13.

647 26 1
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, Reina dan Mawar masih berada dikelas menunggu teman-temannya keluar kelas terlebih dahulu, mereka malas jika harus berdesak-desakkan.

"Ren gue ketoilet dulu, nitip tas" ucap Mawar terburu-buru.

"Oke" kata Reina.

Lalu Mawar keluar sembari berlari kecil, tak lama Reina melihat Azka didepan pintu kelasnya. Lelaki itu memang terlihat dingin seperti Reyhan, namun masih ada rasa hangatnya.

Azka berjalan mendekat menghampiri dirinya, semakin dekat Azka semakin tampan. Ya, benar ia baru menyadarinya. Namun diantara Dion, Zidan, dan Azka tentu saja Reyhan paling tampan.

"Ren" panggil Azka, sontak membuat ia tersadar dari pikirannya.

"Eh iya, mau ngomong apa?" tanya Reina.

"Hm gimana ya" ucap Azka

"kenapa?"

"Mau ga lo jadi pacar pura-pura gue?"

Reina kaget dengan apa yang dibicarakan Azka, mata Reina seketika membulat ia tak percaya dengan pernyataan Azka. Mengapa ia meminta Reina untuk jadi pacar pura-puranya? Apa alasan dia sebenarnya? Jangan-jangan...

"Ren, lo mau apa enggak?" tanya Azka sekali lagi.

"Aku jadi pacar pura-pura kamu? Kenapa?" tanya Reina bingung.

"Gue mau ngehindarin seseorang" jawab Azka.

"Siapa?"

"Pokoknya ada deh, jadi lo mau atau enggak?"

Sungguh membingungkan. Apa harus pura-pura pacaran untuk menghindar dari seseorang? Tapi siapa? Bagaimana bisa ia pura-pura pacaran dengan Azka dan bagaimana reaksi Reyhan, apa dia akan cemburu? Apa dia akan menyuruh Azka untuk putus? Atau sebaliknya? Atau...

"Ren"

Pertanyaan-pertanyaan dari pikiran Reina buyar begitu saja karena suara Mawar yang muncul begitu tiba-tiba, ia memang kadang sangat menyebalkan.

"Ngapain lo sama Reina berduaan Ka?" tanya Mawar dengan raut wajah.....cemburu?

"Kenapa lo? sirik sama gue?" tanya Azka balik.

"Idih, jijik banget gue sama orang kecentilan kayak lo" jawab Mawar.

"Lo galak banget" ledek Azka.

"Terus masalah lo apa?"

"Dikit masalah gue mah. Noh sahabat lo yang banyak" tunjuk Azka pada Reina.

"Hah?" sahut Reina.

"Gausah banyak bacot Ka, udah sana-sana" usir Mawar kepada Azka.

"Gue jawabnya besok aja boleh ya Ka?" ucap Reina

"Tuh denger kata Reina, pulang lo" ucap Mawar.

"Sensian amat sih, yaudah nanti kita bicara lagi" ucap Azka

Setelahnya, Azka langsung pergi sedangkan Mawar cemberut ditambah raut wajahnya yang bertanya-tanya tentang ucapan Reina. Jawaban tentang apa yang harus Reina jawab? Sepertinya mereka begitu serius.

Reina yang menyadari raut wajah Mawar langsung tersenyum karena sepertinya ia sangat kepo dengan hal ini.

"Ngapain lo ketawa? Ngetawain gue ya?" tanya Mawar sinis.

"Enggak kok hehe" jawab Reina cengar-cengir.

"Lo ngomongin apa sama Azka?"

"Bukan apa-apa kok"

"Ih pelit banget sih lo, kasih tau apa susahnya sih?"

"Gamau ah"

"Anjir gue tonjok baru tau rasa"

"Sini tonjok kalau berani, bleee" ledek Reina, kemudian ia langsung lari agar tidak terkena imbasnya dan tak lama Mawar menyusul Reina

Bugh...

"Aduh maaf, maaf aku gasengaja"

Ketika Reina sedang berlari, ia tak sengaja menabrak seseorang didepan gerbang sekolahnya dan ia kenal dengan orang itu. Orang yang dulu pernah berantem dengan Reyhan.

"Lo kan yang sama Reyhan?" tanyanya dengan senyuman yang terlihat sedikit licik.

"Bukan!" jawab Reina sinis dan berbohong
"Lo pikir gue buta dan pikun?" tanyanya seraya mengangkat sebelah alisnya

"Iya" jawab Reina

"Cih, gausah sok jual mahal" ucap Gilang

"Terus mau kamu apa? Lagian ngapain juga kamu kesini? Ini kan bukan sekolah kamu" ucap Reina

"Emangnya lo pemilik sekolah ini? Lo tuh jadi cewe gausah banyak tingkah" kata Gilang sedikit menusuk

"Dan lo kesini itu ga banyak tingkah?"

"Suara itu..." batin Reina

Tiba-tiba saja Reyhan dan Azka muncul, sontak membuat Reina dan Gilang menoleh kearah suara itu. Ya, benar itu adalah suara Reyhan, pelan tapi sangat dingin.

"Ngapain lo kesekolah kita? Kangen babak belur sama Reyhan?" tanya Azka sedikit tersenyum.

"Gue kesini mau ketemu sama dia" jawab Gilang seraya menunjuk Reina.

"Hah?" Tanya Reina

Lalu tangan Reina diraih oleh Gilang sehingga membuat tangan mereka seperti berpegangan secara paksa, mata Reina membulat karena kaget dengan ucapan Gilang yang tiba-tiba dan sejak kapan ia akrab dengan Gilang? Padahal ia baru bertemu dengannya ketika bersama Reyhan waktu itu.

Reyhan masih terdiam dengan wajah datarnya. Reina memandangi Reyhan, mencari tahu apakah ada rasa kecemburuan atau ketidaksukaan Reyhan saat melihat dirinya digenggam orang lain? Namun percuma, Reyhan susah sekali ditebak.

"Lo janjian sama Reina?" tanya Azka heran.

"Enggak" jawab Reina.

"iyalah" jawab Gilang.

Azka merasa bingung dengan jawaban mereka yang bersama-sama namun berbeda, sebenarnya ada hubungan apa antara Reina dan Gilang? Apa sebelumnya mereka sudah saling kenal?

"Enggak, aku gapernah janjian sama dia" ucap Reina secepat mungkin.

"Lepasin tangan lo dari Reina" titah Reyhan sinis.

"Siapa lo bisa nyuruh-nyuruh gue?" tanya Gilang

"Lepas!" ucap Reyhan pelan tapi menyeramkan.

Reina sedikit terkejut melihat Reyhan yang tiba-tiba membelanya tetapi ia juga amat senang karena Reyhan seperti.... cemburu? entahlah Reina tidak mau sok tahu tapi semoga saja.

"Gue gamau jadi lo bisa apa?" tanya Gilang memancing emosi Reyhan.

"Aduh sakit banget" batin Reina.

"Woy gila, lepasin" ucap Azka yang juga ikut kesal.

"Kayak gini?" tanya Gilang sembari memperlihatkan tangannya yang sangat memegang tangan Reina dengan keras.

"Aduh sa...sakit" rintih Reina kesakitan.

Bugh!

"Gue bilang kalau lepas ya lepas" ucap Reyhan setelah memukul Gilang hingga ia terjatuh, dan segera menarik Reina menjauh dari gilang.

"Cih, bangsat lo Rey" teriak Gilang penuh amarah.












Hallo semuanya, author kembali lagi hehe. Minggu ini author lagi UAS jadi gabisa publish dan makasih buat semua yang udah baca dan sabar :)




Vote + Comment jangan lupa ya :)

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang