Fourteen : Can't

1.6K 182 7
                                    

Yu, komen, yu. ^^ maafkan klo updatenya suka telat. :')

Tar kpn" diusahakan double up dehh~

•••

"Ya, geumanhae. Kau bisa mabuk!" Aku menghela nafas kasar melihat Jimin lagi-lagi meneguk segelas soju. Bukan apa-apa, hanya saja ini sudah botol kedua yang dia habiskan.

"Park Jimin! Kau sudah minum terlalu banyak, kita bahkan belum benar-benar bisa meminumnya, kita masih memakai seragam!"

Aku berusaha mengambil gelas dari tangannya. Jimin terkekeh sinting dan malah menepis tanganku. "Eomma, berhentilah melarangku! Kau selalu mengekangku untuk segalanya, untuk kali ini saja tolong jangan membuatku makin menderita …"

Aku memiringkan kepala mendengar omongan Jimin yang aku yakin melantur itu. "Kau menganggapku sebagai ibumu?"

Jimin mengangguk dan tersenyum. "Ya. Kau ibuku yang jahat. Jahat dan jahat."

Aku terkekeh dan memutuskan untuk mengganti botol-botol soju dengan air. Menurutku percuma saja melarang berandalan ini minum karena dia tidak akan mendengarkanku.

"Park Jimin, sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan ibumu?"

Jimin menatapku lekat. "Kim Hyebin. Bisa kau diam? Jangan bergerak, kau membuatku pusing." Tangannya melambai ke kanan dan ke kiri seolah aku ini bayangan yang terbelah menjadi dua.

"Kau mabuk, bodoh. Berapa kali sudah kuperingati untuk berhenti? Sekarang ayo kita pulang. Ini sudah malam."

Aku menarik tangannya, namun dia hanya diam di tempat. Kepalanya menggeleng dan menunduk.

"Aku, tidak mau pulang."

Aku menghela nafas kasar menanggapi kebebalannya. Pasalnya, ini sudah dua jam semenjak Jimin bertemu dengan ibunya dan tiba-tiba saja menarikku ke tempat seperti ini. Aku yakin, ibu Jimin juga sudah tidak memandang baik tentangku.

Drrtt.. Drtt..

Tiba-tiba saja handphoneku berdering dan nama Taehyung muncul di layar. Lekas saja aku menggeser tombol dan mendengar gerutuannya di sebrang sana.

"Noona, dimana kau?" Tanyanya langsung begitu aku mendekatkan handphone ke telinga.

"Eomma menanyaiku?"

Kudengar Taehyung mendengus. "Sekarang noona jadi lebih sering pulang malam daripada aku. Noona kerasukan apa hah?"

Jika dia ada didepanku sekarang, sudah kujitak kepalanya. Omongannya itu, astaga. Menyebalkan. Aku berkacak pinggang. "Sebentar lagi noona mu yang cantik ini akan pulang kok."

Taehyung meringis di sebrang sana. "Berhenti noona, kau membuatku takut. Kalau begitu aku tutup sekarang, dadah—"

"Tunggu!" Teringat sesuatu buru-buru aku menyelanya. "Taehyung-ah, apa kau punya nomor telfon milik Jeon Jungkook?"

•••

Menyusuri lantai dengan susah payah dan penuh tenaga lebih—aku dengan satu beban yang merepotkan ini, mengetuk pintu apartemen dengan keras.

"Ya, Kim Hyebin. Apa yang kau lakukan malam-malam begini di apartemenku?"

Jungkook mengangkat sebelah alisnya mengingat tanpa ada pemberitahuan apapun, aku menelfon dan menanyakan alamatnya.

Aku terkekeh canggung. "Kau … tinggal sendiri?"

Jungkook menatapku aneh. "Kenapa kau bertanya?"

Bad Boy | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang