"Noona, kau tahu tidak dimana playstation yang baru saja kubeli?"
Aku berusaha sabar disaat si pembuat onar itu masuk tanpa mengetuk pintu kamarku terlebih dahulu. Aku sering berpikir, dia benar-benar tahu sopan santun atau tidak sih?
Aku menghela nafas kasar meski dalam hati bergumam, 'Bocah ini adikku, dia memang tolol. Sabar, Hyebin-ah.'
"Kau lupa akhir-akhir ini aku bahkan pulang malam?"
Taehyung mendengus dan seolah tidak percaya dengan omonganku, bocah itu menjelajahi isi kamar.
"Ya, sudah kubilang aku tidak tahu letak keberadaan ps anehmu itu! Berhenti mengacak-acak kamarku!" Aku menendang pantatnya kesal. "Tanyakan pada eomma!"
Taehyung menatapku tajam dan merenggut seperti anak kecil. "Aku tidak bisa."
"Wae?" Aku menyilangkan kedua tangan.
"Eomma tidak tahu aku beli ps baru."
Mengetahui jawabannya, mataku melotot menatapnya. "Kalau kau ketahuan, aku juga bisa mati bodoh! Cepat cari!"
"Noona mau membantuku?"
Aku menjitak kepalanya. "Kalau tidak, eomma juga akan membunuhku bocah. Kau kan sudah dilarang untuk membelinya!"
Taehyung mendengus dan mengusap kepalanya. Disaat aku asik mencari, tiba-tiba saja dirinya memekik.
"Taehyung!" Aku menutup mata berusaha menenangkan emosi. "Bisa tidak jangan berteriak seperti itu?!"
"Noona, aku baru ingat kalau aku membawanya ke apartemen Jungkook hyung."
•••
"Ya! Kenapa aku bisa ada disini?" Jimin terjungkal dari atas sofa. Seingatnya dia bersama Hyebin kemarin, sama sekali tidak pergi ke apartemen Jungkook.
Jungkook yang tadinya asik memanaskan air untuk membuat susu, menatap malas dan sudah mengira reaksinya akan seperti itu. "Kau sama sekali tidak ingat, pemabuk?"
Jimin memiringkan kepalanya, berusaha mengingat kejadian semalam. "Astaga!"
Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya dan menuangkan air panas ke dalam gelas. "Kau ingat? Ya, kemarin kau menyiksa Hyebin. Kau minum 2 botol soju dan gadis malang itu membawamu kesini karena kau tidak mau pulang."
Jimin meruntuk seorang diri dan merasakan kepalanya berdenyut. "Jadi itu semua bukan mimpi? Cerita … nyata?"
Jungkook mengaduk air panas yang sudah bercampur dengan susu bubuk lalu membawanya ke ruang tengah tempat Jimin berada. "Kenapa kau membiarkan Hyebin masuk ke dalam kehidupanmu?"
"Apa?" Berandalan itu masih belum selesai menyesali diri karena kejadian semalam. "Apa maksudmu?"
"Kau membiarkan Hyebin mengetahui tentang perjodohanmu dengan Hyorim. Bahkan kau membawanya bertemu dengan ibumu yang gila harta itu. Apa kau tidak waras?"
"Kau tidak perlu ikut campur dalam urusanku, Jeon." Jimin menatap Jungkook tidak suka.
Jungkook terkekeh dan meletakkan gelas berisi susu panas ke atas meja. "Bagaimana bisa aku tidak ikut campur? Gadis yang kusukai hampir masuk ke dalam jurang, Jim."
"Apa?" Jimin menatap Jungkook dengan kedua mata menyipit. "Gadis yang kusukai? Berhentilah menggunakan kata yang tidak kumengerti."
Jungkook tersenyum miring. "Sekarang kau sudah mendengar pengakuanku kan? Aku menyukai Hyebin, Jim. Aku tertarik padanya sejak dia masuk ke kelas kita. Aku juga benci saat kau dekat dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | PJM ✔
Fanfiction[COMPLETE•Follow first] † "He is a bastard, a fucking idiot, and the sexy one." Namanya Park Jimin. Tampan sih, aku akui. Keren dan juga seksi untuk pria berumur 18 tahun. Tapi menurutku semua keunggulan itu tertutupi oleh sifat bajingannya. Dia ada...