28.

521 18 0
                                    

Happy Reading♡

Aku berlari menuju kelas karena mungkin ini sudah terlambat, karena Reyhan aku sampai seperti ini. Tadi malam saat aku ingin tertidur, aku tiba-tiba teringat Reyhan dan memikirkannya sampai aku lupa waktu bahwa seharusnya aku tidur.

Dasar bucin.

Aku bangun jam 06.45 dan itu benar-benar membuatku terkejut, Aku lupa bahwa dirumah aku hanya sendirian, Mama pergi kerumah nenek karena katanya nenek sakit. Tidak ada yang membangunkanku, dan aku hampir menangis saat itu. Aku takut terlambat.

Akhirnya aku sampai didepan pintu kelas yang tertutup, aku baru ingat bahwa sekarang adalah pelajaran Matematika bersama ibu Yuyun tercinta. Mungkin setelah masuk, aku akan terkena omelannya atau bahkan bisa dihukum, bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 08.07 dan aku terlambat 1 jam lebih.

Aku memang benar-benar bodoh.

Ketika aku mengetuk pintu kelas dan masuk dengan rasa malu yang luar biasa, Bu Yuyun memperhatikanku dengan wajah marahnya seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya kapan saja. Aku sedikit terhentak melihatnya.

"Assalamualaikum ibu, maaf" kataku pelan sambil berjalan mendekat kearahnya.

Dan setelah aku sampai didepannya..

"DARIMANA AJA KAMU HAH? UDAH JAM BERAPA SEKARANG?!"

Suaranya benar-benar hampir membuat telingaku sakit, aku tak berani menatap wajahnya karena takut. Sekarang aku hanya bisa diam.

"Kamu ditanya bukannya jawab malah nunduk!" ujarnya.

"Kenapa jam segini baru dateng?" tanya Bu Yuyun dengan nada sedikit tinggi.

"Maaf bu, tadi aku telat bangun dan dijalan macet" jawabku dan kalian tahu apa responnya?

"Jangan bohong, ibu tuh tau pasti kamu main dulu kan? Anak zaman sekarang tuh kebanyakan kayak gitu!"

Rasanya aku ingin sekali marah dan menutup mulutnya agar tidak sembarangan bicara tapi aku tentu tidak bisa, Bu Yuyun adalah ibuku disekolah dan aku harus sopan padanya lalu aku juga pasti tidak akan berani berkata begitu, kecuali kepada Mawar.

"Engga bu, aku..."

"Iya bu dia tuh pasti main dulu"

Tiba-tiba seseorang memotong kata-kataku dan ikut menuduhku. Dia Lula, aku tahu sejak awal memang dia tidak menyukaiku. Namun, haruskah sampai menuduhku juga?

"Apaan sih, lo gila ya nuduh-nuduh Reina tanpa bukti? Hah?" Cerca Mawar yang sepertinya kesal dengan Lula.

"Gue juga yakin tuh, si Reina pasti main dulu" ucap Sandra.

Ternyata nasibku memang selalu sama, tidak disukai oleh siapa-siapa dan dibenci tanpa sebab. Nasibku memang selalu buruk.

"Gila lo semua!" teriak Mawar, dia melindungi sahabatnya sampai seperti itu. Aku bahagia memilikinya. Mawar memang sahabat terbaikku.

"Cukup! Kalian udah besar malah berantem, ga liat ada saya? Gasopan banget ya kalian!"

Dan setelah mendengar ucapan Bu Yuyun, semua langsung terdiam, suasana benar-benar sepi. Sampai seperti ini hanya karena diriku terlambat.

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang