3T ~ After Party

1.3K 79 9
                                    

           Sekarang Tarina menarik Kenan hingga ke barisan paling belakang dari kerumunan siswa.

Kenan terkekeh kecil melihat reaksi Tarina yang begitu terlihat salah tingkah, "Tari." Kenan menahan tangan Tarina dan membuat gadis itu berbalik badan.

Chuuu~

Tarina memejamkan matanya seketika.

Dug

Dug

Dug

Dug

Dua pasang manik mata itu saling beradu pandang dengan jarak yang begitu dekat, Kenan tersenyum saat melihat pipi Tarina nampak lebih bersemu.

"Kamu lucu, padahal baru aku cium pipi tap-"

Chuuu~

Sekilas, namun berhasil membungkam ucapan Kenan. Tarina yang sedikit berjinjit demi meraih tinggi Kenan segera terlonjak akan apa yang dilakukannya barusan.

Gadis itu cepat-cepat melepaskan tangan Kenan di pergelangannya, dan ia segera membuang muka ke arah lain sambil berkacak pinggang.

Lo udah gak waras Tari...

Rutuk Tarina menggigit kuat bibir bawahnya.

Kenan menyentuh bibirnya sendiri yang saat ini tengah tersenyum lebar.

Ia segera meraih kedua bahu Tarina dan menatap dalam ke kedua mata penuh binar itu.

"A whole new world ... "

Teresa menyanyikan satu lirik itu sambil memeluk lengan Adevin saat mereka berjalan ke arah Kenan dan Tarina berada.

"Eh, sorry Ken, kita ganggu ya? Sorry, sorry, yaudah lanjut aja." ucap Teresa yang segera menyadari posisi Kenan dan Tarina.

"Shut out." ucap Tarina dengan lirih sambil memejamkan matanya dengan pipi bersemunya.

Kenan terkekeh, kemudian ia mengacak lembut puncak kepala Tarina dan membawanya dalam rangkulannya.

***

        "Yuk, pulang." cengir Kenan menggandeng tangan Tarina yang saat ini masih berbincang dengan beberapa teman panahannya.

Tarina merundukkan wajahnya sejenak sebelum menoleh, "Ken, tunggu di mobil aja ya." ujarnya.

"Bom, ayo temenin gue ke Bisma, dia harus kumpulin persyaratan lombanya besok pagi." lanjut Tarina segera memukul-mukul lengan gempal Bobby.

"Guys, besok jangan lupa kalian dateng ke pertandingannya Bisma, gue sama Bombom ke Bisma dulu ya." Tarina segera mendorong Bobby yang sama terkekehnya dengan Kenan.

"Kak Tar," panggil Bobby yang sekarang mengimbangi langkah lebar Tarina.

Gadis yang sesekali menoleh ke belakang itu akhirnya menatap Bobby.

"Sebenernya, gue udah kompromian sama Kak Kenan soal penampilan yang tadi." kekeh Bobby.

"Udah, udah, udah ... jangan ngomongin itu lagi." tukas Tarina saat ia merasakan pipinya kembali memanas saat mengingat kejadian setelah penampilan tadi.

"Hehee, ikut seneng deh gue pokoknya." kata Bobby.

"Au ah, gak mau ngomong sama lo." ucap Tarina. "Bisma! Lo udah siapin semua berkas pendaftarannya?"

"Udah Kak Tar... "

Bobby yang berdiri di belakang Tarina mengangkat kode OK nya pada Kenan yang masih berdiri di tempat tadi bersama teman-teman panahan Tarina.

***

          "Bunda, masih bisa beli tiket satu lagi gak?" Teresa menghampiri bundanya yang sedang mengemasi barang-barang.

"Kenapa sayang?" jawab bundanya segera meninggalkan koper dan mengambil ponselnya.

"Buat Adevin." sahut Teresa.

"Loh bukannya penerbangan Adevin jam 12 tadi?"

"Iya bun, mama sama adiknya udah terbang, tadi Adevin dari prom night buru-buru ke bandara, tapi paspor Adevin malah ketinggalan, jadinya Adevin ketinggalan pesawat." jelaskan Teresa.

"Kalo beda jam?" tanya bundanya lagi.

"Babe, beda jam tapi sama penerbangan aku gapapa?." ucap Teresa mengangkat kembali ponselnya ke samping telinga.

"..."

"Yaudah bun, iya gapapa." jawab Teresa.

"Gak usah, bun."

Baik Wina maupun Teresa segera menoleh, "Kemarin mami sebenernya udah beliin kita berlima tiket pesawat, padahal Adevin harusnya berangkat hari ini, tapi ternyata masih kepake juga tiketnya."

Kenan berdiri dengan Tarina yang mengekor di belakangnya.

Teresa yang masih menempelkan ponselnya di telinga segera menyodorkannya pada Kenan.

"Apa?" tanya Kenan yang bingung.

"Adevin." Teresa menunjukkan display ponselnya yang menampakkan panggilan masuk dari Adevin.

"Oh," Kenan mengangguk kemudian menerima ponsel Teresa.

"Bunda ... makasih ya udah rela capek-capek buat kita, padahal kan bunda baru pulang dari Bali tadi sore, tapi bunda langsung siapin semuanya buat kita, bunda juga rela nganter kita ke Melbourne besok."

"Bunda gak capek kok sayang." senyum Wina pada Teresa yang berjalan memasuki kamar itu.

"Bulan depan kita udah gak tinggal di sini lagi, bunda sama Papa Abam baik-baik ya." ucap Teresa memeluk bundanya.

Tarina juga tertarik untuk memeluk bundanya, ia meninggalkan Kenan yang masih berbincang dengan Adevin lewat telfon.

"Kalian gak perlu khawatirin bunda sama papa di sini, kalian fokus belajar aja di sana, jaga kesehatan, saling jaga satu sama lain juga." pesan bundanya.

"Taraga kemana?" tanya bundanya saat ia menyadari anak laki-laki itu belum tiba di rumahnya.

"Tadi masih anter Caca balik." ujar Tarina.

"Bunda!!"

"Iya Tara? Bunda di kamar." sahut Wina sedikit terkejut.

Tak beberapa lama, tampaklah wajah penuh sumringah di ambang pintu, "Bun ... Caca lebih milih di Melbourne juga, Unimel, gak jadi di Singapore." ucap Taraga dengan menggebu-gebu.

"Cie, yang gak jadi LDR." ledek Kenan yang baru saja selesai dengan perbincangan via telfonnya dengan Adevin.

"Yuhu ... ini lah yang dibilang takdir, Ken." ujar Taraga dengan sombongnya.

Sedangkan Tarina, Teresa dan bundanya mengerjab berjamaah atas kehadiran Taraga yang terlihat begitu heboh.

"Selamat ya sayang, kalo gitu Tara harus lebih semangat sekolahnya, kan udah ada Caca juga di sana." ucap bundanya kemudian.

***

Dengkiu buat yang udah vote masih ngikutin cerita Tripelti🧡

Dengkiu juga, buat 10k nya dalam 5 bulan on going🧡

Double up deh hari ini🤟

10:50 AM
02/05/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang