"Alona! Alona!" Kenzo berlari menyusul Alona yang sudah berjalan meninggalkannya, gadis itu menyusuri lorong dengan langkah cepat.
"Alona tunggu sebentar!" Kenzo memepercepat larinya saat Alona sudah hampir mencapai parkiran kampus. Saat sudah dekat dengan gadis itu, ia segera menggapai tangannya dan menarik gadis itu agar berhenti berjalan menjauh.
"Lepas sialan!" Alona menepis kuat tangan Kenzo yang menggegamnya, ia risih dan tidak berniat melakukan kontak fisik apa pun dengan pria itu.
Kenzo mengatur napasnya yang tidak beraturan sembari mengangkat ke dua tangannya untuk menunjukan pada Alona bahwa ia tidak akan memegang tangannya lagi.
Saat napasnya sudah beraturan, Kenzo kembali menegakan tubuhnya menatap dengan rasa bersalah pada Alona.
"Maaf Al, aku tidak bermaksud membuat kamu marah. Aku hanya bingung bagaimana harus memulai, kamu terus menolakku dan aku tidak tau lagi bagaimana harus memulai." Ucap Kenzo pelan.
Alona hanya menatapnya dalam diam, ekspresi marahnya sama sekali belum menghilang.
"Aku bingung karena gadis yang aku kenal dulu sudah berubah, aku tidak terbiasa dengan kamu yang seperti ini dan bingung harus bagaimana menghadapi kamu." Lanjut Kenzo, berharap penjelasannya bisa meluluhkan hati Alona.
"Aku harus bagaimana Alona? kamu pikir aku bisa pergi begitu saja setelah semua yang sudah terjadi, kita sudah tidak bertemu 10 tahun dan kamu berharap aku untuk mengabaikan kamu setelah selama 10 tahun tidak bertemu? Rasa sesal dan rindu akan kamu semakin hari semakin menyesakkan Alona, tidak bisakah kamu mengerti dan beri aku maaf?"
Alona tersenyum mengejek, ekspresi dinginnya kembali menguasi wajahnya. Ia menatap Kenzo dengan ekspresi berbeda kali ini, tidak ada kemarahan atau tatapan kebencian hanya wajah dingin dan tatapan tajamnya yang bisa dilihat Kenzo dan jujur saja Kenzo akan lebih bersyukur jika ekspresi kemarahan yang ditunjukan Alona bukan ekspresi seperti ini.
"Memberi maaf? Apa lo sadar akan hal yang lo minta sekarang setelah apa yang lo perbuat ke gue dulu? Ingat apa yang udah lo perbuat? Hem? Lo nggak ada buat gue saat gue butuh! Lo nggak peduli apa yang gue rasaiin saat itu yang butuh dukungan lo! Lo ninggalin gue dan nggak mau tahu apa yang terjadi. Dan terakhir lo nampar gue sialan! Lo lakuin semua itu hanya demi anak jalang sialan yang udah hancurin hidup keluarga gue!"
"Bagi gue lo nggak ada bedanya sama mereka yang udah ngancurin keluarga gue! Nggak ada bedanya! lo muncul lagi di hidup gue hanya membuka luka lama, jadi gue mohon, gue mohon sama lo jangan muncul lagi di hidup gue. Gue nggak butuh manusia kayak lo! Gue eneg, jijik dan nggak sudi lo mendekat jadi please tau diri!" Ucap Alona penuh penekanan sebelum pergi meninggalkam Kenzo yang mematung di tempatnya.
Alona melangkah sembari menahan air matanya dan setelah bertahun-tahun tak pernah mengeluarkan air mata baru kali ini dia merasakan desakan air mata itu hampir memenuhi wajahnya. Ia sudah berjanji untuk tidak pernah menangis lagi tapi laki-laki sialan itu hampir dengan mudah membuatnya menangis.
Alona semakin membencinya.
"Justru karena itu! Justru karena itu aku tidak akan melepas kamu. Kalau dengan memohon seperti ini kamu tetap tidak ingin memberi ku kesempatan untuk memperbaiki semuanya Al, maka jangan salahkan aku jika harus memaksa." Saat Alona sudah yakin ucapannya cukup membuat Kenzo berhenti justru yang terjadi adalah sebaliknya, pria itu semakin keras kepala dan tak peduli lagi akan penolakan Alona.
Gadis itu berhenti sebelum menutup mata dan menarik napas dalam setelah mendengar ucapan Kenzo, ia berbalik dan menatap tajam pada pria itu.
"Lo manusia nggak tau diri, egois, dan bajingan sialan! Lo hanya buat hidup gue sulit! Mau lo apa sebenarnya hah?! Apa lo nggak cukup puas dengan apa yang pernah lo perbuat dulu! Sekarang lo mau nyiksa gue lagi!"
"Kamu yang berpikir seperti itu. Aku tidak ada niat sama sekali menyiksa kamu atau apapun itu. Aku ingin memperbaiki semu.. "
"Memperbaiki?! Haha! Gue nggak butuh itu! Satu-satunya hal yang gue mau dari lo hanya menghilang dari hidup gue, gue nggak butuh perbaikan atau apapun itu! Lebih baik lo menyingkir sejauh-jauhnya dan jangan pernah muncul lagi di hadapan gue!" Alona berucap lantang hingga menarik perhatian beberapa orang yang berada di dekat mereka tapi kedua orang itu tak cukup peduli selain emosi yang mulai merambat naik di antara ke duanya.
"Al apa kamu tidak lelah dengan semua kebencian yang ada dalam diri kamu. Tidakah kamu berpikir justru yang menyiksa kamu adalah kebencian yang ada dalam diri kamu, kenapa tidak kamu bebaskan semua itu dan biarkan diri kamu bahagia." Kenzo berusaha meredam emosinya atas kekerasan kepala Alona dengan berbicara lebih tenang.
"Oh sekarang lo mau bilang semua kesialan di hidup gue datang dari diri gue sendiri? Begitu?" Alona menahan geramannya atas ucapan Kenzo.
"Aku tidak bilang seperti itu Al. Aku tahu kamu mengerti apa yang ku maksud. Jangan membuat ini semakin sulit." Ucap Kenzo lagi.
"Sulit?! Lo yang buat gue kesulitan bajingan! Lo yang nyusahin gue dan sekarang lo bilang penyebabnya adalah gue sendiri?! Fuck you! You know nothing! Dan seenaknya berkomentar atas hidup gue! Lo bajingan sialan!" Alona berucap penuh emosi dengan air mata yang mulai menggenang di matanya, rasanya ia sudah tidak mampu lagi merasa sesak di hatinya.
Kenzo yang tak menyangka akan membuat Alona menangis mendadak mematung dan merutuki kebodohannya dengan sembarang membiarkan mulutnya asal bicara.
"Al.. " Kenzo perlahan berjalan mendekat.
"Berhenti di situ, sebelum gue buat lo menyesal. Jangan berani mendekat, jangan pernah berpikir gue akan membiarkan lo masuk ke hidup gue! Nggak akan pernah karena manusia sial kayak lo nggak lebih dari bajingan brengsek!" Setelahnya Alona melangkah dengan cepat menuju motornya sebelum dengan kecepatan tinggi meninggalkan parkiran sementara Kenzo hanya bisa mematung dan menatap hampa ke arah Alona yang semakin menjauh.
"Bodoh! Bodoh!" Kenzo memukul kepalanya berulang-ulang, menyesali perbuatannya. Bukannya berhasil mendekati Alona kembali ia justru bersikap brengsek. Seharusnya ia bisa menahan mulutnya untuk tidak sembarangan berkometar.
Lihat sekarang hasil perbuatannya, ia justru menghasilkan jurang yang semakin lebar antara dirinya dan Alona, sekarang dia harus memikirkan cara lain untuk mendekati gadis itu tanpa membuatnya menangis atau emosi.
Kenzo akhirnya memilih berjalan menuju mobilnya, lalu pergi meninggalkan kampus dengan perasaan hampa.
Lain kali ia akan berusaha untuk membuat Alona bicara dengannya tanpa harus mempelihatkan ekpresi kemarahanya, ia akan pastikan itu.
Bersambung...
Sesuai janjikan saya up dua kali, hehehe selamat menikmati jangan lupa bintangnya dipencet dan komennya dan tentunya yang belum follow please difollow akun saya ya, biar semakin semangat sya upnya.
Saya nggak janji untuk up besok karena besok saya ada misi kusus untuk membuat kue natal guys, hari natal telah tibah jadi besok saya membuat kue natal tapi tenang saja saya akan up secepatnya. Okeyyy 🤓
Love
Miss One 🤓💞🎄
KAMU SEDANG MEMBACA
Still The Same
RomantizmWARNING!! Adults Only! Terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan! Mohon bijaklah memilih bacaan. ** Ketika kau dikhianati oleh dua orang yang kau percaya sekaligus, orang yang dipercaya sebagai cinta pertamamu dan seseorang yang kau yaki...