19

5.2K 597 59
                                    

Vote vote vote!!!!!!!!!!!!

"Ben nanti sore lo temenin gue beli bakso mbak Ora. Gue lagi pengen makan bakso." Any berucap sembari mengunya wafernya, sementara Ben, Lia dan Alona tengah duduk serius sibuk dengan laptopnya masing-masing. Mereka tengah berada di perpustakaan, tepat setelah makan siang, mereka memutuskan untuk mengerjaakan tugas akhir mereka bersama-sama.

"Hah? Napa mesti jauh-jauh si? Lagian di kantin ada bakso, kenapa tadi pas makan siang nggak lo pesan sekalian?" Ben yang tadinya sedang serius mendadak kehilangan konsentrasinya karena untuk kesekian kalinya harus meladeni keinginan Any yang tak ada habisnya.

Bayangkan saja sejak pagi tadi  Any sudah merepotkan dirinya dengan menyuruh Ben menjemput gadis itu pukul lima pagi, bukan hanya menyuruh jemput tapi pakaian Ben untuk hari ini pun juga dia yang tentukan, Ben harus datang dengan baju berkerak merah dan celana kain serta sepatu fantofel, jika Ben tak menurutinya maka Any mengancam tidak akan membantu Ben merevisi tugas akhirnya. Saat ditanya apa alasannya meminta banyak hal pada Ben, dengan entengnya Any menjawab "Latihan sebelum kita jadi suami isteri beneran." Dan pada akhirnya dengan terpaksa Ben mengikuti keinginan wanita hamil itu tanpa mengeluh. Ia memakluminya dan turut prihatin atas sahabatnya itu, ia sudah mendengar keseluruhan cerita gadis itu mengenai kehamilannya dan berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Any.

"Kan tadi gue lagi nggak kepengen. Baru sekarang maunya, lo sebagai calon suami yang siaga harusnya nggak usah protes dong. Nurut aja napa si?!" Ujar Any dengan wajah cemberut.

"Calon suami pala lo peang. Nggak sudi banget gue jadi suami lo, setres."

"Bodo amat lo mau apa kagak, gue bakal tetep nikahin lo suka atau nggak." Any berucap tak peduli, sementara Ben sudah mulai jengah dengan ucapan absurd gadis itu.

"Kayaknya ada yang salah deh sama otak lo semejak hamil, yakin nggak si itu yang diperut anak manusia? Jangan-jangan anak setan lagi, makanya lo jadi mirip iblis cewek kayak gini."

"Sialan lo njing, nggak usah ngata-ngatain anak gue! Atau gue sumpel tu mulut lo yang isinya kotoran kuda semua!" Any berdiri dan berjalan memutari meja mendekat pada Ben, setelah sampai didekatnya dengan kasar Any menjambak rambut Ben hingga pria itu kesakitan, "Aarrrgh Any!" Teriak Ben sembari berusaha melepaskan tangan gadis itu dari rambutnya.

Alona dan Lia yang terkejut dengan teriakan Ben sontak menghentikan aktifitas mereka.

Dengan emosi Lia menarik tangan Any yang menempel erat pada rambut Ben, dan menyeretnya kembali ke tempat duduknya, "Gila ya lo berdua?! Ini perpustakaan njing, gue tendang juga lo berdua ke luar! Berisik banget tau nggak!"

"Si Ben tuh! Ngatain anak gue anak setan, ya gue jambak lah! Biar tau rasa." Dengan masih menatap Ben sebal Any berucap emosi. Sementara Ben hanya diam saja sembari meringis menyentuh kulit kepalanya yang kesakitan.

"Udah stop, lo berdua mau kita diusir dari perpus? Gue belum selesaiin revisi gue, kalau sampai kita diusir gegara tingkah kalian, lo berdua bakal tau akhibatnya. Dan An stop merengek, nanti sore gue yang bakal temenin lo ke tempat mbak Ora, Oke? Jadi sekarang lo diam dan habisin wafernya. Setelah ini kita balik." Alona akhirnya ikut melerai, seperti biasa ia bicara tanpa ekspresi yang berarti namun dengan sangat mudah ia membukam kedua sahabatnya itu, tanpa harus menarik urat leher.

"Awas lu!" Cicit Any sembari menatap mengamcam pada Ben yang masih kesakitan. Hingga beberapa saat kemudian mereka kembali fokus pada kesibukan masing-masing, namun baru berjalan lima belas menit ponsel Alona berdering hingga membuatnya dengan terburu-buru mengangkat panggilan itu.

"Ya, halo mam?" Sapa Alona saat tahu ibunya yang menelpon.

"..."

"Ini lagi di perpus bareng anak-anak, kenapa mam?"

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang