Reina berlari menuju taman yang kemarin ia kunjungi bersama Reyhan, bodohnya ia berlari tanpa mau menaiki satupun kendaraan itu benar-benar membuang tenaga tapi entahlah ia hanya ingin berlari.
Perlahan air matanya mulai keluar, ia memang sangat cengeng lalu seraya menahan tangisannya keluar, ia terus berlari hingga pada akhirnya ia sampai ditempat itu.
Tak buang-buang waktu, Reina langsung mencari buku itu disetiap sudut taman namun tetap tidak ada, bahkan ia juga masuk kedalam sungai yang untungnya sungai itu tidak terlalu dalam, ia mencari disekitar situ dan hasilnya tetap sama, tidak ada buku hitam miliknya.
Reina keluar dari sungai lalu ia duduk dirumput sambil menangis, percayalah bahwa buku itu sangat berharga buat Reina bahkan mungkin sahabat terbaik setelah Reyhan adalah buku itu, tempat dimana kisahnya diceritakan. Apa ia harus menulis kembali kisahnya? Atau merelakan semua kenangan manis dan membuka lembaran baru?
"Yaallah, Reina cuma mau buku itu kembali hiks..." ucap Reina, Ia memang lebay dan cengeng disaat seperti ini namun percayalah menurutnya ini menyakitkan, bahkan sangat.
Reina menunduk sembari memainkan kukunya, ia benar-benar pasrah dan tak lama...
"Reyhan?"
Ya, ia merasakan seseorang berada disebelahnya dan ia sangat terkejut melihat Reyhan yang tiba-tiba disini.
"Kenapa nangis?" tanyanya sembari menghapus air mata Reina.
Reina diam sejenak lalu menatap mata Reyhan intens tak lama ia menggeleng-gelengkan kepala.
"Jujur aja, gue gaakan gigit dan please jangan kayak gini. Lo jangan nyimpen masalah sendirian Rehan, ada gue" ucap Reyhan lembut namun membuat Reina terkejut, matanya membulat seketika mendengar kata-kata yang terucap dari Reyhan.
"Rehan?" tanyanya terkejut
"Jangan-jangan bukunya..." batin Reina.
"Gue tau yang sebenarnya" jawab Reyhan dan kini tatapannya penuh makna.
"Kamu..." ucap Reina yang masih syok dengan apa yang terjadi, ini benar-benar diluar dugaan.
"Ren, lo tau seberapa kangennya gue sama lo? Seberapa sakitnya gue waktu lo hilang gitu aja dan sekarang setelah 3 tahun bertemu, lo gapernah bilang sedikit pun tentang kita? Lo pikir gue ga khawatir sama lo?" ucap Reyhan dengan tatapan intens, rautnya menunjukkan kekecewaan bahkan rasa penyesalan.
"Lo tau? Gue pikir lo itu cowo dan saat kita kecil lo sama sekali ga pernah nunjukkin kalau lo itu cewe" lanjut Reyhan kesal.
"Kamu tau kan kenapa aku gabisa ngasih tau kamu? Aku juga sakit dan kangen sama kamu, aku ingin nunjukkin kalau aku perempuan tapi Ayah ngelarang, aku juga ingin sama kamu terus, cerita sama kamu, belajar sama kamu tapi hiks..hiks" kini ucapan Reina sangatlah menusuk Reyhan, ia tahu bahwa dirinya salah namun tidak bisakah dirinya mengerti?
"Maaf, maaf karena aku gabisa jujur sama ka..." ucapan Reina terpotong saat Reyhan tiba -tiba memeluknya dan kini tangannya mengusap kepala Reina.
"Gue yang seharusnya minta maaf, kenapa lo diem aja waktu temen-temen gue ngebully lo? Kenapa lo ga ngelawan? Kenapa lo ga cerita sama guru? Dan kenapa lo mau nerima itu semua? Satu lagi, kena.." kini ucapan Reyhan yang terpotong oleh Reina.
"Aku ikhlas kok Rey, aku juga tau pasti ada waktunya mereka berhenti. Sekarang? Kalian baik sama aku, terutama kamu. Kamu yang sedingin es batu mau ada disisi aku untuk beberapa hari terakhir, kamu tau seberapa bahagianya aku? Dan semua perilaku kalian terbayar hanya karena kamu Rey makanya aku ikhlas" jelas Reina seraya melepaskan pelukannya lalu tersenyum kepada Reyhan, ini benar-benar melegakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...