"Azka!" panggil Mawar terengah-engah.
"Mawar? lo belum pulang?" tanya Azka penasaran.
"Belum lah lo galiat gue masih disini?" jawab Mawar sinis.
"Buset, biasa aja kali" ucap Azka.
"Eh iya lo liat Reina? Gue nyari-nyari tuh anak disekolah ga ketemu-temu" ucap Mawar.
"Kasian amat lo ditinggal, tadi dia sama Reyhan" ledek Azka.
"Ih anjir gue nyari-nyari malah ditinggal. Kok bisa sama es batu sih?" decak Mawar sedikit kesal.
"Es batu anjay haha, tadi ada masalah dikit sama si gila terus Reyhan bawa Reina pergi deh" ucap Azka.
"Gila? Siapa tuh? Orang gila? Atau temen-temen lo?" tanya Mawar serius tetapi berbicara seperti sedang bergurau.
"Eh lo kira anak-anak anonymous pada gila? Yang ada elo yang gila" ucap Azka lagi-lagi meledek.
"Gue serius bego" ucap Mawar sebal.
"Cewe tapi ga nyantuy anjir. Gila tuh Gilang, musuhnya anak anonymous" ucap Azka.
"Hah? Tapi Reina ga kenapa-napa kan? Terus gilangnya kemana?" tanya Mawar beruntun.
"Iya dia baik-baik aja, kalau Gilang sih udah balik dia habis dibaku hantam sama si Reyhan" jawab Azka santai.
"Oh bagus deh, yaudah gue mau pulang"
"Yaudah sono"
"Yaudah bye"
Lalu tak lama Mawar menaiki angkot dan dilanjut oleh Azka yang pulang memakai motor kesayangannya itu.
•••
Angin yang begitu kencang, matahari yang kini tak sepanas tadi siang, dan juga suasana yang begitu tenang sangatlah nyaman untuk dinikmati apalagi bersama seseorang yang begitu dicintai, rasanya nyaman sekali.
Dan itulah yang dirasakan oleh Reina, bersama dengan Reyhan saat ini sangatlah langka dan sekaligus juga menghangatkan, walaupun tadi ia sempat terluka namun rasanya terbayarkan oleh keadaan seperti sekarang ini.
Reina menatap lurus sungai yang ada didepannya, melihat air yang mengalir dengan tenang dan juga ikan yang berenang bersama ikan lainnya. Tempat ini adalah tempat yang baru Reina temui, bagaimana Reyhan bisa tahu tempat seperti ini? Duduk dirumput-rumput yang hijau ternyata menyenangkan.
"Ren"
Reina yang sedang melamun langsung sadar ketika menyadari Reyhan memanggilnya, rasanya canggung untuk menjawab panggilan itu.
"Tangan lo" ucap Reyhan.
"Gapapa kok, udah ga sakit" ucap Reina tersenyum, namun pandangannya masih tetap manatap sungai yang ada didepannya itu.
Suasana kini menjadi awkward, Reina bingung harus berbicara apa disaat seperti ini karena jujur saja sejak tadi ia gugup hanya dengan seperti ini saja.
"Hm, makasih tadi udah nolongin. Aku ga ada janjian sama dia kok serius" ucap Reina sembari menatap Reyhan.
"Gue tau" ucap Reyhan yang tak lama menatap Reina juga.
"Makasih" kata Reina lalu tersenyum.
Reyhan yang melihatnya merasakan ada sesuatu yang ia kenali dari wajah itu, wajah yang samar-samar mirip dengan senyuman Rehan, teman masa kecilnya.
Namun Reyhan masih belum bisa percaya karena mana mungkin ia tak mengenali sahabatnya itu, sahabat yang selalu ada disaat dirinya sedang terluka oleh berbagai macam masalah dan Rehan selalu ada jadi bagaimana bisa ia melupakan wajahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...