Udara kini sangatlah dingin, angin berhembus dengan kencang, langit yang gelap dan dipenuhi dengan bintang-bintang yang terang nan cantik.
Benar, ia masih di taman itu berharap seseorang akan kembali walau itu sangat kecil harapannya. Menunggu seperti orang bodoh, sendirian dan menyakiti raga sendiri.
Reina melihat sekeliling, sesekali pun ia berdiri merenggangkan badannya. Karena lelah ia membaringkan tubuhnya dirumput-rumput sembari menatap bintang-bintang, entahlah orang mau menganggapnya siswi jorok atau bagaimana ia tidak peduli.
"Ternyata enak juga ya" ucap Reina senang lalu memejamkan matanya.
"Kenapa lo masih disini?"
Mendengar suara itu Reina langsung terbangun dan kaget melihat Reyhan yang tiba-tiba berada disampingnya, apakah dia sejenis jin? Mengapa ia selalu mengagetkan seperti ini? Oh tidak, ada apa dengan aku?
Setelah diam sesaat Reina membalas ucapan Reyhan itu.
"Hm, itu.. aku tadi nyaman aja hehe" jawab Reina lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Oh" ucap Reyhan singkat, padat, dan jelas.
"kalau kamu, kenapa kesini lagi?" tanya Reina bingung."Nyari lo" jawab Reyhan sembari menatap Reina.
"Apa?!" ucap Reina kaget, bahkan sangat-sangat kaget. Ia tak mengerti dengan Reyhan, sama sekali tidak mengerti.
"Yaallah, Reina gabisa kayak gini. Jantung jangan olahraga dulu dong" batin Reina.
"Kok bi..bis..bisa nyariin aku?" lanjut Reina terbata-bata, jujur saja kini ia sangat malu dan mungkin kini pipinya sudah memerah.
"Gatau" jawab Reyhan polos. Itu sama sekali bukan jawaban yang masuk akal.
"Hah?" kata Reina bingung, ia ingin berteriak namun sungguh sekarang tak memiliki semangat lagi karena mendengar jawaban Reyhan.
"Gue...gatau kenapa bisa khawatir sama lo Ren" ucap Reyhan jelas dengan nada pelan.
Dheg!
Jantung Reina berdebar sangat kencang, ia tak kuasa menahan kesenangannya kali ini, rasa-rasanya ia ingin sekali mengatakan bahwa ia sangat mencintai Reyhan. Memang terlihat lebay namun entahlah itu yang dipikirkan oleh dirinya.
Hening, Reina tak bisa berkata-kata, ia kaget sekaligus senang. Wajahnya memanas, mungkin pipinya sudah benar-benar merah kali ini dan dengan segera mungkin ia langsung menutup pipinya dengan kedua tangan Reina.
"Kenapa lo tutupin?" tanya Reyhan tiba-tiba sembari menunjuk pipi Reina.
Sungguh menyebalkan jika Reyhan sudah bertanya seperti itu, rasanya susah sekali untuk menjawabnya. Jujur, ia malu jika harus mengatakan bahwa dirinya sedang blushing, apa kata Reyhan nanti? Ia akan diam? Atau malah tertawa? Ah membingungkan.
"Gapapa kok hehe" jawab Reina.
Lalu Reyhan menaikkan sebelah alisnya pertanda ia tak percaya, pasti terjadi sesuatu.
"Beneran ga..." ucapan Reina terpotong ketika kedua tangan Reyhan tiba-tiba saja menyentuh kedua tangan Reina seperti mencoba untuk membuka dan melihat apa yang terjadi.
Reina langsung terdiam membisu, kaget sekaligus senang dan tak lama tangannya terlepas.
"Oh tidak" batin Reina.
"Jadi cuma ini doang?" batin Reyhan, ia kira ada luka atau sesuatu yang membahayakan tapi ternyata tidak, mengapa ia sekhawatir ini?
"Pfft" ucap Reyhan sembari tertawa kecil.
"Kok ketawa sih?" tanya Reina sebal.
Reyhan tak membalas dengan ucapan melainkan dengan sebuah tatapan seperti mengatakan 'Masalah nya apa buat kamu'.
"Jangan ketawa dong aku malu" ucap Reina malu dan kesal sembari menutup kembali pipinya."Lagian gue kira lo kenapa-napa" ucap Reyhan jujur dan tak lama ia langsung membaringkan tubuhnya, melihat bintang-bintang.
Reina yang sempat kesal sekarang malah senyum-senyum sendiri dan setelah melihat Reyhan yang berbaring, ia juga ikut membaringkan tubuhnya, biarlah seragamnya itu kotor.
Dan kini suasana menjadi sangat hening, sungguh canggung apalagi cuacanya kini menjadi semakin dingin, Reina harus tahan ia tak mau Reyhan menganggapnya cari perhatian.
Karena semakin dingin Reina memeluk dirinya sendiri, tapi ia berharap Reyhan tak melihatnya dan tak mengerti mengapa ia memeluk dirinya sendiri.
"kenapa?" tanya Reyhan, namun tatapannya masih tetap menatap langit.
Selalu saja seperti ini, pertanyaan ataupun pernyataan yang Reina hindari pasti akan terucap oleh Reyhan, apakah ia bisa membaca pikiran Reina? Sebenarnya makhluk seperti apa Reyhan itu?
"Gapapa" hanya itu yang mampu Reina katakan, ia tak mau jujur.
"Kalau dingin bilang" cerca Reyhan seraya mengambil jaketnya dan melemparnya ke Reina.
"Kamu juga dingin kan?" tanya Reina membenarkan jaket yang diberi Reyhan.
"Gue pake baju lagi jadi ga dingin" jawab Reyhan dan memang benar ia memakai kaos hitam polos jadi ia tak terlalu kedinginan.
"pake aja, gausah sok kuat" lanjut Reyhan dengan nada pelan namun menusuk.
"I..Iya makasih" kata Reina langsung menyelimuti tubuhnya dengan jaket milik Reyhan.
"Akhirnya" batin Reina.
Lalu tak lama suasana kini menjadi hening dan canggung lagi, tidak ada topik yang Reina pikirkan saat ini dan kalau Reyhan, ia sudah pasti malas untuk berbicara terlalu banyak.
15 menit berlalu dan mereka masih tetap diam-diaman seperti ini. Reina melihat jam tangannya dan itu sudah menunjukkan pukul 7 kira-kira sudah berapa jam Reina ditaman ini?
"Rey" panggil Reina memulai.
Tak ada balasan dari Reyhan lalu Reina pun menoleh dan sepertinya Reyhan tertidur, apakah ia lelah hingga tertidur disini?
"Apa?"
Oke baiklah Reyhan memang bukan manusia biasa, untung saja Reina tak terlalu kaget, mungkin ia sudah sedikit kebal.
"Aku mau cerita sesuatu sama kamu boleh?" tanya Reina berhati-hati.
"Hm" ucap Reyhan kemudian membuka matanya dan menatap Reina dengan intens.
Kira-kira Reina mau cerita apa yaaa? Hayo tebak yuyuuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...