"Hye, sampai kapan kita akan berdiam disini? Ayo, pergi saja."
Ini sudah yang kelima kalinya kudengar bujukan menyebalkan dari mulut Jimin. Dengan sabar aku menghela nafas dan menggeleng. "Bisa tidak sabar sedikit? Sudah kubilang kalau mereka akan datang sebentar lagi."
"Sebentar lagi bagaimana kau tahu? Bisa saja kan sebentar lagi yang mereka maksud itu satu jam atau bahkan dua jam lagi?" Tanya Jimin dengan raut tak sabaran.
"Lalu? Kau mau kita meninggalkan mereka begitu saja?"
Jimin mengangguk. "Iya."
Aku melipat kedua tangan kesal. "Bisa-"
"Hyebin-ah, Jimin-ah!" Sela sebuah suara dari arah belakang. Untuk double date ini, kami memutuskan untuk bertemu di daerah taman dekat sekolah.
"Si tepat waktu sudah datang rupanya." Ujar Jimin sarkastik. "Darimana saja hah?"
"Maaf, sebenarnya ini bukan salah Jungkook. Aku ... yang terlalu lama berdandan." Jawab Sekyung menyesal dan mengusap surainya canggung.
Aku menatap Jimin kesal dan tersenyum ke arah Sekyung. "Tidak, tidak masalah. Sekarang kita sudah lengkap kan? Ayo pergi."
Aku menarik tangan Jimin seperti menuntun balita yang sedang marah kepada ibunya. Daripada sikapnya merusak acara hari ini, lebih baik kami cepat pergi untuk makan.
"Mau makan siang apa?"
"Pasta?" Usulku.
"Tidak mau." Jawab Jimin.
Aku mendengus. "Steak?"
Jimin menggeleng. "Siang-siang begini?"
"Tteokbokki?"
"Kau pikir kita di sekolah?"
Aku meniup surai atas rambutku kesal. Dia ini banyak sekali sih maunya. Bukankah dimana-mana si wanita yang harus ditanyai? Kenapa ini malah dia dan aku yang seperti prianya?
"Kalau begitu bagaimana kalau kita makan secara terpisah saja?" Usul Jungkook daripada berlama-lama.
"Ide bagus. Ayo." Celetuk Jimin tanpa menunggu jawabanku. Dengan menyebalkannya dia menarik tanganku meninggalkan Jungkook dan Sekyung.
"Jungkook-ah, Sekyung-ssi, aku akan menelfon saat kami sudah selesai makan!" Pekikku susah payah sambil menyeimbangkan langkahku dengan langkah Jimin.
Saat sudah sedikit jauh, dengan kesal aku melepaskan tanganku dari pegangan Jimin.
"Ya!" Teriaknya.
"Apa?" Tanyaku menantang.
"Kenapa melepas tanganmu?"
"Apa kau selalu bersikap seenaknya seperti ini?" Tanyaku menatapnya jengkel.
"Maksudmu?"
"Kau bersikap layaknya raja sedangkan aku seperti pelayan. Kau kira aku tidak malu saat kau bersikap seenaknya di depan Jungkook dan Sekyung tadi?"
Jimin mengangkat sebelah alisnya tak mengerti. "Aku tidak bersikap seperti itu. Sejak kapan aku memperlakukanmu seperti pelayan?"
"Sejak tadi." Jawabku. "Setidaknya cobalah untuk bersikap sopan sedikit Jim. Makan apapun tidak masalah, jangan lupa kalau kita ini sedang berjalan-jalan bersama."
Jimin menghela nafas kasar. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu, itu saja."
"Apa?" Tanyaku tak mengerti.
"Di sekolah, kita selalu berdebat. Bahkan kau lebih sering menghabiskan waktu sendiri atau dengan Jungkook. Sekarang aku hanya ingin kita berdua berkencan, seperti pasangan di sekolah. Tanpa orang lain. Double date atau apalah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfic[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...