29

4.5K 576 83
                                    


Alona melangkah terburu-buru ke luar dari rumah, saat ia mencapai pintu ibunya tiba-tiba masuk hingga mereka hampir bertabrakan.

"Alona!" Anita berseru kaget karena kemunculan anak sulungnya yang tiba-tiba.

"Kamu kok udah di rumah?" Tanya Anita.

Alona menatap ibunya bingung melihat penampilan ibunya yang rapih. "Mama dari mana? Bukannya seharusnya udah pulang dari tadi?" Tanya Alona.

"Hem.. Mama..mama tadi harus ketemu temen mama dulu." Anita tergagap menjawab putri sulungnya, namun Alona terlalu emosi untuk menangkap ketidakberesan dari cara Anita menjawab.

"Aleeza udah balik, aku kunci dia di kamarnya.  Kuncinya aku taroh di meja makan, jangan sampai dia keluar kamar mam." ucapnya.

"Kenapa Eza dikunci?" seruh Anita kaget, ia kemudian melangkah dengan panik menuju kamar Aleeza, ia mencoba menbuka kamarnya dan benar saja putri bungsunya dikunci di dalam kamar.

"Alona kenapa dikunci?" tanyanya lagi, ia segera berjalan menuju ruangan makan dan mengambil kunci di atas meja makan, lantas dengan terburu-buru kembali ke kamar Aleeza.

"Aku punya alasan kenapa Eza dikunci. Dia menghilang hari ini karena ternyata dia ketemu sama mantan suami mama!" Alona membentak, gadis itu tiba-tiba muncul di belakang Anita.

"Maksud kakak?" Tanya Anita.

"Eza ketemu mantan suami mama dan sialnya ada yang foto dan rekam lalu di sebar ke hampir semua media sosial. Sekarang orang-orang berpikir kalau Eza simpanan mantan suami mama!" Jelas Alona dengan penuh kemarahan.

"A..apa?" Anita kembali tergagap. Sementara Aleeza yang mendengar sayup-sayup dari dalam kamarnya mulai menangis. Ia tidak menyangka pertemuannya dengan ayahnya akan jadi seperti ini. Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan memunculkan wajah khawatir sang ibu, ia semakin menangis lalu berdiri bergegas memeluk ibunya.

"Ma maafin Eza." Ucapnya berurai air mata, Anita balas memeluknya dan membawa gadis itu ke tempat tidurnya.

"Sudah jangan nangis, semua akan baik-baik saja. Biar mama sama kakak yang urus hal ini okey?" Anita menghapus air mata Aleezs perlahan sembari ternyum lembut. "Jangan kawatir, nggak akan terjadi hal buruk, mama janji. Eza nggak usah takut." Ucapnya, sementara Alona dan Ben yang harusnya berangkat menuju rumah Damian hanya dapat terdiam di tempatnya masing-masing. Alona sedikit menyesal karena Sudah membentak adiknya, seharusnya ia sadar hal ini bukan salah Aleeza.

Alona kemudian melangkah mendekati ibu dan adiknya lalu dengan lembut mengusap kepala Aleeza. "maafin kakak karena udah marah ke kamu, kakak hanya kawatir." ucapnya. Aleeza lantas menengadah dan menatap Alona, matanya masih berair tetapi dengan cepat ia menghapusnya.

"Nggak papa kak, Eza ngerti. Maafin Eza yah karena diam-diam ketemu ayah." Anita dan Aleeza tersetak, mereka terkejut dengan cara Aleeza menyebut Damian.

"Ayah?" Tanya Alona dingin, ekspresi hangatnya berubah begitu cepat sesaat setelah kalimat Eza terdengar.

Menyadari kesalahnya menyebut Damian, Aleeza berubah gelisa, ia takut pada Alona. Sejujurnya dia belum siap memberitahu Alona  dan ibunya mengenai dirinya yang sudah memaafkan ayah mereka, namun sepertinya sebentar lagi ia harus jujur karena mulutnya yang tak dapat ia kontrol, dan dari cara Alona menatapnya ia tahu tidak dapat menyimpan hal itu lebih lama.

"Ada yang mau kamu jelaskan Aleeza." Aleeza semakin gugup apalagi cara Alona memanggilnya bukan dengan nama kecilnya, membuat Aleeza tahu kakaknya sangat marah.

"Eum.. Kakak jangan marah dulu. Dengarin Eza sampai selesai." Ujarnya dengan espresi gugupnya. "Siang tadi saat Eza baru keluar dari sekolah, tenyata ayah udah tungguin Eza, dia mohon sama Eza untuk ikut sama dia. Karena Eza nggak mau orang lain lihat ayah, akhirnya Eza nyerah dan ikut." Alona melipat tangannya, ia mengerutkan alisnya tanda tak setuju dengan keputusan adiknya untuk ikut pria itu, namun ia memilih tetap diam untuk mendengar cerita Aleeza hingga selesai.

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang