Drrt...Drrtt...
Suara ponsel berdering, kini Reina sedang dikamarnya memainkan ponsel sembari duduk didekat jendelanya, jika ditanya apakah dia sudah siap untuk sekolah atau belum? Tentu saja sudah, Reina bangun lebih awal pagi ini. Reina sudah siap dengan pakaiannya, ia juga sudah sarapan dan sekarang masih jam 05.41.
Reina melihat langit yang masih sedikit gelap namun tidak segelap langit malam, tak lama ia mendengar suara ponsel yang mengganggunya dan ia langsung meraih ponsel itu, Reina melihat siapa yang menelfon dan ternyata itu nomer yang tidak ia kenali, mungkin salah sambung jadi ia memutuskan untuk kebawah menonton berita sebentar dan tak menjawab telfonnya namun ponselnya berbunyi lagi dengan nomer yang sama.
"Siapa ya pagi-pagi gini?"
Reina bingung, tak lama ia meraih ponselnya kembali dan menjawab siapa yang menelfon dan ternyata itu suara seorang cowo.
"Hallo" ucap seseorang dibalik ponsel.
"Siapa ya?" tanya Reina langsung pada intinya, tetapi ia merasa mengenal suara ini.
"Gilang, masa lo lupa" ucapnya.
"Ck, ngapain sih telfon aku? Kalau gaada urusan aku ma..." ucapan Reina langsung dipotong oleh Gilang.
"Cih, galak amat lo. Gini ya Reina, gue cuma mau ngasih tau kalau sekarang Reyhan ada sama gue"
Ucapan Gilang sukses membuat Reina mati rasa, pasalnya ia tahu bahwa Gilang adalah makhluk yang sangat berbahaya, bagaimana bisa dia bisa bersama Reyhan?
"Aku gapercaya, kamu bohong!" bentak Reina kesal.
"Ngapain sih gue bohong? Kemarin waktu pulang dari rumah lo, Reyhan itu kita kepung dijalan"
Dheg!
"Kamu bohong, aku gapercaya!" desis Reina kencang.
"Kalau lo mau Reyhan selamat, sekarang lo ke gedung kosong di deket sekolah lo, taukan? Cari gue di paling atas" ucapnya dengan sedikit rasa angkuh.
Reina mulai kesal, amarahnya sudah memuncak, ia khawatir sekaligus benar-benar kesal dengan Gilang. Jika ia yang diincar mengapa harus Reyhan yang kena? Mengapa Gilang melibatkan Reyhan? Mengapa tidak ia saja?
Reina langsung bergegas, pikiran negatifnya mulai bermunculan, ia sudah tidak bisa berpikir jernih, air matanya hampir turun. Reina memang cengeng disaat seperti ini, namun ia benar-benar khawatir, dan itu sama sekali tiba bisa Reina sembunyikan.
"Kok buru-buru? Ini masih lama loh?" tanya Ratna pernasaran karena melihat anaknya terburu-buru turun dari tangga.
"Gapapa Ma, Reina ada janjian sama temen jadi harus berangkat sekarang" ucap Reina jujur, namun pemilihan kata-katanya yang bohong, ia memang ada janji namun ia tidak berkata apa arti janji tersebut.
"Oh yaudah hati-hati ya" ucap Ratna.
"Iya, assalamualaikum" pamit Reina.
"Waalaikumsalam"
•••
"Reyhan, mau kemana? Ini masih jam setengah 6 loh" ucap Tiara, -Mamanya Reyhan-
"Biasa Ma, jemput pacar barunya" celetuk Davin.
"Reyhan punya pacar?" tanya Tiara sedikit tak percaya.
"Iya Ma, tapi ya gitu, gengsinya wow deh pokoknya" ucap Davin.
"Reyhan pamit, assalamualaikum" ucap Reyhan singkat, ia malas menanggapi kakaknya yang stress tingkat akut.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...