1

12.8K 585 14
                                    

Jangan lupa Votenya guys, pencet bintang di sudut kiri bawah 😉🤓🤗

______________________________________

Gadis itu berjalan melewati hamparan bunga dengan warna merah yang mendominasi, tapi dia terlalu fokus pada bukunya hingga tidak punya waktu hanya untuk sekedar menengok tanaman indah itu.

Padahal orang-orang di sekitarnya rela berhenti dan membagi sedikit waktunya hanya untuk menatap bunga-bunga itu. Tapi untuknya, bunga-bunga itu tidak lebih dari sekedar aksesoris jalanan yang tidak penting untuk diperhatikan.

Dia tidak akan bersedia membagi waktunya untuk sesuatu yang  dianggap tak menarik dan tak penting.

Sejak usianya berada diangka dua belas, baginya bunga sudah bukan lagi hal menarik, baginya mereka adalah simbol dari kepalsuan dan penghianatan.

Dia tidak akan pernah mau berurusan dengan hal seperti itu lagi.

Saat gadis itu akan berbelok pada jalan setapak di depannya dia tiba-tiba berhenti karena sesuatu bergetar di dalam tasnya.

Dia menutup bukunya kemudian beralih membuka tas dan menemukan ponselnya yang berbunyi dengan layar terang serta sederet angkah  bertuliskan mama,  ia menatap layar benda pipi itu sebentar sebelum mengangkatnya dan kembali melangkahkan kakinya.

"Kenapa mam?" Suara serak lembut itu terdengar bersahut-sahutan diantara keramaian kota. Ia semakin menempelkan benda pipi itu melekat di telinganya karena suara berisik di sekitarnya sedikit mengganggu pendengarannya.

Dia berbelok dan terus melangkah sebelum berhenti di depan sebuah minimarket.

"Aku lagi di jalan mau beli pembalut, tadi Aleeza minta dibeliin, bocor katanya." Gadis itu masuk ke dalam minimarket dan langsung berjalan ke rak yang berisikan pembalut. Sebelum memilih ia menyimpan buku yang tadi ia baca ke dalam tas karena akan repot jika harus memilih benda itu ketika tangan mu keduanya digunakan secara bersamaan.

"Bentar mam, aku lagi repot ini. " Dia memasukan buku itu secara sembarangan ke dalam tas hingga kulit bukunya terlipat dan hampir sobek.

"Oh shit buku gue!" Dia menarik kembali buku itu dengan panik untuk mengechek apa kulit bukunya benar-benar sobek.

"Sorry mam, makiannya bukan buat mama. Ini buku ku hampir sobek." Dia menggigit bibirnya karena keceplosan mengumpat, ditambah kulit bukunya yang mengkerut dan sedikit sobek semakin membuatnya tak keruan.

"Bukan apa-apa. Kenapa mama telpon?" Gadis itu bertanya sembari mencari pembalut yang sering digunakan adiknya, dan saat menemukannya dia langsung mengambil lima buah untuk stok agar tidak direpotkan adiknya lagi membeli barang wajib yang seharusnya dimiliki wanita kapan pun dan dimana pun jika  bulan merah sudah menyerang.

Padahal dia sudah memberitahu adiknya agar memperhatikan tanggal ia didatangi tamu merah, agar selalu siap sedia. Jadinya sekarang dia yang harus direpotkan untuk membeli pembalut serta pulang ke rumah untuk mengambil rok seragam pengganti.

Padahal adiknya hanya tinggal ijin pulang bukan malah merepotkan dirinya seperti ini.

Nasip memiliki adik yang super rajin, Aleeza tidak akan rela meninggalkan pelajaran sedetik pun kecuali kalau dia jatuh pingsan dan tidak sanggup lagi belajar baru mungkin dia akan menyerah.

"Kenapa telpon mam?" Alona menyimpan kembali pembalut tadi kemudian berlalu mengambil keranjang untuk menyimpan barang belanjaannya.

Mungkin nanti dia akan menambah beberapa barang, berhubung peralatan mandi di rumah juga sudah hampir habis, jadi dia akan sekalian belanja.

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang