20

5.1K 559 47
                                    

"Tama? Tama yang itu? Tama yang hamilin elo?!" Lia bereaksi lebih dulu sementara beberapa yang lainnya masih terdiam, dan menebak-nebak ada hubungan apa di antara keduanya.

Lia melangkah mendekati Any, dan berhenti tepat di samping gadis itu, "Beneran cowok itu yang namanya Tama?!" Tanya Lia lagi, sementara Kenzo dan Alona yang tadinya hanya diam saja secara bersamaan mengalihkan pandangan mereka pada Tama yang tengah mematung di tempat duduknya.

Any mengalihkan pandangannya pada Lia sebelum mengangguk perlahan,  wajahnya tampak kaku namun tak mampu menutupi ekspresinya yang sedih.

Alona mematung, ia tak habis pikir bagaimana bisa salah satu orang yang dikasihnya harus terlibat dengan manusia-manusia berengsek seperti sahabat Kenzo. Ia marah dan tak terima dengan takdir seperti ini. Apa tidak cukup hanya dia yang berurusan dengan orang-orang seperti mereka? Kenapa sahabatnya harus merasakan hal yang sama dan dari kumpulan orang-orang yang sama pula.

Alona mengepalkan tangannya kuat, marah dan benci tak dapat ia bendung lagi.

"Lo! Cowok sialan berengsek yang hamilin sahabat gue lalu ninggalin dia gitu aja. Manusia sial yang senenaknya memperlakukan Any kayak sampah?! Sialan lo cowok berengsek nggak tau diri! " Lia melangkah terburu-terburu menuju Tama, dengan emosi ia menghampiri pria itu, menarik kuat meja yang tepat berada di depan Tama hingga membuat cangkir kopi yang berada di atasnya tergeser dari tempatnya hingga mengakibatkan minuman yang berada di dalamnya tumpah ruah dan memenuhi meja.

Dengan masih dikuasi amarah, Lia mengangkat tangannya dan dengan kuat menampar Tama hingga membuat pipi pria itu memerah.

"Bajingan sialan!" Ucap Lia sebelum menarik kerah Tama hingga membuat tubuh Tama tercondong ke depan. Tama tercekik dan bergerak tak nyaman di tempatnya, ia meronta-ronta sembari memegang kedua tangan Lia yang tengah memegang kerah jasnya.

"Lepasin gue!" Bentaknya, namun Lia terlalu marah hingga membuat pegangannya pada kerah Tama lebih kuat dari perkiraan pria itu.

"Lo kira gue akan lepasin lo gitu aja setelah apa yang lo lakuin  ke temen gue sialan?!" Teriak Lia sembari mengguncang-gucang Tama dengan kuat.

"Maksud lo apa si?! Siapa yang hamilin siapa! Lepasin gue atau gue tuntun lo sialan!" Tama memberontak hingga membuat cengkeraman Lia pada kerahnya lepas, Tama lantas berdiri dari duduknya dan dengan kasar mendorong Lia menjauh.

"Lo hamilin temen gue bangsat!" Teriak Lia lagi.

"Nggak usah asal ngomong! Gue bahkan nggak kenal elo! Omongan lo sama sekali nggak masuk akal!" lanjut Tama sembari menunjuk-nunjuk Lia.

"Apa lo bilang?! Nggak masuk akal?" Lia menjeda kalimatnya, menatap Tama seksama sebelum berbalik menatap Any, rasanya hatinya hancur saat melihat Any hanya terdiam mematung di tempatnya, wajahnya berubah pucat dan ekpresinya nampak tegang dengan mata memerah.

Lia kembali menatap Tama, "Lo liat cewek itu!" Lia berucap penuh penekanan, menatap Tama dengan amarah yang tertahan, "Sekarang gue tanya sama lo dan harus lo jawab jujur!" Lanjutnya.

"Apa pernah lo ketemu dia? Apa lo kenal dia?!" mendengar pertanyaan itu, Tama mematung, tatapannya memaku pada sosok di belakang Lia yang juga tengah menatapnya dengan pandangan senduh.

Ia tak langsung menjawab, namun gerak-geriknya nampak gelisa. Kenzo yang berada di sebelahnya ikut menyedari hal itu, ia juga penasaran atas jawaban apa yang akan sahabatnya itu berikan.

Lia yang tak sabar kembali bertanya, "Gue tanya sekali lagi apa lo kenal cewek yang berdiri di belakang gue?!" Tama yang tadinya terdiam sembari menatap Any, mengalihkan pandangannya pada Lia. Ia menatap gadis itu tajam sebelum memberi jawabanya.

"Dia siapa? Gue nggak kenal sama sekali." Jawaban itu membuat ruangan itu mendadak sunyi namun itu tak berlangsung lama karena setelahnya Alona membuat kekacauan dengan melompat pada kursi di depannya, menaikinya melewati meja sebelum kakinya dengan keras menyentuh wajah Tama hingga membuat pria itu terjengkang dan terjatuh ke arah belakang, Tama terjatuh dengan keras menimpah kursi yang tepat berada di belakangnya hingga membuat kursi itu tergeser jauh karena bobot tubuhnya.

Suara teriakan memenuhi ruangan itu karena terkejut atas apa yang dilakukan Alona. Namun gadis itu tak berhenti sama sekali karena setelahnya ia melompat dari meja yang tadi ia naiki. Ia mendekati Tama yang tengah kesakitan, dan tak lama menendangnya kembali dan tepat mengenai dada pria itu hingga membuatnya benar-benar jatuh tertidur di lantai.

Tama menggeram kesakitan, ia menyentuh dadanya karena sakit yang tak tertahan, "Bajingan! Mampus sekalian lo anjing!" Alona menarik rambut Tama hingga pria itu menengada dan dengan gerakan cepat  Alona menonjoknya sebanyak dua kali hingga membuat Tama teriak kesakitan.

Kenzo yang tak tahan melihat keberutalan Alona, segera bergerak cepat melerai. Ia menarik Alona mundur dengan melingkari kedua lengannya kuat pada pinggang gadis itu sebelum mengangkatnya berjalan menjauh dari Tama yang tengah kesakitan.

"Lepasin gue sialan! Lepas! Biar gue mampusin cowok bajingan berengsek nggak tau diri kayak dia!" Alona terus memberontak, berusaha melepaskan diri dari cengkraman Kenzo, namun tenaganya kalah kuat dari Kenzo. Pria itu memeluknya kuat dan membawanya menjauh.

"Tenang Al! Jangan emosi seperti itu! Ku mohon tenanglah." Kenzo memeluk Alona semakin kuat, lengannya yang tadinya berada di pinggang gadis itu telah berpindah di bawah dadah Alona.

Alona terus memberontak, memukul-mukul Kenzo yang berada di belakangnya, "Bukan urusan lo! biar gue mampusin sekalian manusia bajingan itu!"

"Kamu nggak akan menyelesaikan apapun dengan nenghajarnya Alona, tenanglah dan bicaralah dengan kepala dingin, jangan bar-bar seperti ini. Ku mohon."

"Biacara baik-baik?! Manusia sialan kayak dia nggak pantas dibaikin! Mending mampus sekalian, manusia nggak tau diri kayak dia nggak pantas dibiarin hidup." Balas Alona. Napasnya tak beraturan dengan wajah memerah, tatapannya menghunus pada Tama yang tengah terduduk lemah memegangi wajahnya.

"Any!" Suara teriakan tiba-tiba terdengar, Lia yang tadinya tengah berdiri mematung dengan tiba-tiba berlari kencang menuju dimana Any berada. Kenzo segera melepas pelukannya saat suara panik lainnya terdengar kembali.

Ia berbalik menatap ke arah dimana Any berada, dan wajahnya berubah terkejut bercampur ngeri saat melihat Any tidak lagi berdiri tegak seperti tadi. Gadis itu jatuh terduduk dengan darah yang memenuhi celana satinnya. Wajahnya kesakitan, ia menyentuh perutnya dengan tangan bergetar, wajahnya pucat dan dipenuhi air mata.

"To.. Tolongin gue.." Bisiknya dengan sisah tenaga yang dimiliki. Alona yang melihat itu segerah berlari menuju ke arahnya namun belum sempat ia menyentuh Any, seseorang menyeruduknya kuat hingga membuatnya terpental dan terjatuh.

Saat ia menengadah guna menatap orang yang menyebabkannya terjatuh, matanya melebar saat menemukan Tama dengan wajah panik tengah berusaha mengakat Any digendonganya. Ia tak menyangkah pria yang baru saja menyangkal sahabatnya itu merubah sikapnya 180 derajat dan justru berbalik bersikap seperti seorang suami yang takut kehilangan istrinya.

Alona kembali berdiri dan dengan cepat melangkah menyusul Tama yang dengan terburu-buru membawa Any keluar dari tokoh kue itu.

"Bertahanlah Angel please." Sekilas Alona mendengar suara Tama yang terdengar memohon, tapi ia menyebut Angel bukan Any. Alona mengernyit bingung dalam kepanikannya.
***













Bersambung.. 🤓

Holaaaa..

Anyway kalau saya nulis cerita horor apakah ada yang berminat membaca? Karena saya punya ide cerita yang menurut saya bagus tapi belum yakin mau nulis atau tidak, yaa.. Walau bukan sekarang ya. Gimana?


Jangan lupa vote dan komen oh ya ceritanya kalau bisa dibagi juga dong keteman-temannya, biar makin banyak yang baca yaa.. Pleaseeeee, bisakan?

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang