27

4.2K 566 74
                                    

Maaf saya tidak tepati janji buat update tiap hari, maklum kuota abis dan baru sya isi hari ini hehehe maaf ya.

Jangan lupa bintangnya dan komen yooo..

***

Anita duduk dengan tenang menatap pada Sarah yang tengah sibuk memesan makanan. Mereka tengah duduk di restoran yang tak jauh dari rumah Anita, mereka memutuskan untuk bertemu setelah Sarah memohon lewat telpon, wanita itu berkata ada hal penting yang ingin dia katakan dan karena Anita tidak punya alasan untuk menghidar dari wanita penyebab kandasnya pernikahannya dengan Damian, pada akhirnya Anita setuju.

Walau sejujurnya ia tidak menampik ada rasa penasaran di dalam hatinya atas apa yang akan dibicarakan wanita berparas ayu yang berada di depannya kini.

Sarah tersenyum sopan pada Anita sesesaat pelayan menggalkan tempat itu. Hanya ada mereka berdua di ruangan itu, karena Sarah memesan tempat khusus yang memungkinkan mereka dapat berbicara dengan leluarsa tanpa menghawatirkan orang lain akan mendengar.

Suasana restoran terlampau tenang, dan karena ruangan yang mereka tempati berada pada bagian ujung belakang restoran membuat kedua wanita itu dijauhkan dari segala keramaian, serta nuansa restoran yang cendrung gelap dengan cahaya lampu yang redup membuat Anita merasa sedikit terintimidasi dan gugup. Ia juga merasa sedikit terganggu dengan sikap ramah dan tenang Sarah.

"Sudah lama tidak berjumpa mbak." Sarah memulai masih dengan senyum ramahnya, wanita itu meneliti wajah Anita dan merasa terkesan dengan kulit Anita yang nampak tidak menua.

Anita hanya tersenyum simpul tanpa menjawab, ia hanya tak tahu harus merespon bagaimana. Ia tidak mungkin bersikap sok akrab dengan membalas sapaan wanita yang sudah merebut suaminya dengan sama ramahnya.

"Gimana kabarnya mbak? Sehat?" Lanjut Sarah lagi, Anita meneliti ekspresi sarah. Ia merasa bingung mengapa wanita itu bersikap seperti teman lama bukannya seseorang yang merasa bersalah atas apa yang sudah ia perbuat dahulu dengan mantan suaminya.

"Yah saya baik." Jawab Anita dengan ekspresi seriusnya. Tidak ada alasan baginya untuk tersenyum sama manisnya dengan wanita itu.

"Selama ini saya mencari keberadaan mbak, dan butuh beberapa minggu untuk mendapatkan nomor mbak Anita. Dan sehubungan dengan itu ada yang ingin saya bicarakan." Anita mengangkat kedua alisnya dan menatap pada Sarah, menunggu wanita itu melanjutkan ucapannya. Namun meneliti dari ekrepsi Sarah, nampaknya wanita itu sedikir gugup dan mungkin bingung harus memulai dari mana.

"Kalau mau bicara silakan, saya akan mendengarkan." Ucap Anita lembut, dan karena ketenangan yang nampak dari sikap Anita membuat Sarah merasa sedikit gugup.

"Eum.. Saya bingung harus mulai dari mana mbak. Saya takut mbak akan merasa tidak nyaman jika saya memulai dengan apa yang terjadi di masa lalu." Sarah mengepalkan tangannya yang berada di atas pahanya, ia merasa tak nyaman, rasanya ia ingin segera keluar dari situasi ini. Namun ia tidak mungkin pergi begitu saja karena dia harus menyelesaikan hal ini sesegera mungkin.

"Masa lalu? Untuk apa bicara masa lalu? Bukannya kita sudah berada terlalu jauh untuk bicara mengenai hal itu lagi Sarah." Mendengar namanya disebut secara langsung oleh Anita membuat wanita itu semakin tak nyaman, ketenangan yang ia bangun di awal sirna begitu saja. Padahal ia yakin pembicaraan mengenai masa lalu tak akan secanggung ini mengingat kejadiannya sudah sepuluh tahun lalu.

Anita berusaha setenang mungkin, ia tak ingin Sarah tahu bahwa hatinya masih terluka atas kejadian di masa lalu.

"Bukan begitu mbak, saya tidak bermaksud mengungkit. Saya hanya ingin meminta maaf atas perbuatan saya dengan mas Damian di masa lalu. Eum.. Dan juga ada yang ingin saya beritahu."

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang