Disclaimer, this chapter is kinda.. Emm—yeah. 🙂
Happy reading!
***
"Jimin-ah."
Niat Jimin yang awalnya ingin segera pergi ke kamar tanpa harus berbasa basi nyatanya harus tertahan melihat perawakan ibunya duduk di sofa layaknya singgasana. Menunggunya, tentu saja.
"Kalau eomma ingin membahas tentang Hyebin, aku tidak mau mendengarnya."
"Apa kau mau kejadian dua tahun lalu terulang? Tidak jera?"
Jimin menghela nafas kasar dan menatap ibunya kelewat tajam. "Kenapa eomma tidak sadar diri?"
"Park Jimin." Rahang sang ibu mengeras. "Eomma hanya minta 3 bulan dan setelah itu kau bisa lakukan apapun."
"Hanya?" Kekeh Jimin sinting. Apa yang dipikiran ibunya itu hanya ada uang, uang, dan uang? Kalau begitu apa alasan Jimin di lahirkan juga karena uang?
"Aku juga ingin bahagia, tidak ingin dipaksa." Senyum Jimin sendu. Kelewat menyakitkan namun sayangnya wanita yang melahirkannya itu tak punya hati.
"Kau tahu kalau ayah gadis itu perokok berat dan mantan pemakai narkoba? Apa kau tidak—"
"Aku tidak peduli. Setidaknya dia masih lebih baik daripada Eomma." Potong Jimin menatap ibunya.
Ny. Park menghela nafas kasar dan lanjut kembali berbicara, nada bicaranya masih pongah dan sorot matanya memandang ke depan. "Aku akan memberikanmu kelonggaran. Kau bisa memacari gadis itu, tapi tetap setujui perjodohan."
"Sampai kapapun aku tidak akan pernah mau dijodohkan dengan Hyorim, Eomma. Aku tidak mau melakukan rencana yang eomma bilang sempurna itu."
"Park Jimin." Kesabaran sang ibu mulai habis. "Berhentilah membantahku."
"Dan berhenti juga menyuruhku melakukan ini dan itu!" Seru Jimin tak terima. "Harta eomma sudah milyaran, bahkan warisan dari ayah juga masih tersimpan rapi. Apa itu semua masih belum cukup?"
"Harta bukan urusanmu."
Jimin tersenyum hambar dan menganggukkan kepalanya. "Kalau bukan urusanku, eomma tidak berhak untuk memaksaku menyetujui perjodohan."
"Sampai kapan kau akan menentangku?"
"Sampai eomma menyadari bahwa di dunia ini, tidak hanya uang yang berkuasa."
Ny. Park menatap Jimin datar. Omongan Jimin sepertinya sama sekali tidak masuk ke dalam hati nuraninya. "Kau tidak perlu menceramahiku."
"Kau bahkan buta dan tidak menyadari bahwa Hyorim mempengaruhimu selama ini. Apa eomma tidak sadar dia berniat jahat pada keluarga kita?"
"Eomma menyadarinya. Dia ingin menjatuhkanku. Aku tahu."
Jimin tidak bisa berkata-kata lagi. Baginya, ini sudah terlampau gila. Ibunya benar-benar keterlaluan, tidak ada akal. "Aku tidak peduli lagi."
Daripada berlama-lama beradu mulut dan merasakan kepalanya berdenyut nyeri karena tak ada akhirnya, Jimin lebih memilih pergi ke kamarnya sebelum sang ibu kembali berucap—
"Setujui perjodohan atau eomma akan mengeluarkan gadis itu dari sekolah."
Benar-benar sinting.
•••
"Noona."
Aku menoleh malas kepada Taehyung. Si tolol itu tampaknya baru saja pulang setelah 3 jam berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfic[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...