Happy reading!
***
Aku menatap Jungkook tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Entahlah, aku hanya bingung dengan sikapnya.
Terakhir kali dia memintaku untuk tidak pindah dan tetap tinggal dengan alasan pria itu membutuhkanku—meski aku tidak tahu apa yang ia butuhkan dariku sebenarnya. Namun sekarang dia malah bersikap seolah aku sama sekali tidak ada, dingin dan acuh.
Sewaktu aku kembali dari toilet (Kalian tahu apa yang terjadi) aku tidak melihat kehadiran Kim Ssaem dan menyempatkan diri untuk menyapa Jungkook. Namun pria itu hanya diam dan malah membereskan buku-bukunya.
Apa dia marah? Tapi kenapa? Aku menghela nafas dan memilih untuk masa bodoh. Mencoba berpositif thinking. Mungkin dia sedang ada masalah atau memang kesal padaku.
Saat aku memalingkan muka dan diam-diam memasang earphone kembali, tanpa kusadari Jungkook menatapku dengan sorot yang tidak bisa kujelaskan.
Seperti ingin mengatakan sesuatu, namun terlanjur sakit untuk mengatakannya.
"Anak-anak, aku tahu kalian tidak akan mendengarkan jika aku terus berceloteh di depan. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membuat kelompok."
Kim Ssaem yang tiba-tiba masuk kembali ke dalam kelas membuat atensiku terpusat seluruhnya. Terutama saat pria itu mengatakan bahwa kami akan berkelompok. Sial. Aku paling benci kata-kata itu.
"Ssaem, bagaimana cara membuat kelompoknya?" Tanya salah satu siswa.
"Masing-masing kelompok berisi 3 orang dan akan diundi. Siswa yang mengambil nomor sama akan menjadi satu kelompok."
Ucapan Kim Ssaem seketika saja membuat seisi kelas bersorak tak terima, termasuk aku. Aku bahkan tidak mengenal orang-orang disini selain Jungkook dan Jimin. Dimana sekarang situasinya Jungkook sedang mengalami perubahan sikap sedangkan Jimin membolos. Hebat sekali.
"Tolong ambil undian mulai dari barisan belakang."
Dengan malas aku berdiri dan maju untuk mengambil nomor. Sebenarnya aku tidak berharap banyak karena aku tahu aku tidak pernah beruntung dalam pengundian sesuatu.
"Nomor 3 Ssaem." Ucapku setelah membuka gulungan kertas.
"Berikutnya, Park Jimin." Seisi kelas sontak hening. Sudah menjadi rahasia umum jika berandalan itu menghilang.
Kim Ssaem hanya menghela nafas dan lanjut memanggil siswa selanjutnya. "Jeon Jungkook silahkan maju kedepan."
Jungkook berdiri dan dengan setengah hati mengambil undian. Aku hanya berharap dia tidak akan satu kelompok denganku.
"Nomor 3 Ssaem."
Sialan!
Aku mengumpat dalam hati begitu sadar bahwa aku dan Jungkook akan menjadi partner. Kenapa malah disaat seperti ini, saat sedang canggung dan aneh?
Aku dapat mendengar para gadis disebelahku berbisik sinis begitu tahu kenyataan bahwa aku dengan pujaan hati mereka satu kelompok, namun aku tidak peduli. Aku hanya berusaha tenang dan menghiraukan segalanya.
Pengundian berlanjut setelah Jungkook kembali ke tempat duduknya. Sampai pada siswa terakhir, Kim Ssaem memeriksa kertas terakhir yang tersisa.
"Kertas terakhir akan menentukan Park Jimin akan masuk ke dalam kelompok siapa."
Para gadis alay di dalam kelas tentu saja memekik, berharap berandalan yang mereka anggap keren itu masuk ke dalam kelompok mereka. Aku memandang mereka aneh, apa mereka buta atau memang sudah tidak waras menginginkan pria bad boy itu? Aku bertaruh Jimin hanya akan menjadi parasit di kelompoknya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfiction[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...