"Bagaimana nenekku? Memang baik kan?" Tanya Jimin begitu kami selesai makan siang dan memutuskan untuk berjalan kaki di sekitar lingkungan Hanam-dong.
"Ya baik, kukira baik di kamusmu itu tidak seperti baik dalam kamusku." Jawabku lega karena tidak sesuai perkiraan sebelumnya.
Jimin terkekeh dan tangannya menggandeng tanganku. "Selama tadi aku diusir oleh Halmeoni, kalian membicarakan apa?"
Aku mendadak terdiam. Sebenarnya tidak ada yang harus disembunyikan, namun jika aku ungkit lagi suasananya berubah. Aku tidak mau Jimin teringat akan Hyorim ataupun ibunya.
Alhasil aku hanya menggeleng, "Tidak ada yang penting. Lee halmeoni hanya bertanya soal kelakuan bad boy mu disekolah."
Jimin mendengus. "Pembicaraan yang merusak citra fukboi ku lagi."
"Jim!" Aku memukul lengannya jengkel sedangkan dia hanya tertawa melihat kekesalanku.
"Kau sendiri bilang kalau aku ini berandalan, kenapa malah marah hmm?"
"Tapi tidak fukboi juga. Menyebalkan." Renggutku ingin melepas gandengan.
"Oke, oke maaf. Jimin hanya milik Hyebin, selamanya hanya milik Hyebin. Jimin kan bucin."
Ucapannya seketika saja membuatku ingin muntah. Heol. Sejak kapan Jimin bisa berkata seperti itu?
Daripada makin melantur tidak jelas dan mendadak aku ingin membeli makanan manis, aku menarik Jimin ke toko yang menjual dessert. "Jimin-ah, ayo kita beli es krim."
•••
"Aku senang." Ucap Jimin tiba-tiba sembari menggigit sendok. Netranya menatap sayang kearahku.
"Senang karena aku yang belikan?"
Jimin mendengus. "Kau punya kebiasaan merusak suasana ya?"
Aku terkekeh lalu menggeleng. "Lalu pacarku ini senang kenapa hmm?"
"Karena kau."
"Aku?"
Jimin mengangguk. "Aku senang karena kau membuat debaran tak menentu di dalam sini. Membuat jantungku menari layaknya di tengah disko." Jimin menarik tanganku dan meletakkannya di dadanya.
Aku benar-benar bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak cepat seperti sedang berlomba marathon.
Entah kenapa kurasakan pipiku memerah, terutama saat mataku tak sengaja bertabrakan dengan mata bulan sabitnya.
Tak sadar kami berada dimana sekarang, perlahan Jimin mulai memajukan tubuhnya. Sedikit lagi, bibir kami bertemu.
"Oh, Jimin-ah, Hyebin-ah, kalian disini?"
Terkaget, refleks aku mendorong Jimin sampai oleng dari kursinya. Dia terjatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras.
Maaf, Jim! Aku khilaf.
"J-Jungkook-ah!" Senyumku paksa tak menghiraukan Jimin yang mengaduh kesakitan sedangkan beberapa staf toko membantunya berdiri.
"Kekuatanmu agak besar juga ya." Celetuk Jungkook canggung. Sepertinya dia cukup peka akan kelakuan kami barusan.
Daripada memperpanjang situasi dan membuatku semakin malu, kulihat disampingnya ada seorang gadis yang tampak familiar. "C-Cha Sekyung?" Kejutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfic[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...