Duka yang tak jua sirna

83 6 0
                                    

"jangan hanya terpaku pada rasa sakit mu sendiri cobalah lihat sekitar mu pasti ada orang yang lebih menderita tetapi ia menyembunyikannya karena ia berusaha terlihat tegar."

********

Irawan tengah bergelut dengan berkas-berkas yang menumpuk di hadapannya.walaupun ia sudah tidak terjun langsung ke dua cabang restorannya yang lain,namun ia tetap harus memantau perkembangan setiap restoran yang dikelolanya.tetapi kegiatannya harus terhenti kala seseorang mengetuk pintu dari luar.

"Permisi pak"ucap suara dari luar

"Ya masuk "balas Irawan

Wanita berpakaian layaknya sekertaris masuk dan berkata "di luar Ada yang ingin bertemu bapak"

"Siapa "

"Nyonya Ayunda pak"

"Suruh saja dia masuk"

"Baik pak akan saya panggilkan permisi pak"

Irawan hanya mengangguk sebagai balasan, tak lama berselang wanita lain masuk ke ruangan Irawan dengan setelan anggun nan elegan yang melekat pada tubuhnya,seraya mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan Irawan. Irawan bangkit dari kursi kerjanya setelah menutup berkas,ia berjalan menghampiri anak tertuanya.

"apa kabar ayah" tanya Ayunda membuka pembicaraan

"tidak perlu khawatir padaku aku selalu baik baik saja" jawab Irawan sedikit ketus ia memandang wajah anaknya lekat.

"Apa kau tidak mau menyelami tangan ayahmu setelah lama tak bertemu" sindir Irawan.

"bukan begitu ayah" sahut Ayunda menyela ia lalu mencium tangan ayahnya dengan canggung.

"Ada apa kau menemui ku bukankah selama ini kau selalu sibuk dengan duniamu,sampai kau tak pernah menemui ayahmu sendiri." Irawan kembali menyindir

"Maafkan aku ayah,akhir-akhir ini aku sibuk. aku sedang mengurusi acara amal yang disponsori oleh perusahaan suamiku, maka dari itu aku tidak bisa menemui ayah."Ayunda menjelaskan

"Oh ya, kau sibuk mengurusi acara amal untuk orang lain tapi tidak menghiraukan keluargamu sendiri,lucu sekali Ayunda."

Ayunda yang disindir oleh Irawan terus menerus akhirnya kehilangan kesabaran dan memprotes ayahnya.

"Jangan begitu padaku ayah"

"Lalu bagaimana, apakah aku harus mendukung mu mengurusi acara amal untuk orang lain dan menelantarkan anak sendiri. kau bahkan tidak menanyakan bagaimana kabarnya,sungguh sangat egois."

Irawan mengeluarkan unek-unek yang sudah lama di ia pendam. Ia kasihan pada cucunya yang tidak pernah lagi mendapat perhatian dari ibunya sendiri.

Ayunda terdiam kata-kata yang diucapkan oleh Irawan telak mengenai hatinya. sebagai seorang ibu ia merasa bersalah telah menelantarkan anak bungsunya.tapi ia terpaksa melakukan itu,hatinya akan sakit bila teringat bahwa anak lelaki satu-satunya meninggal dikarenakan oleh Putri bungsunya.dan agar ia tidak melampiaskan amarahnya pada putrinya itu,lebih baik untuk saat ini mereka saling berjauhan. setidaknya sampai luka di hatinya sembuh, tapi kapan?.

"kenapa kau diam,apa sekarang kau sudah menyadari kesalahan mu" tanya Irawan

"apa yang salah ayah,aku hanya melakukan apa yang menurutku baik"

"baik menurutmu,apa kau tidak sadar seberapa tersiksanya putrimu, kau hanya mementingkan perasaan mu sendiri.tapi apakah kau tahu bahwa di sini bukan hanya kau yang hatinya tersakiti,bukan hanya kau yang merasa kehilangan.putrimu berkali-kali lipat lebih tersiksa daripada kalian semua dan dengan teganya kalian malah menyalahkan dia" napas Irawan memburu

Drowning In SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang