Hari yang sangat begitu menyakitkan, apa rasanya melihat orang yang kita sayangi terjatuh dipenuhi darah dihadapan kita sendiri? Reyhan tak mampu berkata-kata lagi, dirinya yang dikenal dingin dan kuat sekarang terlihat begitu lemah hanya karena seorang wanita.
Reyhan terlihat begitu rapuh, kekhawatirannya begitu memuncak, ia ingin sekali menerobos pintu dimana Reina dirawat dan melihat bagaimana keadaannya sekarang namun dokter tak mengizinkannya masuk, bahkan Ratnapun juga begitu. Ya, setelah sampai dirumah sakit, Azka menelpon Mawar dan memberitahukan apa yang terjadi, selain itu Mawar juga menelepon Ratna.
Ratnapun tak kalah khawatirnya dengan Reyhan, setelah sampai dirumah sakit ia bertanya-tanya, bahkan menangis dengan tersedu-sedu. Mawar menyuruh Ratna untuk duduk sekaligus menenangkannya.
Dion dan Zidan yang biasanya terus mengoceh, sekarang benar-benar diam seribu bahasa. Mereka juga khawatir dan mulai menyadari alasan mengapa Reyhan menyuruh Geng Anonymous untuk datang dengan cepat.
"Rey" sahut Azka lalu berjalan mendekat ke tempat Reyhan berada dan Reyhan tak menjawab sahutan sahabatnya, ia hanya diam melihat kebawah dengan raut muka yang begitu cemas.
"Reyhan" panggil Azka sekali lagi, dan Reyhan hanya menengok sebentar kemudian ia melihat lagi kebawah, dirinya sangat berbeda.
"Rey, gue tau lo khawa..."
"Ka, gue tau. Jadi, lo diem aja"
Disisi lain, suara pintu terbuka dan memperlihatkan seorang dokter yang tadi sedang memeriksa Reina lalu dengan segera Reyhan menghampiri dokter tersebut.
"Gimana dok? Reina baik-baik aja kan?" tanya Reyhan antusias.
"Reina hanya mengalami luka-luka dibagian punggungnya, walaupun sedikit parah tapi untung saja pukulannya tidak mengenai kepalanya, jadi dia masih bisa selamat" jawab sang dokter.
"Alhamdulillah" ucap Ratna, kini raut kesedihannya berubah menjadi kegembiraan, rasanya tenang sekali mendengar kabar dari sang dokter.
"Saya boleh masuk dok?" tanya Reyhan, antusiasnya untuk bertemu Reina sudah meningkat.
"Oh, boleh-boleh, sisanya tolong urus administrasi"
"Iya terimakasih dok" ucap Reyhan.
"Tante, Reyhan boleh duluan?" tanyanya dengan sopan.
"Boleh, titip Reina ya Reyhan, tante mau ngurus administrasinya dulu" jawab Ratna, lalu berlalu pergi meninggalkan Reyhan.
Reyhan langsung masuk, ia melihat Reina yang masih memejamkan matanya, kemudian ia duduk dan menggenggam tangan Reina, Reyhan merasa bersalah karena tidak berhati-hati, ia sangat bodoh sampai tak menyadari ada seseorang dibelakang dirinya, biasanya Reyhan bisa merasakan tapi saat itu semua terasa sunyi dipelukan Reina.
"Ren, maafin aku" lirih Reyhan, tangan Reina ia genggam dengan kedua tangannya.
Reyhan begitu jatuh dalam penyesalannya, tak lama ia merasakan tangan seseorang mengelus rambutnya, Reyhan langsung melihat siapa yang melakukannya dan ternyata itu Reina, ya Reina sudah bangun. Matanya terbuka dengan bibirnya yang tersenyum.
"Disaat kayak gini, kamu masih bisa senyum?" batin Reyhan. Melihat Reina membuka matanya sambil tersenyum membuat Reyhan tenang.
"Ren, ma..."
Reina duduk, ia buru-buru memotong ucapan Reyhan, ia tahu pasti Reyhan akan meminta maaf namun Reina tak mau mendengarnya, Reyhan tidak perlu mengucapkan kata maaf karena ia berbuat seperti itu karena dirinya sendiri bukan Reyhan.
"Sst, gapapa kok. Kamu ga kenapa-napa kan? Gilang ga mukul kamu kan?"
"Cih, yang harusnya nanya kayak gitu tuh aku bukan kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
REINA
Teen FictionReina Feby Anasthasya gadis pintar, cantik, manis, nan ramah namun menyimpan luka yang mendalam karena masa lalunya Reyhan Alvin Orlando, seorang cowo yang memiliki segalanya. Harta kekayaan, wajah tampan, otak cerdas dimiliki oleh reyhan namun ia...