24. Persiapan

394 25 1
                                    

  Setahun sudah hubungan Anya dan Arthur, pagi ini Arthur mengajak kedua kembarannya untuk mencari sebuah hadiah. Tentu daja Athea dan Arteus menyetujui walau mereka tahu kejelekan Anya. Arthur yang menyetir mobil, mereka izin untuk masuk kerja siang hanya karena untuk mengantarkan Arthur. Sembari menelusuri jalan, Arthur berhenti di depan tokok berlian. Tentu saja ini menimbulkan tanda tanya besar untuk Athea dan Arteus.

  "Kenapa kesini?" tanya Athea

  "Nanti kalian akan tahu di dalam" ucap Arthur

  "Dasar so misterius lo Thur" sindir Arteus

  Setelah di dalam Arteus menghampiri seseorang yang tampaknya mereka kenal dekat. Arthur dan pria tersebut tampaknya berbicara bahasa jerman yang tidak di mengerti oleh Athea dan Arteus. Kemudian pria itu menbawa Arthur ke meja diikuti kembaranya.

  "Baiklah ini pesanannya" ujar pria muda yang menghampiri Arthur

  "Hah apaan tuh Thur?" tanya Arteus

  "Danke danke" ucap Arthur kemudian meninggalkan Arthur, Athea dan Arteus bertiga

  "Jadi saat perayaan satu tahun, aku akan melamarnya dengan cincin berlian ini" ujar Arthur membuat kedua saudaranya terjatuh karena terkejut

  "Ta..tapi.. Bukannya itu terlalu cepat" ujar Arteus

  "Tidak, aku tidak mau melepaskan Anya, makanya aku incar dari sekarang"

  "Ohh kalau gitu semangat kakakku kita selalu mendukungmu" Athea melakukan semangat srmbari mentap Arteus

  "Ohh iya, semangat Arteus!! Kita akan menyaksikannya dari jauh"

  "Terima kasih dukungannya, semoga rencana ini berhasil"

  "Iya semoga"

  "Mau ngelamarnya dimana?" tanya Arteus

  "Kata Anya, dia akan mengajakku ke taman tapi aku akan pura pura gabisa ikut padahal aku datang dan akan langsung melamarnya"

  "Wah hebat semangat" ujar Athea pura pura ikut senang padahal di dalam hatinya hancur melihat Arthur begitu percaya dengan omongan wanita ular itu

  Setelah pembicaraan singkat, Arthur mengajak kedua saudaranya kembali bekerja di caffe. Tabungan Arthur sedikit terkuras banyak untuk membeli berlian ini, maka dari itu Arthur menjaganya dengan sangat baik. Setelah samoai di caffe, Arthur terus bekerja keras agar mendapatkan uang kembali. Tidak lupa srtiap pulang kerjapun mereka selalu berbicra banyak hal.

  Seperti mereka terus membuar dirinya sendiri yakin untuk mengambil alih perusahaan. Mereka semua tidak siap, tapi melihat Adham dan Anna semakin tua dan harus tetap bekerja membuat mereka sedih. Ditambah lagi diantara mereka bertiga benar benar tidak ada yang mau memegang perusahaan.

Disela sela waktu istirahat Arthur terus mengajak kembarannya bebicara masalah perusahaan. Karena mereka sudah snagat kasihan melihat ayahnya yang selalu pulang tengah malam dan umurnya tidak lagi muda.

  "Kita harus menyusun sesuatu" ucap Arteus

  "Pokonya aku pingin srmua karyawan mempunya attitude yang baik" ujar Athea

  "Itu pasti, kita akan mengubah peraturan perusahaan" ujar Arthur

  "Bagus"

  Mereka kembali bekerja dengan sepenuh hati. Tiba tiba Athea melamun cukup panjang, ia mengingat Gael. Aneh itu ungkapan yang cocok untuk Athea. Athea tidak tahu kenapa dirinya bisa tiba tiba memikirkan Gael. Athea juga tidak tahu kabar Gael disana karena memang mereka tidak ada hubungan apapun. Tiba tiba Arthur menghsmpiri Athea yang sedang melamun.

  "Thea, ini telfon dari ayah" ucap Arthur sembari memberikan ponsel miliknya

  "Ohh, bentar"

  Athea mengambil ponsel itu lalu pergi ke belakang. Ia pergi ke belakang caffe yang lumayan sepi agar tidak ada yang mendengarnya.

  "Iya ada apa yah?" tanya Athea

  "Bagaimana kabarmu?" tanya Adham halus

  "Ya aku baik, ada apa yah?"

  "Jadi gini Athea, mungkin beberapa minggu lagi kamu dan calon suamimu akan di pertemukan"

  "Ya terus?" Athea terlihat sedih tapi ia tidak mau memperlihatkannya

  "Ya ayah memang tidak memaksa, tapi tidak salah kan kalau kalian bertemu terlebih dahulu"

  "Iya"

  "Karena kamu anak ayah yang paling di sayangi smaa ayah, bisakan mengikuti permintaan ayah ini?" Adham berusaha berbicara sehalus mungkin

  "Iya yah"

  "Kalau begitu ayah kembali bekerja, jangan lupa makan"

  "Iya ayah"

  Athea terduduk sembari menyenderkan badannya. Ia menahan nangisnya dengan menggit bibirnya. Athea menangis walau ini bukan paksaan tapi rasanya aneh untuk dirinya. Ia tidak suka perlakuan seperti ini, ia suka menjadi dirinya sendiri. Setelah ia berhasil menahan nangisnya, ia kembali ke dalam. Memberikan ponselnya kembali ke Arthur dengan kasar, dan kembali ke kasir.

  "Kenapa The" tanya Arthur

  Tapi Athea tidak menjawab dan berjalan menuju kasir untuk bekerja kembali. Saat perjalanan pulang ke rumah juga Athea tetap tidak bersuara. Tentu saja menjadikan tanda tanya besar kepada Arthur dan Arteus. Tidak biasanya Athea marah hingga seperti ini, bahkan ia lebih memilih menatap jalanan malam.

WE PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang