26.

563 21 0
                                    

Happy Reading <3

°°°°°°°

Aku sedang menunggu bus dihalte dekat sekolah. Jika ditanya mengapa, entahlah akupun tak tahu karena sejak tadi kakiku hanya berjalan sendirinya ketempat ini, biasanya aku naik angkot, dijemput, dan emm ya diantar oleh Reyhan namun sekarang berbeda. Pikiranku benar-benar kosong saat ini.

Rasa sakitku sekarang sudah mulai membaik walaupun masih sedikit sakit, ini karena Reyhan yang membuatku lebih membaik.

Aku tersenyum-senyum sendirian seperti orang gila. Aku teringat kejadian di UKS tadi, setelah Reyhan memelukku ia mengucapkan beberapa kata yang membuatku melayang sampai langit.

Baiklah aku berlebihan, tapi aku rasa kalian mengerti maksudku.

"Jangan sakit lagi, gue gabisa liatnya"

"Kamu cuma milik aku"

"Aku cuma milik kamu"

"Gaada orang lain, selain kita"

Memang terlihat sangat lebay dan alay, namun sungguh terdengar sangat merdu untukku. Suara dia sangatlah membuatku terhipnotis, apalagi dengan 'Aku-kamu' itu benar-benar membuat jantungku berdegup sangat cepat.

Dan ditambah dengan kata-katanya yang sebenarnya tak aku mengerti, maksudku apa yang dimaksud dengan 'milikku', apa artinya aku ini hanya miliknya? Apa maksudnya sebenarnya? Dan mengapa aku tak mengerti?

Ditengah perseteruanku dengan pikiranku, air mulai turun dari langit lalu semakin lama semakin deras. Sama seperti perasaanku yang paling dalam.

Terluka, sedih, marah, kesal itulah isi hatiku sejak lama. Tidak pernah aku ungkapkan kepada seorangpun termasuk Mama Ratna dan Reyhan, aku tak mau membebani mereka dengan masalahku. Biarlah kehidupan ini berjalan dengan sendirinya.

Aku duduk dikursi pada halte itu, menantikan bus yang tak kunjung datang dan ditemani dengan guyuran hujan yang semakin deras. Dingin.

Ah, jika kalian bertanya dimana Reyhan, akupun tak tahu dimana dia setelah meninggalkan UKS atas dasar paksaanku tadi karena setelah jam pulang berbunyi, aku hanya mengambil tasku dikelas dan pamit pulang kepada Mawar walaupun dia terus-menerus memaksaku untuk tetap ikut dengannya agar aku selamat sampai rumah katanya.

Tapi entahlah, sudah kubilang kakiku berjalan dengan sendirinya ditengah-tengah pikiranku yang merumitkan sesuatu.

"Maaf, aku duluan Rey" gumamku.

Aku menunduk, menahan tangis. Kumohon, kali ini aku benar-benar tak ingin menangis. Mengapa aku ini sangat suka menangis? Aku benci menangis karena itu terlihat lemah tapi air mataku memberontak keluar.

Dan pada akhirnya aku malah  membiarkan diriku menangis, aku berteriak ditengah hujan. Beruntung disini sangat sepi, hanya ada aku seorang. Aku menyadari bahwa mungkin bumi menangis karena sedang mencerminkan perasaanku yang paling dalam, ia ingin menunjukkannya dibumi ini.

Hujan yang deras mampu membuat suaraku sedikit tidak terdengar ia menyamarkannya, menyamarkan suara isakan tangisku.

Aku ini seperti orang gila, tadi aku senang dan tersenyum, sekarang aku sedih dan menangis.

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang