17.Memendam

541 36 28
                                    

Memendam rasa sakit yang kini menjalar ke seluruh tubuh mengingat betapa harmonis nya keluarga pada saat itu keluarga yang begitu hangat dengan senyuman yang menyapa di pagi hari, tawa yang pecah di saat berkumpul dan semua itu telah hilang begitu saja.

Seiring berjalannya waktu bukanya rasa sakit ini menghilang malah semakin bertambah saja saat melihat teman-teman bersama keluarganya. Tidak ada yang tau bagaimana rasanya memendam semua ini sendiri tanpa bercerita ke siapapun karena tak ingin dikasihani.

Sudah lama keluar dari rumah yang bagaikan neraka itu tetapi tidak ada yang mencari ku sama sekali mereka begitu acuh dengan kepergian ku tanpa rasa bersalah sedikit pun membiarkan pemilik rumah ke luar dari rumahnya sendiri.

Rumah itu rumah Ayah ku dia juga sama seperti ku memilih meninggalkan rumah itu karena merasa muak dengan apa yang ada di dalam situ. Jika Ayah muak dengan sikap Mama maka aku muak dengan sikap Mama dan Ayah tiri ku yang maha benar itu.

Aku tak tau mengapa orang itu sangat membenciku, walaupun aku tidak suka dia menikah dengan Mama tetapi aku sama sekali tidak memperlihatkan itu karena aku masih menghargai keputusan Mama walaupun itu sangat menyakitkan untuk Ayah. Dia selalu menyiksa ku dengan seenaknya menjatuhkan tangannya di pipi ku dah bahkan dia hampir membunuhku dan sampai sekarang aku tidak tau apa yang di inginkan laki-laki itu.

Trittt!

Gadis itu meraih ponselnya tertulis jelas nama Tian di sana. Mau mengacuhkan panggilan itu serasa tidak mungkin dia tidak ingin Tian semakin marah kepadanya tetapi mengangkatnya juga gadis itu enggan karena dia tau jika Tian akan tetap marah kepadanya.

Ponsel itu terus berdering Clara kembali meraihnya dan memilih mengangkat telfon dari Tian.

"Halo."

"Lo dimana?" Tanya Tian kepada gadis itu.

"Emang kenapa?"

"Temuin gue sekarang!"

"Gue capek An, gue nggak bisa!"

"Lo dengerin gue nggak sih!"

"Gue capek An! Kita pacaran udah hampir setahun tapi lo perlakuin gue nggak seperti pacar lo dan hari ini lo jalan lagi kan sama cewek-cewek simpanan lo itu."  Clara sudah tidak dapat memendam semuanya lagi jadi dia memilih mengungkapkan semuanya.

"Kita bisa bicarain semuanya temuin gue," ujar Tian sedikit memelankan suaranya entah apa yang membuat laki-laki itu seperti ingin bersikap manis kepada Clara.

"Kita udahan aja  gue capek." Clara kini benar-benar mengakhiri hubungannya bersama Tian bukan karena Aksa tetapi karena gadis itu benar-benar lelah dengan sikap Tian.

"Semudah itu lo akhirin hubungan kita? Hubungan yang bentar lagi setahun tapi lo akhirin gitu aja."

"Gue capek! Lo nggak pernah anggap gue sebagai pacar lo, lo juga seenaknya main sama cewek lain bahkan di depan gue lo nggak merasa bersalah sedikit pun."

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik Cla."

"Nggak ada lagi yang harus di bicarakan An, kita udahan aja,"

"Gue udah baik-baik sama lo Cla! Tapi lo nggak hargain gue,"

"Lo aja nggak pernah hargain gue An,"

"Kita bisa mulai semuanya dari awal,"

"Nggak bisa An,"

"Bisa! Kita bakalan mulai semuanya dari awal."

Traumatic (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang