2

17.8K 1.7K 27
                                    

.

.

.

.

.

"Chim hyung ~mau es krim... " sosok kecil itu merengek, menggoyang-goyangkan lengan yang lebih tua dengan begitu manja.

Sedangkan yang dipanggil chim hyung hanya bisa menahan dirinya agar tidak menuruti keinginan adik manisnya itu. " tapi kan kau baru sembuh Taetae.. " ia berusaha berkata dengan selembut mungkin agar adik kecilnya itu tidak bersedih.

"Ah~~chim-chim hyuuuung~... " ah tidak dengan mata dan pout pada bibirnya yang kecil itu, membuat yang dipanggil Chim hanya bisa menghela napas. Ia menyerah.

"Baiklah baiklah, tapi hanya satu cup saja, oke? " sang adik mengangguk dengan antusias, membuat yang lebih tua tersenyum. Akhirnya setelah satu minggu lebih ia dapat memakan es krim kesukaan nya lagi walaupun hanya satu cup, tapi itu sudah cukup  baginya.

"Baiklah ayo kita ke kedai es krim, Taetae. "

Taetae mengangguk. " terimakasih, Chim hyung. "

"Sama-sama, Taetae. "

.
.
.

Melihat Jimin yang hanya diam saja membuat Namjoon memutuskan untuk mendekat kearah dimana Jimin dan sosok itu berada. Saat sampai ia duduk tepat disamping Jimin yang masih saja terdiam.

"Jim? " Namjoon menyentuh bahu Jimin, membuatnya terkejut akan sentuhannya itu. "Apa kau baik-baik saja? "

Mendengar pertanyaan dari Namjoon, Jimin pun tersadar kalau ia tengah melamun sambil terus menatap sosok dihadapannya itu.

'Taehyung' ucapnya dalam hati.

"A-aku tidak apa-apa, hyung. " kata Jimin, namun dari suara, Namjoon tahu benar kalau ada yang salah dengan anak buahnya itu. Ia pun hanya mengangguk, memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh lagi. Sekarang yang menjadi fokusnya adalah sosok lain yang ada dihadapannya itu.

"Baiklah kalau begitu, sekarang lebih baik kita membawa anak itu ke markas utama. " Jimin menatap Namjoon, "markas utama? " tanya Jimin kemudian.

"Hmm. Aku yakin kalau yang lain sudah pergi membawa para tahanan ke tempat yang sudah kita disediakan, dan lagipula ini sudah terlalu larut. Kita akan mengantarkan anak itu besok. " ucap Namjoon mendapat persetujuan dari Hoseok, sedang Jimin hanya mengangguk.

"Sekarang bisa kau bawa anak itu ke mobil, Jimin? "

"A-aku? Ah ya baiklah. " Jimin bergerak maju, berniat untuk lebih mendekat pada sosok rapuh dihadapannya. " ap-apa kau bisa bangun? Kami akan membawamu pergi dari tempat ini. "Katanya.

Sosok itu tidak menjawab dan kembali menundukkan kepalanya, tidak lama kemudian ia menunjukkan kaki kanannya yang terikat dengan sebuah rantai besi. Hal itu membuat Jimin dan dua orang lainnya begitu terkejut.

Orang macam apa yang tega memperlakukan orang lain seperti ini, tanpa sepengetahuan Namjoon dan Hoseok, Jimin mengepalkan kedua tangannya sangat erat hingga membuatnya berwarna putih.

"Brengsek. " ucap Jimin tiba-tiba, Namjoon yang berada disebelahnya pun terkejut. Ia tidak pernah melihat Jimin semarah ini, yang ia tahu Jimin adalah seseorang yang pandai dalam mengendalikan amarahnya. Tapi sekarang?

"Hei jim, tenangkan dirimu. " Namjoon berucap menenangkan.

"Hoseok, ambil kunci yang kita gunakan untuk membuka pintu tadi. Sepertinya kunci untuk rantai ini juga ada disana. "

Last Omega | Kv √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang