Pagi yang begitu cerah, cahaya matahari yang kini sudah menyinari bumi dengan hangatnya membuat Reina harus bangun dari tidurnya, niatnya ia hanya ingin tiduran saja dikamarnya karena hari ini adalah hari Minggu. Ia segera bangun dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi dan segera mandi.
Tak butuh waktu lama, Reina telah keluar dari kamar mandi dan menuju lemarinya kemudian setelah menemukan pakaian yang dirasanya tepat, ia langsung mengenakannya.
Reina pun duduk ditepi ranjang, ia bingung harus melakukan apa hari ini dan tak lama ia teringat tentang tadi malam membuat dirinya semakin semangat dan senyum-senyum sendiri.
FLASHBACK ON
"Aku mau cerita sesuatu sama kamu boleh?" tanya Reina berhati-hati.
"Hm" ucap Reyhan kemudian membuka matanya dan menatap Reina dengan intens.
"Aku...bingung harus apa, aku juga gapunya keberanian buat ngungkapinnya, kadang aku benci sama diri aku yang kayak gini" ucap Reina menggantungkan kata-katanya, Reyhan yang paham perkataan itu belum tuntas hanya diam saja mendengarnya.
"Mama pergi begitu saja, pergi selamanya. Dan setelah itu Ayah jadi berubah, dia kasar, sering bentak-bentak, sampai Mama Ratna juga sering di marahin sama Ayah" lanjutnya sembari menahan isak didadanya.
"Aku sendirian saat itu sampai akhirnya ada seseorang yang mampu buat aku tahu kalau dunia itu indah, aku dan dia sudah seperti adik-kakak namun dulu aku punya cita-cita konyol sama dia dan semua itu harus lenyap karena Ayah gasuka sama dia" tuturnya lalu menatap mata indah Reyhan, ia menahan tangisnya dengan sangat kuat agar tidak sampai terlihat Reyhan.
"Ayah melarang kita buat sama-sama lagi hingga pada akhirnya aku, Mama Ratna, dan Ayah pergi meninggalkan dia. Dia...adalah cerita terbaik dilembaran-lembaran kehidupan aku, bagian terindah yang selalu akan aku ingat, juga cinta pertama hingga saat ini" sambung Reina dan Reyhan hanya benar-benar mendengarkan sembari menatap, matanya berkedip sesekali namun pandangannya tetap sama.
"Lalu selama 5 tahun tinggal dikota lain, aku gabisa bahagia kayak dulu sampai akhirnya Ayah meninggal dan berpesan untuk tidak berdekatan dengan 'dia' apalagi harus memberitahu aku mencintainya ataupun hal yang mengenai kita berdua. Ayah bilang dia orang yang jahat dan itu hanya karena orang tuanya dulu pernah bertengkar hebat dengan Ayah mengenai almarhum Mama, lucu bukan? Aku cuma ingin bersama dia lagi Reyhan"
"Aku....hiks..hiks"
Reina yang sudah tak kuasa menahan sesak didada dan juga air matanya yang kini mulai membasi pipi Reina, mereka masih saling menatap hingga tak lama Reyhan memeluk dirinya sembari mengusap-usap kepalanya.
Reina membalas pelukan Reyhan, pelukan yang sehangat dengan 'almarhum Mama dan Ayahnya'. Kini tangisnya semakin kencang, hatinya benar-benar bimbang.
"Keluarin aja" ucap Reyhan dengan nada pelan.
"Hiks...hiks.. Ayah jahat Rey, dia cuma mikirin masalahnya saja, Ayah ga mikirin perasaan aku....Ayah jahat hiks" ucap Reina dengan nada pelan dan sebenarnya ia tidak ingin membahas masa lalunya kembali namun Reina hanya ingin mengetes apakah Reyhan menyadari bahwa 'dia' adalah dirinya atau tidak.
"Ren" panggil Reyhan lembut namun Reina tidak mendengarnya.
"Reina" panggil Reyhan kedua kalinya dan Reina masih belum menjawab, kali ini ia mendengarnya tapi Reina takut akan tanggapan Reyhan mengenai ceritanya.
"Reina Feby Anasthasya" panggil Reyhan pelan dan lembut lalu Reina melepaskan pelukannya.
Reina hanya melihat Reyhan, ia tak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...