3T ~ Teresa

2.3K 108 2
                                    

       "Vin, kamu CS-an sama Tara buat ngerjain Tari sama Kenan kan?" kata Tere saat ia duduk di deret teratas studio dua sebuah gedung bioskop.

Adevin hanya nyengir sebagai jawaban atas pertanyaan pacarnya.

"Lagian keliatannya Kenan seneng sih." bisik Adevin.

"Ih kamu sama Tara tuh suka gak mikir." ucap Tere.

Adevin mengerutkan keningnya.

"Ya kalian mikir gak? Tarina baru aja buka hati buat nerima perjodohannya, tapi udah kalian ejekin kaya tadi...."

"Kalo Tari tiba-tiba nolak lagi gimana?" lanjut Tere.

"Yah amit-amit, jangan gitu lah, babe." Adevin menautkan jemarinya dengan milik Tere.

"Heran gue." Tere mendengus menahan kesalnya.

"Iyadeh iya, maaf ya, janji gak nurutin ide Tara lagi." mohon Adevin pada Tere.

"Awas ya." ucap Tere.

"Swear." Adevin mengangkat jari telunjuk serta jari tengahnya membentuk huruf V.

Tere mengangguk walau wajahnya masih cemberut.

"Jangan manyun gitu, makin gemes tau." ujar Adevin berhasil membuat Tere tersenyum.

"Nnah gitu aja." kemudian Adevin membenahi tautan tangannya dan bersiap menonton film.


***


          Acara berteriak-teriak mereka akhirnya selesai juga.

Setelah usai film thriller yang mereka tonton, berkat usulan —lagi-lagi— Tara, tiga pasang remaja itu sekarang berakhir di time zone.

Tarina adalah satu-satunya dari rombongan yang hanya berdiri diam, menonton, dan mengekor, tanpa ada niatan ikut bergabung dengan yang lain.

"Tarina, lo kenapa gak main juga?" tanya Cahaya yang baru saja berpindah ke permainan lain bersama Tere.

Tari hanya menggeleng malas.

"Yuk, ikut gue aja, gue mau battle dance sama Cahaya." ajak Tere.

"Jago dong lo bisa ngajakin cahaya nge-dance, cahaya lampu, senter, matahari, atau cahaya lilin?" timpal Tari menyejajari langkah kembarannya dan pacar kembarannya.

"Si anjir ngelucu, garing woee!" cerca Tere terkekeh.

"Tapi lo ketawa juga sih le." -Tari

"La le la le ... gue bukan bule, gue Asian, lokal." sahut Tere.

Cahaya tertawa mendengar ketidakjelasan percakapan antara dua gadis berwajah sama itu.

"Lo mau coba main dulu gak, Ri?" tanya Tere yang sudah melepas sepatunya.

Tarina menggeleng dengan mudahnya.

"Kalian berdua aja lah." Tarina menatap keduanya secara bergantian.

"Terus tadi lo isi kartu membernya buat apaan, Tar?" tanya Cahaya.

Tarina diam, berpikir.

"Sisa berapa sayang?" tanya Adevin kebetulan lewat bersama Tara dan Kenan.

Tanpa kata, Tarina memberikan kartu bermainnya pada Kenan.

"Kenapa?" bisik Kenan.

Tarina enggan menjawab.

"Yaudah lanjut aja, kita ke sana dulu ya." pamit Adevin menyemangati Tere yang akan segera memulai permainannya bersama Cahaya.

"Sayang, jangan sampe kalah dari patil lele ya." ujar Taraga.

"Belum aja gue patilin lele beneran tuh mulut, pergi gak lo!" usir Tere.

"Iya iya, ya ampun, baik-baik ya sayang main sama Teresa, galak." ucap Tara kemudian berlari menarik Adevin serta Kenan yang bahkan  belum sempat menerima penjelasan dari Tarina.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

       Mengikuti arahan dari monitor, Tere dan Cahaya sama-sama bersemangatnya menari di atas podium permainan.

Sedangkan Tarina memilih berdiri memperhatikan monitor yang ada di hadapan keduanya dengan tatapan kosong.

Udah dibilangin jangan buang duit buat ngisi kartu member yang cuma dipake main gak jelas gini, malah maksa.

Batin Tarina.

Males banget ngomong sama Kenan-

"Aaaduhh!" pekik Teresa memecah lamunan Tari.

Tarina segera tertarik kembali pada kesadarannya. Ia melihat Tere tengah turun dari podium sambil memegangi lututnya.


"Re, lo gapapa kan?" tanya Cahaya ikut turun untuk memastikan keadaan Tere.

"Jangan kemana-mana, gue panggil Adevin ke sini." Tarina melangkah lebar mencari kembarannya bersama dua sahabatnya.

"Vin, Teresa-"

Baru saja Tari memulai percakapannya, Adevin sudah lebih dulu mengerti maksud raut wajah Tarina.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

       "Tere, kenapa sampe gini?" tanya Adevin bertelu untuk memastikan kondisi kaki Tere.

"Keseleo doang, babe." jawabnya.

"Kalo kenapa-napa gimana? Kita ke dokter aja ya sekarang." Adevin mengambil posisi Cahaya yang tadi merangkul Teresa agar bisa berdiri.

"Gak usah deh Vin, biarin Mbok Sarti yang urut aja nanti." -Tere

"Dimasak kali kaki kamu yang ada, atau nggak dijadiin ganggang sapu sama Mbok Sarti, udah jangan aneh-aneh, ke dokter aja." ucap Adevin membungkuk.

"Ehhh Vin, jangan, aku masih bisa jalan, gak perlu digendong, malu." cegah Tere.

"Aku baru mau pasangin sepatu kamu." ucap Adevin meraih sepasang sepatu Tere.

Tere sudah merengut kesal, sebelum sesaat kemudian Adevin mengangkat badan ramping Tere dalam bopongannya.

***

Apasih akuu🤣🤣🤣
Yodahlah intinya pemanasan dulu, ntar nanti aku masukin lagi konflik-konfliknya pas udah mulai pertengahan🤭
Selamat menjelang sat night🤟

04/01/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang