Two : Die

3.1K 290 20
                                    

Aku mendesah kasar untuk yang kesekian kalinya. Pelajaran membosankan. Aku tidak pernah se-mengantuk ini saat mendengar guru berbicara ria di hadapan anak-anak-ya walau kebiasaan di tiap sekolah, anak-anak nya sama saja. Tetap tidak mendengarkan.

Pelan-pelan tanganku mengambil earphone dari dalam tas lalu memasangkannya pada ponsel-mendengar secara otomatis lagu Cat and Dog milik TXT yang terputar.

Aku menaikkan volume suaranya sekeras mungkin, tidak ingin mendengar suara cempreng milik guru yang tidak kutahu siapa itu.

"Lebih baik kudengar suara Taehyun." Gumamku sambil menikmati lagu.

Saat separuh lagu terputar, tiba-tiba saja earphoneku ditarik paksa oleh seseorang.

"Akh! Ya!" Teriakku spontan merasakan telingaku berdenyut. Pasti memerah. Keparat sialan.

"Sedang apa kau disini?"

Aku mendecak kesal saat mengetahui seorang laki-laki yang berani menarik kesenanganku. Ia memandangku angkuh, seolah dirinya yang paling berkuasa disini. Tipikal berandalan. Kelihatan dari seragamnya yang dikeluarkan.

"Terserah aku mau dimana." Balasku sengit. Tak takut dengan tatapan mengintimidasinya. "Memangnya siapa kau berani menggangguku?"

"Aku?" Pria itu menunjuk dirinya sendiri-terkekeh tak percaya seolah aku adalah lelucon paling garing diseluruh dunia. "Kau tidak mengenalku? Really?"

Aku memutar bola mataku malas. "I've never been this serious before."

"Bahasa inggrismu bagus juga nona, bagaimana jika nanti kau mengajariku?"

Pria itu segera saja duduk di kursi kosong sebelahku. Ia tersenyum begitu manis sambil kedua matanya menyipit, berbeda dengan tadi sampai bibirku ternganga.

"Apa kau sedang akting?"

Pria itu mendengus. "Akting? Bisa. Tapi payah. Kau bisa? Kalau begitu ajari aku."

"Dasar sinting." Gumamku pelan lalu memalingkan wajah-bersiap tidur daripada meladeni pria yang menurutku lebih aneh daripada Taehyung.

"Kim Hyebin, Park Jimin. Kalian mau berbicara di depan?"

Niatku yang ingin menutup mata harus dipaksa berhenti karena suara cempreng guru di depan menyentil telingaku. Sialan. Aku sudah terkena masalah pagi-pagi begini.

"Aku ingin tetap disini Ssaem." Jawabku semanis mungkin.

"Ssaem, tadi aku melihatnya malah mendengarkan lagu ketimbang memperhatikan."

Tolol!

Aku langsung saja mengumpat kesal kepada laki-laki sialan itu. Dapat kulihat guru berambut sebahu itu menatapku tajam-menusuk.

"Hyebin-ssi, kau temui ibu pulang sekolah. Dan kau, Park Jimin." Wanita itu menghela nafas kasar-tampak muak dengan kelakuan pria itu. "Kau juga temui ibu."

Aku menatap tajam pada pria yang kuketahui bernama Jimin itu. Niatku yang awalnya ingin segera pulang, harus ditunda karena ulah bodohnya.

•••

"Pstt.. Pstt.. Hey gadis galak. Kau tuli ya?" Jimin lagi-lagi memain-mainkan lenganku yang ditumpu sebagai tempat tidur. Sumpah, aku tidak peduli lagi dengan pelajaran karena sejak awal aku pasti sudah di cap buruk oleh guru. Lupakan juga niat tidak ingin pindah, karena aku ingin pindah sekarang juga karena lama-lama aku bisa mati naik darah jika begini terus. Dengan sekuat tenaga dan keras kepala aku tetap menghiraukan laki-laki menyebalkan di sebelahku.

Bad Boy | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang