16

8K 825 70
                                    

.

.

.

.

.

Perjalanan menuju apartemen Jimin terasa begitu tidak nyaman bagi Taehyung. Keheningan saat ini sangat membuatnya merasa benar-benar tidak enak, ada perasaan yang mengganjal dan menyesakkan bagi Taehyung maupun Jimin.

Pertengkaran -tidak kesalahpahaman yang tadi terjadi menimbulkan jarak dan juga kecanggungan di antara keduanya.

Jimin tahu, dia tahu kalau semua ini adalah kesalahannya.

Kalau saja ia lebih bisa untuk mengendalikan emosinya mungkin saat ini Taehyung tidak akan diam seperti ini. Ia seharusnya tidak berteriak pada adiknya itu dan membuatnya ketakutan lalu menangis seperti saat ia melihatnya tadi.

Dan meskipun ia sudah meminta maaf pada Taehyung tadi, ia tahu kalau adiknya itu masih merasa takut padanya. Jimin benar-benar merasa bersalah sekarang, apalagi saat melihat Taehyung yang tidak mau memandang ke arahnya sama sekali sejak kejadian beberapa saat lalu.

"Taehyung..." Panggil Jimin saat ia sudah memasuki daerah tempat tinggalnya, Taehyung hanya melirik ke arah Jimin dan ia tidak mengatakan apapun.

Jimin dapat melihat kalau adiknya itu meremas tangannya yang saling bertaut di atas kedua pahanya. Jimin menghela nafas, melirik Taehyung sebelum akhirnya kembali memfokuskan pandangannya ke depan dan kembali menyetir dalam diam.

Saat sudah selesai memarkirkan mobilnya, Jimin tiba-tiba meraih kedua tangan Taehyung, membuat adiknya itu memandangnya takut takut.

"Taehyung dengar..." mulainya, ia memutar tubuhnya dari kursi kemudi untuk kemudian bisa menatap Taehyung sepenuhnya. "Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf padamu." kata Jimin, mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Taehyung.

Taehyung yang semula menunduk dengan perlahan mengangkat kepalanya, memandang Jimin yang menatapnya dengan penuh penyesalan dan juga rasa bersalah.

"Aku tahu aku tahu tidak seharusnya aku berteriak marah padamu seperti tadi, seharusnya aku bertanya baik-baik padamu."

Taehyung dapat dengan jelas merasakan kalau hyungnya itu benar-benar frustasi akan hal ini, dan melihat itu membuat Taehyung merasa bersalah karena telah membuat hyungnya seperti ini.

Taehyung kemudian mengeratkan genggamannya pada tangan Jimin, membuat hyungnya itu menatapnya dengan terkejut.

"Tae... " ucap Jimin dengan lirih,

Taehyung menggeleng, "H-hyung, kau tidak perlu meminta maaf. " kata Taehyung. "Aku.. aku yang bersalah. Seharusnya aku jujur pada mu dan tidak membuatmu khawatir seperti ini." ucap Taehyung lagi yang kini terisak dalam pelukan Jimin.

"Sudahlah tidak ada yang salah dan benar," ucap Jimin menenangkan. Tangannya mengusap-usap rambut Taehyung dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Taehyung menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher hyungnya itu, tangannya membalas pelukan dari Jimin tak kalah erat meskipun posisinya yang masih berada dalam mobil sedikit menyulitkan keduanya.

"Hyung hanya ingin kalau kita bisa lebih jujur kepada satu sama lainnya, hyung tidak ingin kesalahpahaman seperti ini terjadi lagi." ucap Jimin lagi. Samar-samar Jimin dapat merasakan Taehyung menggangguk di perpotongan lehernya.

"Dan juga..." ucap Jimin, ia lalu melepaskan pelukannya pada Taehyung lalu meletakkan kedua tangannya di kedua sisi wajah adiknya itu. "Hyung tidak ingin kalau kau memasuki tempat tinggalmu yang baru dengan suasana hati yang yang buruk." ucapnya lalu tersenyum pada Taehyung yang juga ikut mengembangkan senyumnya.

Last Omega | Kv √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang