11

7K 664 102
                                    

"Menurut lo berdua kalau gue besarin anak ini sendiri, bisa nggak gue?" Any berucap sembari berbaring terlentang di atas tempat tidur milik Alona, sementara Lia dan Alona duduk  berhadapan di tempat tidur yang sama. Alona tak langsung menjawab, sejujurnya dia bingung harus menjawab apa, karena dia belum pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya.

"Kenapa? Lo nyerah nyari si brekngsek itu?" Dengan mulut yang terisi penuh cake Lia bertanya sinis, mungkin emosinya sudah reda tapi tidak dengan mulut sinisnya yang sejak tadi tidak bisa berhenti menyerang Any.

"Bukan nyerah. Gue hanya nggak mau benar-benar tergantung sama cowok itu. Biar bagaimana pun gue nggak yakin dia bakal tanggung jawab, kita nggak taukan apa yang akan terjadi saat ketemu Tama, bisa jadi dia bakal nolak gue dan anak ini. ya gue harus menyiapkan diri."

"Well.. Kalau lo merasa mampu, kenapa nggak? selama hamil, lo harus belajar jadi ibu yang baik, tapi untuk jadi ibu yang baik, nggak cukup hanya dengan omongan doang An. pertama lo harus mandiri dulu, karena kalau udah jadi ibu, lo nggak bisa ngerepotin orang lain. Lo liat aja deh bunda Anita, besarin Alona dan Aleeza sendirian, sungkem gi sama bunda." Ujar Lia yang membuat Any ikut duduk menghadap dua gadis itu.

"Gua tahu Li, gue punya cukup tabungan dari bisnis online shop gue, jadi gue nggak terlalu mikirin soal uang. Tapi yang paling gue pikirin itu orang tua sama perkuliahan gue. Gue nggak tau gimana harus ngasih tau mereka. Gue takut gue nggak bakal dianggap anak, ditambah keluarga besar gue, mereka pasti bakal ikut campur, dan kuliah gue pasti berantakan. Gue yakin gue bakal dijadiin bahan gunjingan." Any nampak kalut, memikirkan dampak yang akan terjadi karena kehamilannya membuat gadis itu gelisa dan ketakutan.

"Ya terus gimana dong? Gue juga bingung, kita masih sama-sama buta soal ini." Lia ikut gelisa, ia mengigit jarinya kawatir antara tak tega dan bingung.

Alona yang sejak tadi hanya diam saja, ikut merasakan kegeliasaan dua gadis itu, dia kasian pada Any tapi tak bisa berbuat banyak. Mereka sudah mencari ke semua media sosial dengan mengetik nama Tama dan mengechek satu persatu pemilik akun dengan nama Tama yang muncul, tapi mereka tidak menemukan pria itu dari satu pun pada akun-akun yang muncul. Hingga tiga jam mencari akhirnya mereka menyerah.

"Tuh cowok sebenarnya siapa si? Aneh banget. Setelah ngabisin waktu tiga minggu sama lo, dia malah menghilang kayak ditelan bumi. padahal selama tiga minggu itu lo berdua udah hidup kayak suami istri. Gue makin yakin sekarang kalau cowok itu penjahat kelamin alias hiper sex yang segala sesuatunya dia rencanaiin dengan baik setelah memilih target. dan target dia itu elo dan setelah dapat apa yang dia mau, dia menghilang dan mulai nyari target baru." Tukas Lia, gadis itu masih yakin dengan dugaanya, dia yakin pria itu adalah penjahatan kelamin dengan rencana yang terorganisir dengan baik dengan kata lain dia penjahat berpengalaman.

"Udalah Lia, lo nggak usah buat Any makin takut. Mending tu kepala dipake buat bantu mikirin jalan keluar ketimbang ngayal yang nggak-enggak." Ucap Alona dengan pandangan malas pada gadis itu, Lia hanya mendengus tanpa berniat membalas ucapan Alona.

Mereka bertiga terdiam, memikirkan langkah apa yang harus dilakukan, sudah dua hari Lia dan Any menginap di rumah Alona dan selama itu mereka berusaha mencari tahu dimana keberadaan pria bernama Tama itu. Mereka sudah berada di ambang batas kesabaran dan sudah tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat.

"Apa kita cerita ke bunda Anita aja guys?" Tanya Lia yang membuat Any dan Alona sontak mengarahkan pandangan secara bersamaan pada gadis itu.

"Buat apa?" Tanya Alona.

"You know.. Kita udah di ambang batas dan nggak tahu lagi apa yang harus dilakuin. Gue rasa dengan kita ngomong sama nyokap lo, dia mungkin bisa bantu, dan mungkin bunda bisa bantu ngomoning soal kehamilan lo ini ke orang tua lo Li. Mungkin kalau sesama orang tua yang bicara bakal lebih tenang kalau pun nggak bisa bantu ngomong paling tidak bunda bisa nemenin lo pas ngomong soal ini, bunda bisa jadi penengahkan." Jawab Lia.

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang