Pelampiasan amarah

62 5 0
                                    

Viona pov

Aku berjalan dengan langkah lebar,kakiku bahkan sudah ku hentakkan agar aku bisa menyalurkan emosi ku walau hanya sedikit.sepanjang jalan aku merutuk dalam hati.

"Kenapa dosen gendut itu membawa bawa orang tuaku hah!"

"Kenapa? orang tuaku bahkan tak pernah peduli padaku,jadi percuma saja menghubungi mereka.itu malah akan semakin memperburuk aku di mata mereka."

aku marah kepada orang tua ku karena mereka telah mencampakan ku.aku juga marah pada diriku sendiri karena akulah yang menyebabkan hubungan kami retak.

dulu kami memang tidak terlalu dekat sebagai orang tua dan anak karena mereka yang selalu sibuk dengan pekerjaan.tetapi aku masih bahagia karena aku tinggal bersama mereka,bisa melihat mereka setiap hari dan mereka masih mengingat ku walau hanya sebentar.

Tapi sekarang apa? mereka bahkan tidak pernah menanyakan kabar ku sama sekali.mereka itu orang tua macam apa,orang tua yang tidak mempedulikan anaknya.

lebih baik aku tidak di lahirkan saja jika mereka tidak mau mengasihiku sama sekali. di buang oleh orang tua kandung sendiri itu sangat menyakitkan. aku tersiksa dengan perasaan ku sendiri,aku rindu mereka tapi aku juga benci pada mereka.

Lekas aku menghampiri pohon tempat aku biasa tertidur tapi kali ini aku tidak datang untuk melakukan hal itu.aku justru berdiri tegak di depannya tangan ku sudah terkepal hingga kuku-kuku jari ku terasa menusuk telapak tangan.

Ku layangkan kepalan tanganku meninju batang pohon yang keras sembari meneriakkan unek-unek yang ada di hatiku.

"Aku benci mereka!!!"

"Aku benci orang tua yang tidak bertanggung jawab"

"Aku benci mereka yang egois"

"Aku benci"

"Aku benci"

"AKU BENCIII"teriak ku dengan penuh emosi.

Aku tidak menghiraukan lagi jika ada seseorang yang mendengar teriakan ku ini.yang aku inginkan sekarang adalah menyalurkan kemarahan ku dan melampiaskannya dengan cara memukul batang pohon bertubi-tubi.aku tidak peduli jika tanganku akan terluka karenanya.aku hanya ingin menghilangkan sesak yang menghimpit dadaku.

Aku telah kehilangan kakakku untuk selamanya sekarang aku juga kehilangan keluarga ku yang lainnya.

"papa,mama,Viola kenapa kalian juga meninggalkan aku.kenapa meninggalkan aku sendiri , cobalah kalian yang ada di posisi ku sekarang.apa rasanya tidak sakit huh! Sakit bodoh,aku kesakitan sekarang hiks hiks"batinku

Aku baru berhenti meninju saat tangan ku mulai mati rasa dan mengeluarkan darah.ku tatap tanganku yang masih terkepal,darah menetes merembes ke sela sela jemari.

"Sakit ini tidak sebesar sakit yang ada di hatiku,sakit yang ada di hatiku ini rasanya jauh lebih perih"aku meracau sembari memukul dadaku.

Air mata menetes dari sudut mata dengan derasnya tanpa bisa ku tahan lagi.perlahan aku menyandarkan punggung ku pada pohon dengan lelah. Kali ini tanganku sibuk memukul diri sendiri.

"Aku benci diriku sendiri aku benciiii..."ucapku di iringi tangisan tubuh ku bergetar menahan tangis.

Entah sudah sebengkak apa mataku sekarang,aku terlihat sangat menyedihkan.aku benci melihat diriku yang lemah,ayolah kenapa aku harus menangisi mereka yang tidak mengingatku.bukankah yang kulakukan saat ini adalah kesia-siaan.tapi aku tidak bisa memungkiri perasaan ini,ini alami ada dalam jiwaku.

Siapakah di dunia ini yang sanggup kehilangan di waktu yang bersamaan.pikirkan saja aku dulu memiliki segalanya orang tua,kakak,saudara kembar teman teman dan bahkan bergelimang kekayaan.tapi semuanya tiba tiba saja lenyap dari hidup ku.aku seolah terusir dari hidup ku yang lama dan tercampakan ke kehidupan ku yang sekarang.

Jika tidak ada kakek yang menerima ku entah seperti apa jadinya aku sekarang.mungkin akan jauh lebih menyedihkan lagi di banding dengan keadaan ku saat ini.

Pikiran ku tentang kehidupan yang ku alami buyar saat aku merasakan getar handphone dari balik tas.sejenak aku membuka tas dan mengambil handphone dengan tangan yang berdarah. sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"TEMEN LO ADA SAMA GUE KALO LO MAU DIA SELAMAT DATANG KE GEDUNG DI DEKAT KOLAM RENANG KAMPUS SEKARANG JUGA"itu lah isi pesan yang berbau ancaman.

Aku berdecih jijik dengan orang yang mengirimkan pesan itu,siapa kira kira orang rendahan yang berani mempermainkan hidup orang lain ini aku akan memberinya pelajaran dengan tanganku.

Ku banting handphone yang ada di tangan ku ke tanah saking kesalnya.seraya mengusap wajah sembarangan untuk menghilangkan jejak air mata.aku lalu beranjak dari duduk dan lekas menuju gedung yang dimaksud.setelah berlari menuju gedung karena jaraknya yang jauh. akhirnya aku sampai juga meskipun dibanjiri peluh.

Aku memutar pandangan melihat sekitar dan mendapati orang itu sudah berdiri di tepi kolam dengan angkuh.

"Oh ternyata elo pelakunya" ucap ku dengan senyum miring merendahkan.

Sementara orang itu tersenyum penuh makna seolah memang sangat menantikan kehadiran ku.

********
Yoo Yoo guyssss kembali update.
Chapter ini full tentang perasaan Viona sorry kalo feel nya kurang ngena aku masih belajar.

Hayoo siapa yang bisa nebak orang yang ngirim SMS ancaman ke Viona siapa?

👆Here is the question, let's answer it

Drowning In SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang