4.Tiang bendera

719 69 24
                                    

Clara melajukan motornya menuju sekolah kini sudah pukul 07.30 sudah di pastikan jika gadis itu akan telat. Baru kali ini Clara terlambat ke sekolah karena semalam dia begadang membersihkan apartemennya yang begitu kotor akibat lama tak di tempati.

Clara mendorong motornya pelan saat melihat satpam sekolahnya itu molor di pagi hari, mungkin Allah hari ini sangat baik kepadanya jadi dia masih di beri keberuntungan.

"Hmmm, telat lagi kamu!" Ujar pak Suryo sembari menarik kera baju Clara dari belakang yang membuat Clara seperti anak kucing saja.

"Saya baru kali ini telat pak." elak Clara pasalnya memang baru kali ini gadis itu telat ke sekolah.

"Kamu jangan banyak dusta yah, saya udah berapa kali liat kamu telat." ujar Pak Suryo mengomeli Clara. Pak guru yang kini memakai kemeja merah muda itu sedang berfikir hukuman apa yang akan di berikan kepada gadis itu.

"Emang saya baru kali ini telat pak." Clara masih membela diri, dia tidak mengerti kenapa di tuduh selalu telat setiap paginya.

"Pak biarin saya ke kelas yah pak." ujar Clara memohon.

"Nggak ada ke kelas, sekarang kamu hormat di depan tiang bendera sampai pelajaran pertama selesai."

"Ta-tapi pak, saya kan baru kali ini telat."

"Nggak ada tapi-tapi." pak suryo kini menarik kerah baju Clara, gadis yang memakai rok pendek itu harus berjalan sedikit miring akibat gurunya yang sok killer itu.

"Awas yah kalo bapak liat kamu keluar dari sini, bapak suruh kamu bersihin 10 Wc di sekolah ini." ujar pak Suryo lalu pergi meninggalkan Clara yang berdiri di depan tiang bendera.

"Tau aja tuh pak guru kalo gue ada niat buat kabur." batin Clara.

Klara menatap sinar matahari yang menerpa wajahnya tetapi setelahnya seseorang datang di hadapannya dengan tubuh tinggi yang menghalangi sinar mata hati itu.

Clara menatap pemilik tubuh tinggi dah dada bidang itu. Lalu dia tertunduk mencoba untuk tidak peduli kepada orang itu.

"Kok bisa telat?" Tanya laki-laki yang masih setia saja berada di samping gadis itu untuk menghalang matahari yang berpapasan dengan wajah Gadis cantik itu.

"Ngapain di sini?" Bukannya menjawab Clara malah balik bertannya kepada laki-laki itu.

Sedangkan yang di tanya hanya tersenyum, bagaimana tidak sudah lama sekali dia tidak mendengar suara gadis itu walaupun sedikit dingin tetapi Aksa tetap saja tersenyum.

"Nemenin lo" jawab Aksa yang masih saja tersenyum.

Setelahnya Clara hanya terdiam dia tidak menggubris lagi perkataan Aksa, dia kembali menjadi Clara yang bungkam. Sedingin-dinginnya seseorang tetapi tidak sedingin gadis ini, bukan lagi irit bicara tetapi seperti suaranya itu sangat mahal untuk di keluarkan jika bukan orang atau pertanyaan penting bahkan di rumahnya dia tidak akan bicara jika bukan karena bertengkar dengan ayah tirinya itu.

"Kak Aksa romantis banget sih, andai aja Kak Clara nggak berubah pasti mereka cocok bangat." ucap seorang adik kelas gemas melihat tingkah Aksa.

"Tapi kayaknya emang deh kak Aksa itu nggak cocok lagi sama kak Clara karena kak Aksa itu cocok sama gue." lanjut gadis itu sembari memejamkan matanya mengingat betapa tampannya seorang Aksa.

"Nih." salah satu temannya menyodorkan tissue kepada temanya yang halu itu.

"Buat apaan, gue nggak lagi Flu juga."

"Buat hapus lipstik lo, mungkin lo Halu kare efek lipstik lo yang kaya cabe rawit di pasaran." ujar temanya itu lalu pergi meninggalkan temanya yang halu itu.

Brukk!

"OMG,, siapa lagi sih ini yang nabrak pagi-pagi gini." teriak pak Suryo sembari membenarkan kaca matanya.

"Loh kamu kenapa ada di sini? Bukanya kamu saya hukum?" Tanya pak Suryo bingung melihat murid yang ada di depannya itu.

"Hukum? Orang saya dari tadi di kelas pak, belajar."

"Terus yang di lapangan tad...." Ucapan pak Suryo terpotong saat melihat murid yang dia hukum masih ada di lapangan.

"Bapak masih lemot aja yah. Rachel, Clara sama Dania tuh beda pak kenapa nggak bisa bedahin banget sih." omel Dania pasalnya pak gurunya yang satu ini sangat tidak bisa membedakan tiga orang itu.

"Yang bapak hukum tuh mantan ketua OSIS kita Pak." lanjut Dania menjelaskan.

"Kalian bertiga sama aja." ujar pak Suryo lalu pergi dari hadapan Dania.

"Gaje banget sih tuh pak Guru." ujar Dania lalu kembali melangkahkan kakinya pergi.

"Pagi anak-anak." sapa pak Suryo sembari tersenyum tetapi senyumnya berubah saat melihat salah satu bangku kosong.

"Si tampan itu kemana?" Tanya pak Suryo yang tidak melihat Aksa di bangkunya.

"Lagi di lapangan tuh pak."  jawab salah satu murid.

"Ngapain di di lapangan?"

"Ngebucin pak" sorak semua murid yang ada di dalam kelas itu yang membuat pak Suryo menutup telinganya.

"Finis." gumam Clara pelan, setelahnya dia mencoba melangkah dari tempat itu tetapi kepalanya serasa sangat pusing dan kini hanya gelap yang dapat di lihat gadis itu.

Brukk!

Andai saja Aksa tak cepat menangkap gadis itu sudah di pastikan jika gadis itu akan terjatuh keras ke lantai.

"Cla! Clara." Aksa mencoba membangunkan gadis itu sembari menepuk-nepuk pipinya tetapi gadis itu masih saja memejamkan matanya.

Karena merasa Khawatir kini Aksa menggendong Clara ala Bridal style ke UKS menghiraukan setiap pasang mata yang melihatnya.

"Potek deh nih hati." ujar seorang siswi yang melihat Aksa lewat di depannya sembari menggendong Clara.

"Gue pingsan sekarang boleh nggak."  ujar yang lainnya.

"Mati aja sekalian biar sih Halu berkurang." balas seorang murid yang melihat temanya begitu lebay.

"Gio!" Teriak Rachel yang kini berlari ke arah Gio.

"Kenapa Chel?" Tanya Gio sembari mengerutkan dahinya bingung melihat Rachel yang kini sedang ngos-ngosan.

"Cla-Calar!" Ujar Rachel yang masih mencoba mengatur nafasnya.

"Tarik nafas, buang. Sekarang bilang Clara kenapa?" 

"Clara katanya pingsan di lapangan Gi." ujar gadis itu.

"Pingsan?" Tanya Gio kaget mendengarnya.

"Iya tadi dia di hukum sama pak Suryo, Raja ama Dania udah kesana." jelas gadis itu.

"Yaudah ayo." ajak Gio menarik tangan Rachel untuk pergi ke UKS.

Sesampainya di sana mereka melihat Dania dan Raja berdiri di depan pintu UKS.

"Kenapa nggak masuk?" Tanya Gio saat sampai di tempat itu.

"Jangan masuk dulu, di dalam ada Aksa biarin mereka berdua dulu siapa  tau Aksa bisa balikin gadis itu kaya dulu lagi." Jelas Dania. Dia begitu yakin kalo Aksa lah yang bisa merubah gadis itu.

"Kalo gitu kita ke kantin aja yuk, entar baru ke sini lagi." ajak Gio dia juga berharap jika Aksa bisa membuat gadis itu kembali seperti dulu lagi.

Traumatic (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang