Thirty Nine : Caught

968 115 0
                                    

Maaf ku lupa update, 😭🙏

***

"Permisi, apa ini dengan kediaman Ny. Park Haneun?"

Tiba-tiba saja dari arah belakang, beberapa orang pria berseragam biru muncul dengan membawa mobil polisi, bersamaan dengan satpam yang berusaha mencegah mereka agar tidak masuk lebih dalam lagi dan merusak semuanya.

Ny. Park dan Hyorim yang tadinya masih saling bertatap nyalang kompak menoleh ke arah 3 pria berbaju biru itu.

"Oh kalian sudah datang?" Tanya Hyorim tenang. Aku bahkan heran, sejak kapan gadis itu menelfon polisi padahal aku sama sekali tidak melihatnya memegang handphone?

"Kami datang atas perintah penangkapan Ny. Park Haneun." Jelas salah satu dari mereka.

"Apa yang kau lakukan wanita sinting?" Desis Ny. Park dengan kilatan tajam. Kedua tangannya mengepal sempurna.

"Apa lagi? Membalas dendam tentu saja. Aku tahu kau tidak menyukai hal-hal yang ribet, oleh karena itu aku sudah mempersiapkannya. Kau hanya tinggal duduk manis dan menceritakan semuanya."

Menyadari posisinya yang terdesak, Ny. Park beralih menatap Jimin. "Jimin-ah, ayo bantu eomma. Eomma benar-benar tidak bersalah. Ini semua hanya kebohongan."

Melihat tatapan mereka saling bersinggungan, dengan berat hati Jimin memalingkan muka. "Maaf eomma, kali ini aku tidak bisa membantumu."

Ny. Park terkekeh rendah. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa kau tidak merasa bersalah pada ibumu sedikit pun? Aku melakukan ini juga untukmu Park Jimin. Aku sama sekali tidak layak mendapatkan hukuman."

Jimin tersenyum miris dan perlahan melangkah mendekati ibunya. "Eomma, aku tidak pernah menginginkan harta atau apapun itu. Aku hanya ingin kasih sayang, itu saja."

Ny. Park menggeleng dan mulai panik ketika dua orang polisi mulai meraih kedua tangannya. "Lepaskan!" Teriaknya kalut. "J-Jimin-ah, bantu eomma. Eomma berjanji akan memberimu kasih sayang setelah ini."

"Maaf eomma, maafkan aku."

Kalimat itu merupakan kalimat terakhir sebelum Ny. Park benar-benar ditarik oleh polisi untuk masuk ke dalam mobil.

"Lepas! Lepaskan aku! Aku tidak layak mendapatkan semua ini!" Teriaknya masih bersikeras untuk meloloskan diri.

"Ny. bisa menjelaskannya di kantor kepolisian." Ucap salah satu polisi.

Melihat Jimin yang hanya diam memandangi ibunya, aku menepuk pundaknya pelan. "Kau hebat, kau sudah melakukannya dengan baik."

Jimin tersenyum tipis dan meski hatinya sedih, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ini semua adalah yang terbaik untuk ibunya.

"Nona Hyorim, kau bisa ikut kami ke kantor polisi."

Hyorim mengangguk dan menatapku. "Apa kalian ingin ikut? Mungkin kesaksian kalian juga diperlukan disana."

Aku menatap Jimin guna meminta jawabannya. Melihat Jimin hanya diam, aku tersenyum tipis. Sepertinya suasana hatinya tidak baik untuk saat ini. "Bisa kau saja yang menyelesaikan semuanya Hyorim-ssi? Sepertinya kami tidak bisa ikut."

Paham dengan maksudku, Hyorim tersenyum dan mengangguk. Ia pun ikut masuk ke dalam mobil dan melaju keluar dari rumah Jimin.

"Jim, kau baik-baik saja?"

Jimin mengangguk dan tiba-tiba saja memelukku. "Aku takut eomma menderita disana."

Aku tersenyum tipis dan menepuk punggungnya lembut. "Setidaknya di penjara nanti, ibumu bisa belajar bahwa harta bukanlah segalanya."

•••

"Jungkook-ah," Aku tersenyum melihat pria itu sudah menungguku di sudut cafe.

Melihatku, Jungkook balas tersenyum sedangkan aku duduk di hadapannya. "Kudengar Ny. Park sudah ditangkap?"

Aku mengangguk. "Sebenarnya masih dalam tahap penyelidikan. Jika nantinya Ny. Park bersikeras tidak mau menceritakannya, Hyorim akan menyerahkan rekamannya."

Jungkook mengangguk paham. "Dimana Jimin? Aku yakin dia sedih sekali melihat ibunya ditarik polisi."

Aku menghela nafas pelan. "Aku sengaja tidak mengajaknya. Dia ada di rumahnya sekarang."

"Setidaknya semuanya sudah selesai. Jimin tidak perlu lagi memikirkan perjodohan dan masalah ibunya akan diselesaikan secara hukum."

Aku menyenderkan tubuh lega. Rasanya senang karena masalah rumit ini sebentar lagi berakhir. "Aku menyesal karena tidak mendengarkan perkataanmu."

"Menyesal? Memangnya aku pernah mengatakan apa?"

"Itu, kau yang selalu memperingatkanku untuk tidak ikut campur dalam urusan Jimin. Sekarang aku tahu kenapa kau memperingatkanku."

Jungkook mendengus dan menjitak dahiku gemas. "Makanya waktu itu kau juga harusnya jatuh cinta padaku, bukan pada rivalku sendiri."

Aku terkekeh. "Kau kan sudah punya Sekyung sekarang."

"Aku gay Hye."

"A-apa?" Kagetku dengan mata membelak.

"Tapi bohong." Lanjutnya dengan terbahak lalu membuatku menatapnya kesal.

"Ya! Sama sekali tidak lucu!"

Jungkook masih saja tertawa dan dengan susah payah berhenti setelah melihatku yang menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. "Iya, iya maaf. Aku hanya tidak ingin kau terlalu larut dalam suasana tegang."

Aku mendengus. "Tapi tidak begitu juga."

"Oh ya, tiba-tiba aku penasaran." Ucapnya setelah menyesap kopi. "Kita kemarin baru saja selesai ujian kan?"

Aku mengangguk. "Iya. Lalu?"

"Berapa peringkat mu?"

"Kau mengharapkan berapa?" Aku menatapnya kesal. Terlihat sekali menanyakan hal itu untuk mengejekku.

"Siapa tahu lebih tinggi dari peringkatku." Ucapnya mengindikkan bahu berkebalikan dengan gaya diatas awannya.

"Menyebalkan." Dengusku menatap kelinci tengil itu. "Aku peringkat 25 di kelas. Tadinya 24 tapi gara-gara masalah Jimin, turun satu. Oh sedihnya."

Mendengar perkataanku, Jungkook tertawa lagi. "25? Astaga. Kita hanya 30 orang dan kau kelima dari belakang?" Tawanya makin keras. "Aku saja peringkat 8, masa kau kalah?"

Aku memukul kepalanya kesal. Ingin sekali memotongnya kecil-kecil lalu membuangnya di laut dan menjadi santapan ikan hiu.

"Tapi meski peringatku rendah, kan tetap lulus juga. Gila saja aku mengulang satu tahun lagi."

"Kau takut tidak bertemu denganku dan Jimin ya?"

Aku bersiap memukulnya lagi. "Dasar sialan! Berhentilah mengejekku, dasar kelinci kelebihan otot!"

Jungkook tertawa dan menepuk kedua tangannya seolah aku ini badut pelawak. "Oke, oke maaf."

Aku mendengus. "Kapan kita akan karya wisata?"

"Karya wisata? Mungkin dua minggu lagi. Awas jangan putus dulu dengan Jimin, nanti karya wisata mu menyedihkan."

"Ya Jeon Jungkook!" Pekikku kesal. Ingin sekali mencincang habis otaknya.




[]

Chapter selanjutnya akan menjadi last chapter dari Bad Boy. 😭😭😭 Siapkan hati guys.

Bad Boy | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang