"Eommonim, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Iya, ada apa?"
"Aku, ingin membatalkan perjodohan ini."
***
"Apa kau sudah pikirkan?"
"Pikirkan? Tentang apa?"
"Keadaan jika ibumu jatuh. Kau akan tinggal dimana, atau kau akan hidup seperti apa."
Jimin tersenyum tipis dan menggeleng. "Mungkin menumpang di rumahmu?"
Aku mencibik, "Omong kosong."
Jimin terkekeh. "Jika eomma memang harus mendapatkan hukumannya, tentu semua asetnya akan ikut lenyap kan?"
Aku mengangguk. "Semuanya. Termasuk rumahmu yang seperti istana itu. Jika ibumu membelinya dengan hasil ilegal, ya…berharap saja itu tidak terjadi."
"Kau benar-benar pacarku bukan sih? Kenapa jahat sekali?" Dengusnya mendengar omonganku. "Setidaknya hibur aku, karena sebentar lagi aku akan menjadi gelandangan."
"Kau yakin tidak papa?"
Jimin menoleh ke arahku. "Maksudmu?"
"Kau sudah tahu ke depannya akan seperti apa. Kau sudah harus putuskan dari sekarang, Jim, kau akan tinggal dimana dan bertahan hidup seperti apa."
"Setelah aku dan Hyorim mengatakan sepakat akan membatalkan perjodohan kepada eomma, berarti kita bisa menikah kan?" Tanyanya melenceng dan mampu membuatku bergidik.
"Menikah? Kita bahkan belum genap 30 hari." Ucapku realistis. Maksudku, bisa saja kita putus kedepannya, bahkan kita belum kuliah dan masih anak kelas 12."
Tak tahan dengan ucapanku, Jimin menjitak kepalaku gemas. "Untung saja aku cinta padamu. Kalau tidak,"
"Kalau tidak apa?"
"Aku akan memakanmu sampai habis!" Ancamnya membuatku terbahak.
"Memakanku? Maksudmu kau akan memakanku seperti memakan kue?"
Jimin mengangguk dan tersenyum menyebalkan. "Kau akan menyukainya, bahkan memintaku memakanmu lagi."
"Cih, dasar mesum."
"Sekarang, ayo kita menemui ibu mertuaku." Tangan Jimin mengait dengan tanganku. Sesekali ia mengusapnya lembut, seperti ingin memberikanku kehangatan di cuaca dingin ini.
Aku tersenyum. "Maksudmu ibuku?"
Jimin mengangguk. "Iya, memangnya siapa lagi?"
"Kau akan takut Jim. Ibuku galak, seperti monster. Bagaimana jika kau digoreng dan akhirnya menjadi itik goreng tepung?"
Jimin lagi-lagi menjitak kepalaku gemas. "Aku tidak takut pada ucapanmu."
Aku mendengus lalu mengusap kepala. Lama-lama kepalaku akan menjadi lubang kecil jika terus-menerus dijitak.
"Ibumu suka apa?"
Aku menoleh, masih belum selesai mengusap kepala. "Suka aku." Jawabku sekenanya.
"Maksudku suka hadiah apa, Hyebinku yang cantik?"
Aku terkekeh lalu mencoba mengingat. "Ah, ibuku itu suka pria yang gagah, tampan, dan juga manis. Seperti ayahku. Makanya dia menikah dengan ayahku dan menghasilkan putri yang kelewat cantik sepertiku." Ucapku kelewat percaya diri dan mengangkat dagu menatap Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfiction[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...