24.Danau

526 39 23
                                    

Clara berjalan menuju parkiran kini sudah mulai sore tatapi dia baru saja keluar sekolah karena harus mengurus proposal untuk Prom Night nanti. Rasanya begitu lelah harus mengurus semuanya karena dia harus berurusan dengan Pak Suryo karena kepala sekolah sedang ada urusan jadi dia di suruh untuk menghadap kepada Pak Suryo.

"Cla!" Panggil Aksa yang sedari tadi setia menunggu Clara.

"Kok lo belum balik?"

"Ikut gue." bukannya menjawab pertanyaan Clara, Aksa langsung saja menarik tangan Clara dan masuk ke dalam mobilnya.

Clara diam saja dia sedang malas berdebat dengan Aksa rasanya, karena dia sedang capek sedari tadi berbicara dengan Pak Suryo yang di tanya A larinya ke T, entalah tapi Pak guru yang satu itu memang sangat lemot tapi kalo masalah menghukum siswa siswi nya dia paling cepat.

Sampailah mereka di Danau yang begitu sepi hanya terlihat pohon besar yang berada di pinggiran danau.

"Ngapain ke sini?" Tanya Clara sedikit bingung.

"Liat Sunset."

Aksa meraih tangan Clara lalu menggenggamnya dengan erat, Clara sedikit risih tetapi dia tidak bisa melepas genggaman tangan Aksa yang begitu erat.

Mereka duduk di pinggiran danau di sana ada batang pohon yang terlentang di bawah pohon yang besar itu.

"Lo nggak mau cerita sesuatu sama gue?" Tanya Aksa dengan raut wajah serius.

"Emang apa yang mau lo dengar dari gue?"

"Tentang kehidupan lo!"

Clara terdiam dia memang sudah lama dekat dengan Aksa tetapi bukan berarti dia dengan mudah menceritakan kehidupan nya kepada Aksa.

"Lo nggak mau cerita sama gue?" Aksa kembali bertanya yang membuat Clara semakin bungkam.

"Gue cuman mau lo terbuka sama gue Cla!"

"Gue mau cerita tapi gue nggak siap, karena ini kehidupan pribadi gue yang berarti orang lain nggak harus tau." jelas Clara lalu menatap lurus ke depan.

"Jadi menurut lo, gue itu orang lain Cla?"

Clara masih saja menatap lurus ke depan kini suasana begitu canggung dan kenapa juga Aksa tiba-tiba berkata seperti itu kepadanya.

"Gue suka sama lo udah hampir tiga tahun dan sampai sekarang rasa itu nggak pernah hilang,"

Aksa menautkan kedua tangannya dan ikut menatap danau yang begitu hijau itu.

"Beberapa hari yang lalu gue baru tau tentang kehidupan lo yang sebenarnya tapi gue mau tau yang lebih jelasnya lagi dari lo."

Clara seperti ingin meneteskan air matanya mengingat bagai mana dia menyia-nyiakan Aksa selama ini.

"Gue tau Cla! Gue nggak ada artinya buat lo tapi entah kenapa gue terus aja mau perjuangin lo," lanjut Aksa sembari tersenyum terpaksa.

Clara menatap Aksa kemudian bersandar di bahunya, Aksa sedikit kaget melihat tingkah Clara yang begitu tiba-tiba.

"Lo berarti di hidup gue Sa."

hanya itu yang bisa Clara ucapkan sekarang ini karena memang Aksa berarti di hidupnya, karena hanya Aksa yang ada di saat dia benar-benar butuh tetapi Clara tidak tau kenapa dia sama sekali tidak bisa merasakan cinta kepada Aksa.

"Gue bakalan cerita tapi gue butuh waktu, buat kumpulin semua keberanian gue buat cerita semuanya sama lo." lanjut Clara.

Aksa menoleh kepada Clara, ingin sekali rasanya dia memeluk gadis itu sebab dia tau jika Clara sedang menyembunyikan beribu luka mendalam di hatinya, tetapi Aksa mengurungkan niatnya itu, entah kenapa dia kini sadar jika dia bukan siapa-siapa dari gadis itu.

"Lo mau denger cerita gue?" Tanya Clara tiba-tiba.

"Emang boleh cla?"

"Boleh,"

Clara menarik nafas dalam-dalam agar bisa bercerita dengan tenang kepada Aksa.

"Gue nggak pernah di inginkan lahir di dunia ini, waktu itu Mama nggak siap buat kandung gue usia nya masih mudah mungkin seumuran kita dan Papa Alby bukan Papa kandung gue. Dia cuman orang baik yang mau tanggung jawab sama apa yang di perbuat sama Mama."

Aksa terbungkam, dia merasa tidak enak hati karena sudah membuat Clara sedih dan mengingat masa lalu keluarganya.

"Papa Alby tanggung jawab karena mama sebelumnya mau gugurin kandungan nya dan akhirnya mereka menikah tanpa dasar cinta. Awalnya semua berjalan dengan baik dan gue nggak tau semuanya, sampai Akhirnya Mama sama Papa berantem karena Mama selingkuh, dan Papa Alby ungkit semuanya. Papa Alby ninggalin Mama dan disitu pula hidup gue serasa hancur karena sudah kehilangan orang yang sangat sayang dan peduli sama gue."

Clara diam sejenak dia mencoba menahan Air matanya agar tidak jatuh tapi kini bendungan yang dia buat roboh seketika dia tidak bisa lagi menahan semuanya.

"Hiks..Mama nggak pernah peduli sama gue dia lebih peduli sama selingkuhannya itu bahkan dia diam aja liat gue di siksa sama suaminya itu, setiap malam gue coba cari tau di mana Papa sekarang tapi gue nggak pernah dapat kabar dari dia."

Clara terisak yang membuat Aksa tidak tega melihat gadis itu. Aksa memberanikan diri memeluk gadis itu dia memeluknya dengan erat.

"Papa pernah ngirimin surat sama aku, dia bilang kalo dia baik-baik aja dia suruh aku kuat dia suruh aku untuk selalu tegar untuk terima semua apa yang akan terjadi berikutnya dan setelah itu Papa Alby nggak pernah lagi kabarin aku dan bahkan sekarang aku nggak tau dia di mana."

Di bawah sinar matahari sore yang enggan untuk tenggelam, Aksa mengeratkan pelukannya kepada Clara, Clara membalas pelukan Aksa dia kini tidak bisa menahan isakannya.

Rasanya begitu sakit dan juga lega karena dapat menceritakan semua masalah yang sudah lama sekali dia pendam.

"Jangan nangis, gue selalu ada buat lo."

Hanya itu yang mampu di ucapkan oleh Aksa, rasa bersalah kian merambat ke seluruh tubuhnya karena sudah membuat gadis yang dia cintai meneteskan air matanya.

"Mama benci sama gue Sa, dia nggak pernah inginkan gue hadir di dunia ini hiks...." Clara semakin mengeratkan pelukannya kepada Aksa rasanya begitu nyaman memeluk laki-laki itu seperti masalahnya perlahan hilang.

"Nggak ada orang tua yang benci sama anaknya Cla! Gue yakin nyokap lo nggak pernah benci sama lo, dia sayang sama lo Cla gue yakin itu."

Aksa mencoba menyakinkan gadis itu karena memang pada dasarnya tidak ada orang tua yang membenci kehadiran Anaknya.

Clara melepas pelukannya dari Aksa "gue sayang sama Mama Sa, walaupun dia sering nyakitin gue," ujar Gadis itu sembari menghapus air matanya.

"Gue tau itu Cla!"

Aksa berdiri sembari menarik tangan Clara agar gadis itu ikut berdiri dengannya.

"Gue boleh minta sesuatu sama lo?" Ucap Aksa yang kini memegang kedua pipi mungil milik Clara.

"Apa?"

"Jadi Clara yang dulu, jangan kaya sekarang gue nggak mau lo pake topeng lagi!" Ucap Aksa yang membuat Clara menunduk dia tidak tau harus bagaimana menyikapi permintaan Aksa.

"Gue bakalan coba! Tapi gue butuh waktu buat semua itu Sa."

Sekali lagi maaf kalo cerita aku ngebosanin🤧❤️

Traumatic (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang