"Lo mau gue terbuka sama lo? Kurang terbuka apa gue sama lo? Gue udah bilang, dia temen gue, dan gue emang ke perpustakaan."
Sedetik setelah melihat kehadiran Taraga dan Teresa di pintu kamarnya, Tarina melanjutkan perdebatannya dengan Kenan tanpa memperdulikan dua kembarannya.
"Percaya? Lo mau gue percaya sama lo, OK, sekarang gue yang tanya sama lo, apa lo udah percaya sama gue?"
Kenan masih membungkam diri dan membuang wajah ke arah Tere dan Tara seolah meminta keduanya untuk meninggalkan mereka lebih dulu.
"Biar mereka tau, Ken, lo udah percaya atau belum sama gue? Lo gak tau kan, kalo gue mati-matian ngubur gengsi gue demi nerima semua ini, gak gampang Ken buat gue-"
"OK Tar, aku tau aku salah, tapi aku cuma gak-"
"Dan gue mulai cinta sama lo, Kenan! Apa lo gak bisa percaya sama gue?!" pekik Tarina lelah dengan setiap penggalan Kenan di setiap ucapannya.
Deg
Bukan terkesiap dengan kata-kata Tarina tadi, Kenan jauh lebih terkejut melihat air mata Tari yang sekarang membanjir di wajahnya.
Tara dan Tere yang urung pergi pun memberanikan diri untuk mendekati Tarina.
"Tari... kita ngomong baik-baik aja ya." ucap Teresa dengan lirih.
"Gak usah munafik Re, lo sama aja kaya dia, lo juga gak pernah sepenuhnya percaya sama gue." tutur Tari dengan datarnya kala ia melepaskan tangan Teresa dari bahunya.
***
Dengan langkah gontainya Tarina menjajali lobi bangunan kampusnya. Tau gitu gue gak buru-buru lari tadi, sampai kelas belum ada dosen, nunggu hampir sejam ternyata dosennya ada seminar.
Dengan hati sedikit lebih senang karena bisa pulang lebih awal, Tarina berjalan meninggalkan gedung tempatnya belajar.
"Kenan? Sama Tere... pada ngapain, ngejemput gue?" kekeh Tarina memilih berjalan mendekati keduanya yang duduk di salah satu kursi panjang.
"Gue serius Ken, lo gak lagi halu kok."
"Kejadian malem itu, gue bukan kecopetan, tapi gue sengaja ngebuang HP gue."
Ngebuang HP? Malem itu? Mereka nyembunyiin apa dari gue?
Ucapan Teresa berhasil membuat Tarina penasaran dan berniat untuk melangkah lebih dekat, namun niatnya urung ketika Kenan terdengar sangat tertarik dengan topik kali itu.
"Re, Re, Re... lo gak lucu kalo becanda beginian, gue juga lagi banyak pikiran nih, jadi gak luc-"
"Tante Vio yang minta gue ngejauhin Adevin." potong Teresa.
"Demi apa, Re? Adevin juga tau?"
Tere diminta ngejauhin Adevin? Kali ini Tarina memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat untuk mencuri dengar obrolan mereka.
"Gak mungkin Tante Vio ngomong sesuatu yang bakal bikin Adevin hancur Ken, gue juga bilang gue balik dadakan karena bakal ada riset, padahal karena gue gak mau lebih sakit lagi kalo gue masih ngeliat wajah Adevin lebih jauh,"
"Gue juga bingung, kenapa baru sekarang Tante Vio kekeuh buat ngejauhin gue sama Adevin, sedangkan hubungan gue udah hampir dua tahun sama Adevin."
Jadi alesan Tere gak jadi di apartment Adevin malem itu bukan karena riset, Tante Vio minta Tere ngejauhin Adevin.
"B-berat-" Teresa yang nampak sesenggukan, mulai dirangkul oleh Kenan.
Tarina memutuskan untuk memutar langkahnya dan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya.
***
"Gimana gue bisa percaya sama lo Ken, sedangkan lo gak bisa percaya sama gue!"
"Tere juga kembaran gue, apapun yang terjadi sama dia, gue berhak tau!"
Teresa mengerjab mendengar pekikan Tarina. Apalagi Taraga yang sama sekali bingung mendengar ucapan kembarannya itu.
"Atau lo juga udah tau Tar?" todong Tarina pada Taraga. "Alesan kenapa Tere gak mau kita ngelaporin kejadian kecopetan malem itu?"
"Ri..." Teresa berusaha menghentikan ucapan Tarina.
Taraga menggeleng demi menunggu Tarina kembali bersuara.
"Karena emang gak pernah terjadi kecopetan, Tere sengaja ngebuang HP nya supaya Adevin gak bisa ngehubungin dia." ucap Tarina dengan nada datarnya.
Taraga membelalakkan matanya demi mendengar ucapan Tarina, "Lo serius Re?"
"Tante Vio minta Tere-"
"TARINA, SHUT OUT!!" potong Tere
"Ngejauhin Adevin!!!!!! Puas lo sekarang udah ngebohongin kembaran lo sendiri, huh?!" balas Tarina juga memekik.
Plaaak
Bekas telapak tangan Kanan Tere sudah membekas merah di kulit pipi kiri Tarina, "Lo cuma bisa ngomong! Lo pikir gue mau ada di situasi ini?! Nggak Ri!!"
"Lo cuma bisa ngomong karena lo gak pernah tau rasanya jadi gue..." lanjut Teresa yang kini memilih berpegangan pada meja belajar Tari demi menumpu badannya yang terasa lemas usai menampar kembarannya.
Sedangkan Tarina, gadis itu tersenyum kecut merasakan denyutan nyeri yang tertinggal di pipi kirinya, "Karena lo gak pernah sepenuhnya percaya sama gue sebagai kembaran lo Re."
Kenan meraih pipi Tarina untuk memastikan tunangannya itu baik-baik saja. Namun, masih dengan tatapan tertuju pada Teresa, Tarina menyingkirkan uluran tangan Kenan di pipinya.
"Tolong jangan bilang Taraga egois kalo lo sendiri juga egois." tutur Tarina dengan air mata kembali siap meluncur. "Gue kecewa sama lo."
Setelah meraih ponselnya, Tarina berlalu meninggalkan kamarnya tanpa lupa mengambil tas kecil yang ia gantung bersama beberapa jaket.
"Tarina." panggil Kenan dari tempatnya berdiri namun tak ada pergerakan yang ia lakukan.
"Re, lo hutang penjelasan sama gue." tutur Taraga kemudian ia juga berlalu dari kamar Tarina.
***
Daaah lah🤟
Kalo ditamatin sampe sini aja, gimana?Actually, aku udah nyiapin sequel buat MT3T + TWH ini yang aku collab sama work pertama aku yang judulnya 'AREEYATA'
6:16 AM
14/05/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅
Teen Fiction{Season 2 dari cerita My Twins~3T} Dipersatukan kembali, bukanlah akhir kisah mereka. Welcome Home. » Taraga Abigael » Teresa Abiriel » Tarina Abiel Saran aja, baca dulu My Twins ~ 3T nya yak🤭 Start. : 1 Januari 2020 Finish : 16 Mei 2020 {My 5th w...