30

4.7K 691 149
                                    

Alona terbangun dalam keadaan kepala sakit dan mata yang berkunang-kunang, rasanya seperti sesuatu menusuk kepalanya. Belum lagi bagian lengan kirinya yang juga terasa sakit, ia sempat tak mengingat apapun selama beberapa detik sampai ia tersadar apa yabg baru saja terjadi. Dia pingsan setelah berteriak pada ayahnya dan terjatuh dengan keras ke bawa lantai, pantas saja lengan kirinya sakit

Karena kesadarannya akan kejadian itu, Alona bangun dengan serentak, sebelum sesuatu yang perih dan asing terasa di salah satu punggung tangannya, dan ketika ia memeriksa apa itu, sebuah jarum infus sudah bersarang di sana. Ia mengkerutkan wajahnya, refleks untuk menajamkan penglihatannya yang kabur, ternyata dia diinfus. Ia mengalihkan matanya pada ruangan tempat ia dibaringkan, dan menemukan fakta ia berada di ruangan besar dengan foto masa kecilnya di setiap dinding dan meja ruangan itu. Alona tercengang. Bagaimana bisa foto-fotonya ada di kamar itu?

Ruangan itu bernuansa hangat dengan cat biru dan abu-abu yang mendominasi, di depan tempat tidurnya terdapat dua lemari besar berwarna coklat tua yang memiliki motif ukiran yang indah. Sementara sisi kanan ruangan itu terdapat sebuah meja rias dengan fotonya yang menempel di sudut atas kaca, lalu jangan lupakan sebuah lemari buku berukuran sedang yang berdiri tepat di sebelah meja rias, Alona memicingkan matanya melihat isi lemari itu yang jujur saja menarik minatnya karena ia bisa dengan jelas melihat isi lemari yang dipenuhi buku fiksi seperti novel klasik, dan beberapa novel modern lainnya. Dari tempat tidur bahkan Alona bisa mencium bau buku-buku itu. Untuk sesaat perhatiaannya diambil alih oleh  isi kamar itu sebelum pintu tiba-tiba terbuka dan memunculkan wajah manis Angel dari balik pintu.

"Alona udah bangun?!" Gadis itu setengah memekik, dan dengan langkah cepat ia berjalan mendekati Alona.

"Kamu udah bangun dari tadi?" Tanyanya lagi setelah menaiki tempat tidur dengan wajah kawatir, ia memposisikan diri tepat di sebelah Alona dan memegang tangannya.

Ekspresi Alona berubah dingin dan dengan kasar menarik tanganya dari genggaman Angel. Keberadaan gadis itu berhasil mengembalikan fokus Alona, hingga ia sadar apa alasannya mendatangi rumah itu. Tanpa suara Alona dengan kasar menarik infusnya hingga membuat Angel terkejut. "Apa-apan Alona!" Ia menarik lengan Alona dan memeriksa punggung tangannya yang ditusuki jarum infus tadi dengan ekspresi kawatir.

"Apa-apa lo!" Sentak Alona. Ia segera turun dari tempat tidur itu dan berjalan sejauh mungkin dari Angel. Ia berjalan sedikit linglung karena bangun dengan tiba-tiba, hingga membuat langkahnya tak seimbang.

"Kamu nggak seharusnya turun dan mencabut infusnya seperti itu. Dokter meminta supaya kamu istirahat dulu biar tenaga kamu kembali." Angel ikut turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati Alona, namun kali ini ia sadar untuk tidak lebih dekat dengan gadis itu.

"Nggak usah bacot, gue nggak butuh perintah dari siapa pun. Jadi jangan sok peduli!" Alona berucap dingin dan hal itu berhasil membuat Angel terdiam.

Alona berjalan dengan langkah yang pelan menuju pintu, ia masih merasa perih pada perutnya namun ia tidak ingin lama-lama di tempat itu. "Alona tolong dengarin aku, kamu harus istirahat dan makan. Tubuh kamu sangat butuh asupan." Angel berjalan takut-takut ke arah Alona namun rasa kawatirnya lebih mendominasi hingga membuatnya nekat mendekati saudara tirinya itu.

"Bukan urusan lo! Mau gue mati di sini atau apa pun itu nggak ada sangkut pautnya sama lo. Nggak usah munafik jadi nggak usah sok peduli, keberadaan lo buat gue muak!" Alona berucap sembari berbalik menatap Angel yang menatapnya sedih.

Saat Alona akan mencapai pintu, ia dikagetkan dengan kemunculan ayahnya yang tiba-tiba. Pintu terbuka lebar, Damian muncul dengan nampan berisi makanan, matanya membulat saat melihat Alona tepat di depannya yang menatap dengan dingin padanya.

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang