Aku harus menyingkirkanmu, atau melakukannya seperti waktu itu?
Aku harus mengeluarkanmu atau membuatmu menderita?
"Eomma, aku berangkat!"
Aku bersiap sembari memakai sepatu. Sebelah tanganku menenteng tas dan satu buah roti terapit di mulut. Tipikal anak yang tidak niat sekolah sekali bukan?
"Ya, Kim Taehyung! Cepatlah, kau mau kita terlambat?" Aku berdecak melihatnya masih asik mengolesi roti dengan selai stroberi favoritnya.
"Aku sudah cepat Noona." Tangannya menutup toples selai dan menyusulku. "Ayo."
Hari ini, aku memutuskan untuk naik bus bersama Taehyung. Entah kenapa aku hanya ingin menghemat pengeluaran sampai bocah itu mendengus tak setuju.
"Kenapa tidak naik taksi saja? Uang noona tidak semiskin aku kan?"
Aku menatapnya malas. "Uangku memang banyak, tapi jika setiap pagi aku terus yang membayar, tetap sama saja denganmu."
Taehyung mengerucutkan bibirnya dan sekali lagi kalah telak saat memancingku berdebat. Bersamaan dengan itu, bus yang ingin kami tumpangi tiba.
Di dalamnya sepi, hanya ada 3 orang.
"Eomma sudah tahu?"
Taehyung menoleh. "Tahu apa?"
"Surat skorsing mu, bodoh."
"Tentu saja, seperti biasa eomma memarahiku dan memotong uang jajanku. Noona jahat sekali sih tidak mau membantu adik tampanmu ini berjuang."
Mendengarnya kelewat percaya diri, aku tak kuasa menahan diri untuk tidak tertawa, mengacak surai Taehyung hingga bocah itu berdecak.
"Noona! Rambutku jadi kacau!"
Aku memasang raut seolah-olah terkejut, "Oh ya? Kalau begitu maaf."
Taehyung merapikan kembali rambutnya sambil menatapku layaknya anak kecil yang permennya dirampas.
"Oh ya, Taehyung-ah." Aku teringat tentang kejadian kemarin. "Kau benar-benar mengenal Kim Hyorim kan?"
Kepalanya mengangguk. "Dia sering ke club, tentu saja aku mengenalnya."
"Kalau begitu kau mau aku membelamu di depan eomma?"
Mata Taehyung seketika saja berbinar. "Noona akan menggantikanku?"
Aku menjitak kepalanya karena dia selalu saja menyalahartikan maksud baikku dengan arti yang lebih baik lagi dalam kamus Kim Taehyung. "Membela bodoh. Bukan menggantikan."
Taehyung meringis dan menatapku kesal. "Noona kerasukan apa mau membelaku?"
Lantas aku tersenyum misterius. "Ini perihal Jimin. Aku hanya meminta bantuan mudah, yang pasti kau bisa melakukannya."
•••
"Pagi, Jung—" Aku menghentikan sapaan disaat kulihat seorang gadis yang tampak tak asing sibuk menggelayuti Jungkook.
Ada sorot mata ketidaknyamanan dalam diri pria itu, lebih memilih memakai earphone untuk menutup segala suara yang menggangunya.
"Apa gadis itu kekasihnya?" Gumamku sendiri. Tapi melihat hanya gadis itu yang berharap, aku menarik kembali pemikiranku. "Sepertinya tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
أدب الهواة[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...