3T ~ Perkelahian

1.3K 74 4
                                    

"Besok berangkatnya barengan aja." usul Taraga yang duduk sendiri di kursi penumpang belakang mobil Adevin.

Teresa duduk di sebelah Adevin yang sedang sibuk mengemudi.

Sedangkan Tarina pulang bersama Kenan, beserta dengan koper-koper dan barang belanjaan mereka.

Taraga lebih memilih menumpang mobil Adevin karena ia bilang, bodo amat Kenan dan Tarina mau berbuat apa, karena mereka telah bertunangan. Sedangkan Adevin dan Teresa masih harus ia pantau setiap saat.

#TaragaMendadakNgabang

"Iya juragan, siap 68." sahut Adevin.

"86 kali." timpal pacarnya, Teresa.

"Gak 69, tuh?" sahut Taraga dengan tanpa dosanya.

"Gue bilangin bunda lo!" pekik Teresa.

"Heh! Lo tau apa soal 69?!! Gue bilangin bunda lo, orang 69 angka terakhir nomor mantannya Adevin,"

"Ihh parah lu, Re, gue bilangin bunda lo." goda Taraga.

"Kok Cahaya bisa mau sama lo sih, curiga lo jampi-jampi tuh anak orang." jawab Teresa tak mau kalah.

"Udah lah babe, biarin yang kesepian cari perhatian." kekeh Adevin mengundang tawa Tere serta amukan Tara.

"Sialan lo!" umpat Taraga setelah usai melempari sahabatnya dengan bungkus camilan yang bertumpuk di kursi penumpang belakang.

Di mobil Kenan,

Alunan musik terdengar memenuhi seisi mobil, meredam sepinya dua manusia yang berada di ruang sama itu.

"Tar."

"Ken."

Keduanya sama-sama diam.

Sedetik kemudian tidak ada yang melanjutkan ucapannya.

"Lo dulu-"

Lagi-lagi kata-kata yang sama terucap di waktu yang hampir bersamaan.

"Ladies first." Kenan menunjuk Tarina untuk memberinya kesempatan berbicara.

"Sorry kalo telat nerima kehadiran-"

"Gak jadi ladies first kalo gitu, gue juga mau bahas ini." potong Kenan dengan cengirannya.

"Cowok yang bakal jagain dan bertanggung jawab sama cewek, jadi gak ada telat soal ini Ri, kamu bisa nerima ini semua aja aku udah bersyukur banget."

Grep.

Tarina terkesiap saat satu tangan Kenan tiba-tiba menggenggam punggung tangannya.

"Jangan mikir yang berat-berat, anggep aja kita sekarang pacaran,"

"Jadi pacar aku ya, Ri." kata Kenan.

Tttiiiiiiiiin.

Keduanya menoleh bersaman.

***

"Woeee! Pacaran mulu, buruan masuk! Mobil gue gak bisa lewat, lanjut di sono aja, malah ngalangin gerbang lo!" usir Adevin membuat Kenan terkekeh.

"Ganggu suasana, anjir." sahut Kenan juga terkekeh.

Akhirnya kedua mobil itu masuk saling bersusulan.

"Dah tunggu di luar aja, biar aku yang keluarin barang-barangnya." ujar Kenan melepas seatbelt nya.

Tarina mengangguk, "Makasih, Ken." ucapnya kemudian keluar.

"Re, mau kemana lu?!" pekik Kenan saat melihat Teresa berjalan menuju beranda rumah.

"Masuk lah." sahut Teresa tanpa menoleh.

"Barang lo, woe!" teriak Kenan.

"Ada Adev-"

"Udah buruan, ambil!" kata Kenan tak sabaran.

"Biasa aja kali Ken, orang barang-barang gue gak ngandung racun." sahut Teresa, dengan ketus ia mengambil kopernya.

"Sayang sini aku aja yang bawain." tawar Adevin.

"Gak usah!" Teresa menggeret koper dan menenteng bawaannya sendiri.

"Ken?" Taraga mengangkat kedua alisnya tak percaya atas sikap Kenan yang tiba-tiba membentak kembarannya.

"Gue gak maksud gitu, Tar." sahut Kenan mengeluarkan koper terakhir dengan santai.

Sedangkan di beranda sana terjadi perdebatan dramatis antara Adevin yang mencoba menenangkan Teresa yang terlanjur emosi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bughh.

Percekcokan itu berhenti seketika, dan teralihkanlah pandangan mereka.

"Taraga!!" Tarina menahan badan besar Taraga agar menjauh dari Kenan yang sekarang tersenyum miring.

"Gak maksud gitu, gimana? Tadi lo ngebentak Teresa!" ucap Taraga yang tersulut emosi.

Kenan kembali tertawa kecil. "Sekarang akhirnya lo care, ya."

"Huh?" Taraga menyeringai muak, "Lo ketawa, njing?! Sial! Becandaan lo gak tepat waktu, sialan!!" Taraga melepaskan tangan Tarina yang menahannya.

"Vin, buruan pisahin!!!" pekik Tere juga ikut berlari menuju halaman.

Sedangkan Taraga segera menghampiri Kenan dan kembali melayangkan tinjuannya ke wajah Kenan hingga ia terhuyung tumbang.

"Woee, woe, woe, Tar." Adevin menahan Taraga mati-matian agar bisa menjauh lagi.

Sedangkan Kenan masih terkapar di atas paving halaman.

"Sialan lo!" umpat Taraga lagi saat melihat Tarina dan Teresa membantu Kenan.

"Tara, udah!" pekik Teresa.

"Ken, kamu masih bisa berdiri gak?" tanya Tarina yang membantu Kenan duduk.

"Tar, Kenan sahabat lo bro," ingatkan Adevin pada Tara.

Saat Adevin lengah, Taraga kembali menghempaskan tubuh sahabatnya itu.

"Beda sahabat kalo udah berhubungan sama kembaran gue!!" Taraga kembali menarik kerah baju Kenan, dan memaksanya berdiri.

"Taraga!!!!" pekik Tari.

"Udah Tar, please, udah." mohon Tarina memegangi lengan Tara.

"Lepasin, Ri!!! Gue dorong lo, atau lo mundur sekarang?!" ancam Taraga.

Adevin segera menarik Tarina menjauh.

"Tara, jangan!!!" pekik Tarina selagi ia ditarik mundur oleh Adevin.

Taraga mengambil ancang-ancang untuk kembali menghajar Kenan.


***

Bentar, bentar, bentar ...
Pendek dulu di chapter ini, lanjut next chapter aja...

Tanggung soalnya kalo dilanjut di chapter ini🤭🤭

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang