24

4.1K 513 43
                                    


Aleeza bejalan melewati gerbang sekolahnya saat mendapati Damian tengah bersandar di samping sebuah mobil hitam yang tidak jauh dari keberadaannya. Gadis itu nampak terkejut sebelum kembali menormalkan ekspresinya, sementara  Damian segera menegakan tubuhnya saat akhirnya melihat putri bungsunya itu berjalan melewati gerbang.

Ia segara tersenyum dan melambaikan tangannya perlahan, menatap rindu pada Aleeza. Nampaknya ia tak cukup peduli dengan keberadaan orang-orang di sekitarnya yang mulai mencuri pandangan dengan penasaran padanya. Aleeza mulai menatap risih pada orang-orang yang menatap kebingungan antara ia dan Damian. Nampaknya mereka mulai menyadari pada siapa Damian tersenyum dan melambai.

Gadis itu lantas segera berbelok dan memilih tidak mempedulikan ayahnya itu, namun Damian tak tinggal diam, ia segera berlari kecil menyusul putrinya, "Eza.. Dek, tungguin papa." panggilnya.

Aleeza semakin mempercepat langkahnya, habis sudah dia. Pria itu menyebut dirinya papa dengan suara yang cukup lantang, sekarang orang-orang pasti mendengarnya, ia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena hal ini.

"Eza berhenti nak, ayah mau bicara." Damian segera menangkap lengan Eza saat mecapainya, dan menariknya perlahan hingga gadis itu berbalik menghadapnya.

"Apa?" Tanya Eza dingin, wajah datarnya membuat hati Damian tercubit, tapi ini lebih baik jika dibandingkan dengan sikap Alona yang cendrung kasar dan penuh amarah, putri sulungnya itu lebih meledak-ledak, dan tak dapat menyaring ucapannya. Dan Damian memaklumi itu sebagai dampak buruk dari perbuatannya dulu, Alona berperan sebagai kakak yang mengayomi dan melindungi jadi ketika masalah itu datang ia cendrung menahannya untuk dirinya sendiri dan dibiarkan begitu saja tanpa ada penyembuhan. Akibatnya gadis itu menjadi tertekan selama bertahun-tahun dan tak pernah disembuhkan, dan ketika penyebab dari luka lamanya datang kembali di hidupnya, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah menumpahkan semuanya sebagai salah satu cara melindungi dirinya yang rapuh.

"Ayah mau bicara dengan kamu dek, boleh?" Tanya Damian lembut.

Aleeza tak langsung menjawab, ia lebih dulu menarik tangannya kuat agar lepas dari genggaman ayahnya itu, "Bukannya kakak saya sudah sampaikan dengan jelas kalau kami tidak ingin melihat anda lagi? Kami sudah tidak ingin diganggu jadi saya mohon dengan sangat berhenti datang di hidup kami, kemunculan anda hanya membuat semuanya semakin buruk." Ucap Aleeza tenang sembari menatap Damian tanpa ekspresi apa pun.

"Tidak.. Ayah sama sekali tidak berniat membuat semua menjadi buruk, papa justru ingin semuanya menjadi baik seperti dulu. Papa ingin memperbaiki semuanya dan mengganti waktu sepuluh tahun ini dengan terus bersama kalian. Papa mohon nak, maafkan papa. Papa sangat rindu kalian dan rasanya hampir mati tanpa kalian." Mohon Damian dengan wajah sedihnya, pria itu kembali menangkap ke dua tangan Aleeza dan memegangnya erat.

Aleeza berubah panik dengan tingkah Damian, ia tidak mau teman sekolahnya melihat drama antara dirinya dengan pria itu, sekarang saja orang-orang mulai menatap mereka penasaran, bahkan ada yang rela berhenti untuk memperhatikan secara langsung. Jelas saja ini berbahaya, ia tidak ingin masalah keluarganya mejadi konsumsi publik, apalagi Damian bukan orang sembarangan, hampir semua rakyat Indonesia mengenalnya dan tentu ini akan menjadi berita yang menyenangkan bagi mereka yang haus akan informasi pribadi milik pria kaya raya itu.

"Lepas! Tolong jangan seperti ini. Anda hanya membuat orang-orang memerpehatikan kita. Saya nggak mau kehidupan saya terganggu karena orang-orang yang penasaran dengan kehidupan anda. Tolong biarkan saya pergi." Aleeza berusaha menarik tangannya namun Damian dengan kekuatannya berhasil membuat gadis itu tak dapat menariknya lepas.

"Kalau begitu kamu ikut ayah, ayo makan siang bareng papa kalau kamu tidak mau teman-teman kamu memperhatikan kita, dan papa mohon untuk tidak menolak karena papa akan terus bersikeras sekali pun teman-teman kamu memperhatikan, lebih baik sekarang naik ke mobil dan kita pergi dengan tenang atau kamu akan terus diperhatikan teman-teman kamu." ujar Damian yang berhasil membuat Aleeza terpengaruh dan pada akhirnya Aleeza menyerah, bukan karena dia mau memaafkan pria itu dengan cepat. Dia hanya ingin menghindari munculnya berita yang tidak diinginkannya. Ia tidak mau kakaknya semakin tertekan dengan berita apa pun yang menyangkut keluarganya dengan keluarga pria itu. Karena Aleeza yakin kondisi psikis kakaknya akan semakin buruk jika pemberitaan mengenai masa lalu keluarganya terekspos dan menjadi konsumsi publik.

Dengan langkah yang dipaksakan ia berjalan menuju mobil milik Damian dengan berat hati tanpa menyadari ada orang lain yang sudah mengambil gambar serta vidionya dengan ayahnya sejak tadi. Dan benar saja, apa yang ia takutkan terjadi dua jam kemudian.







Besok up lagi, jangan lupa vote dan komennya yaaaa ditunggu untk hari esok 🤓🤓🤓💞🤘🤗😘


Miss one
🤓🤓

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang