ke kampus naik sepeda."

"apalagi sekarang musim hujan, kamu mau kehujanan di jalan terus sakit.kakek itu khawatir sama kamu Viona"

Irawan tampak frustasi dengan sikap keras kepala yang di miliki cucunya.Viona melangkah menghampiri kakeknya dipeluknya pundak sang kakek untuk sedikit menenangkan.

"Kakek tenang aja, untuk sekarang aku nggak naik sepeda ke kampus karena udah ada yang antar jemput aku"

Irawan melihat ke arah Viona dengan raut penuh tanya
"emang siapa yang mau antar jemput kamu ke kampus"

"teman Viona" jawab Viona singkat

"teman kamu tuh namanya siapa, tinggalnya di mana orang tuanya juga siapa. jangan asal mau menerima tawaran orang buat antar jemput kamu.kalau kamu diculik nanti gimana, kamu mau"

Irawan mencecar Viona dengan banyak pertanyaan.tentu saja Viona bukannya menenangkannya justru malah membuatnya semakin tak tenang.

menanggapi pertanyaan dari sang kakek Viona hanya mampu menelan ludah.

"Tuan jangan ditanya tanya dulu Viona nya kasihan, itu baju sama rambutnya basah nanti kedinginan masuk angin lho."

Bibi Hani datang dan menyelamatkan Viona dari rentetan pertanyaan yang di ajukan oleh kakeknya. Viona akhirnya bisa bernafas lega,bibi Hani menyerahkan handuk kecil kepada Viona yang menerimanya dengan tangan terbuka.seraya menatap ke arah kakeknya dengan sebal.

"ini semua karena kakek bi, Viona jadi kehujanan"sambil mengusap-usap rambutnya yang sedikit basah dengan handuk pemberian bibi Hani.

"kok jadi kakek yang salah" Irawan membantah tuduhan cucunya

"itu semua karena salah kamu sendiri,kamunya yang susah diatur" lanjut Irawan

"Viona bukan susah diatur Viona cuma.." ucapan Viona terhenti kala Bi Hani memotongnya

"Sudah sudah nanti lagi ributnya, Viona sebaiknya kamu naik ke atas.langsung mandi ya nanti Bibi bikinin minuman hangat, kamu mau apa?"tanya bi HAni melerai perdebatan cucu dan kakek tersebut

"Iya bi aku juga udah kedinginan nih,aku mau coklat panas ya bi"

Viona menuruti perintah bi Hani ia bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya berada.

"eh nggak bisa gitu dong,Kamu belum jawab siapa yang antar jemput kamu nanti Viona kasih tahu kakek dulu " teriak Irawan

sang cucu hanya menoleh sebentar sembari terus menapaki anak tangga
"yang pasti dia manusia kek" jawab Viona sambil berlalu

mendengar jawaban dari Viona Irawan hanya bisa merenggut kesal. "Kakek juga tahu dia manusia mana ada kera yang bisa nyetir" gumam Irawan.

sayangnya gumaman Irawan tidak dapat didengar Viona. karena Viona sudah menghilang di balik pintu kamarnya.

pak Jono yang mendengar gumaman sang majikan berseru "Pak bukannya nenek moyang kita itu kera ya, berarti sama dong kera juga bisa nyetir"

"kamu aja yang jadi manusia kera saya nggak mau " sahut Irawan seraya mengesap teh hijau dari gelas yang sudah mulai mendingin.sementara sang supir hanya menelan ludah kasar mendengar jawaban dari majikannya itu.

Drowning In SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang