Alona melangkah perlahan menuju perpustakaan, gadis itu berniat mencari buku untuk teori tambahan di skripsinya. Ia baru saja bertemu dosen pembimbingnya dan berniat langsung mengerjakan revisian yang baru pagi tadi didapatnya dari sang dosen. Lia dan Any sudah kembali lebih dulu hingga hanya manyisakannya sendiri.Perpustakaan tampak sepi, nampaknya tidak banyak mahasiswa yang berkunjung hari ini, dan situasi itu langsung disyukuri Alona yang lebih suka ketenangan ketika butuh konsentrasi. Ia masuk ke dalam perpustakaan dan langsung mengambil tempat di sudut ruang, ia sengaja karena hanya di tempat itu yang tidak terdapat mahasiswa lain.
Setelah menyimpan tas nya dan menyalahkan laptopnya, Alona lantas berdiri dan berjalan menuju sisi perpustakaan dimana buku-buku yang dibutuhkannya berada. Ia mencari di deretan paling kanan ruangan itu dimana salah satu buku yang berisi teori tambahan untuk skiripsinya berada, dan bertepatan dengan hal itu Kenzo muncul dengan stelan jas lengkap dengan sepatu fantofel yang menghiasi kaki jenjanganya. Ia masuk ke dalam perpustakaan sembari mengarahkan matanya ke seluruh penjuru ruangan, pria berjas itu langsung menarik perhatian orang-orang yang berada di ruangan yang sama. Wajah, cara berpakaian, dan postur tubuhnya nampak menarik perhatian orang-orang itu.
Kenzo hanya tersenyum ramah pada mereka, sebelum kembali melangkah perlahan menyusuri setiap deretan lemari berisi buku dalam perpustakaan itu. Setelah lima menit memutari sisi kiri perpustakaan, ia memutuskan untuk melangkah ke sisi kanan dan belum beberapa lama ia melangkah ia akhirnya menemukan objek yang dicarinya.
Dengan senyum yang dikulum ia melangkah perlahan menuju Alona yang tengah kesusahan mengambil buku yang berada di rak paling atas, gadis itu tengah menjinjit sembari tangannya menggapai buku tersebut. Sementara Kenzo yang tak menimbulkan suara apa pun akhirnya tiba tepat di belakang Alona, ia tidak bersuara dan memilih bersandar dengan santai sembari menikmati pemandangan di depannya.
"Sialan, Kenapa tinggi banget si?!" Alona mengumpat sembari menggerutu kecil yang masih dapat didengar Kenzo.
"Wah.. ternyata mengumpat sudah menjadi hobi kamu ya sekarang?" Kenzo akhirnya bersuara, Alona yang mendengar itu segera berbalik dan terkejut saat mendapati Kenzo sudah berdiri di belakangnya. Gadis itu nampak terpaku sebelum raut wajahnya berubah dingin, tanpa suara ia memilih melangkah pergi tak berniat menyapa pria yang diam-diam diakuinya semakin tampan dengan raut dewasanya.
Kenzo ikut melangkah dan dengan cepat menjajarkan langkah kakinya dengan langkah Alona.
"Apa kita sedang bermain permainan saling mengabaikan?" Tanya Kenzo dengan jenaka sembari menatap sisi samping wajah Alona.
"Apakah ada aturannya? Seperti dulu saat kita masih kecil? Tapi dulu sepertinya lebih banyak aku yang mengabaikan bukan kamu, jadi sekarang beritahu aku apa saja aturan yang harus aku lakukan jika jadi yang diabaikan?" Tanya Kenzo yang terdengar makin menyebalkan di telinga Alona.
"Apakah tidak boleh sama sekali menyerah? Kalau iya maka aku akan melakukannya dengan senang hati. Lalu apakah harus mengikuti kemana pun kamu pergi? Kalau iya maka tentu saja itu akan mejadi bagian favorit ku. Juga apakah aku tak boleh bersuara? Jika ia maka itu akan sangat bagus, karena aku hanya ingin menikmati menatap wajah mu tanpa sedikitpun bersuara." Ucap Kenzo, tatapan jenakanya menghilang digantikan dengan raut serius dan tatapan lembut, tampaknya ia tidak peduli dengan sikap dingin Alona.
"Dan tentu saja hadiah untuk ku jika aku berhasil melakukannya, iya kan? kalau mengingat masa lalu hadiah yang paling sering ku berikan pada mu jika berhasil dengan permainan ini adalah sebuah ciuman. Jadi jika aku berhasil maka aku akan mendapatkan ciuman dari mu. Hanya saja mungkin bentuk ciumannya akan berbeda Alona, tidak akan seperti saat kita masih kecil karena kali ini bukan kamu yang menciumku melainkan aku yang menciummu. Kita akan melakukannya di tempat yang sepi dimana tidak ada satu pun manusia yang akan mengganggu dan tentu saja dengan waktu yang lama karena aku sudah bertahun-tahun gila karena merindukanmu." Lanjut Kenzo dan ucapannya yang cukup fulgar itu berhasil menghentikan langkah Alona, gadis itu berbalik menyamping dan menatap Kenzo tepat di bola matanya. Wajahnya yang nampak mengeras menamba kesan dingin di wajahnya.
"Denger lo cowok sial! Mending lo pergi jauh dari hadapan gue sekarang, gue eneg, muak dan nggak sudi lo ada di dekat gue. Cowok sialan kayak lo hanya bawa sial di hidup gue! Jadi sebaiknya lo menyingkir, jijik gue liat muka lo!" Ujar Alona penuh kebencian, sementara Kenzo hanya menunjukan raut wajah santai, ia nampak tak tersinggung dengan ucapan gadis dingin di depannya, ia tahu Alona membecinya dan ia juga yakin rasa bencinya hanya sementara.
Ia tahu dengan pasti gadis seperti apa Alona, dia gadis berhati lembut dan sangat penyayang, ia tahu apa yang ditampilkan gadis itu saat ini hanyalah bentuk pertahanannya dari segalah sakit yang pernah ia alami dan Kenzo menyesal pernah menjadi bagian dari rasa sakit itu. Ia bertekad untuk tidak lagi meninggalkan gadis ini sendiri, karena walau Alona nampak kuat, ia tidak lebih dari gadis rapuh yang butuh sandaran dan Kenzo akan menjadi segalahnya untuk Alona tak peduli penolakan gadis itu.
"Aku tidak ingat dulu pernah ada bagian tolak menolak Al. Dulu kita akan melakukannya tanpa ada penolakan, ingat dulu kamu sering memaksa dan sekarang gantian aku yang melakukannya karena nampaknya memaksa adalah hal menyenangkan untuk ku lakukan pada mu saat ini yang sepertinya sedang merasa malu, padahal kau tak perlu malu Al, bahkan dulu aku sudah pernah melihat mu telanjang jadi untuk apa marasa malu untuk hal tak seberapa ini." Jawab Kenzo santai sembari mengedipkan matanya menggoda.
Alona semakin berang rasanya dia ingin meninju wajah menyebalkan Kenzo.
"Lo manusia sial nggak tahu malu! Mau lo apa hah!? Apa telinga lo nggak berfungsi sampai kata-kata gue nggak bisa lo mengerti!"
"Al apa tidak capek tarik urat terus?tidak capek menjadi emosi? Padahal kamu hanya tinggal buka tangan kamu lebar-lebar dan beri aku pelukan, maka kamu tidak perlu membuat capek diri sendiri. Kemari dan rasakan hangat tubuhku, aku bisa menenangkanmu." Ucapn Kenzo sembari dengan spontan menarik kedua tangan Alona mendekat pada tubuhnya tapi belum sempat tubuh gadis itu melekat padanya Alona sudah lebih dulu mengepalkan tangannya sebelum mengarahkannya pada dagu Kenzo dengan kuat.
"Aaa!!" Kenzo memekik kuat sembari memegang dagunya dengan kedua tangannya.
"Alona!" Pekiknya sembari melotot pada gadis itu, untuk pertama kalinya Alona tersenyum walau hanya senyum sinis dan mengejek.
"Gue udah bilang untuk menyingkir sialan! Sekarang terima akibatnya!" Ujar Alona sebelum melangkah pergi meninggakkan Kenzo yang masih meringis kesakitan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung..
halohaaa.. Apakabar semuanyaaaa 🤓 sebelumnya maaf banget sudah buat kalian menunggu terlalu lama😭 banyak hal di dunia nyata yang buat saya tidak punya banyak waktu cukup untuk up.. Maaf banget yaaaa, semoga dengan part ini buat kalian yang udah nunggu Alona dan Kenzo puas ya, mungkin aku bakal up lagi hari ini, tapi nggak janji tapi ditunggu aja yaa guys. Byeeeee..
Jangan lupa bintang dan komennya juga buat temen2 yang belum follow, please follow ya sebagai bentuk apresiasi kalian buat cerita saya 💞💞💞🤓🤘
Tengkyuuuu guys
Love
Miss One 🤓
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same
RomanceWARNING!! Adults Only! Terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan! Mohon bijaklah memilih bacaan. ** Ketika kau dikhianati oleh dua orang yang kau percaya sekaligus, orang yang dipercaya sebagai cinta pertamamu dan seseorang yang kau yaki...