3T ~ Kirain apaan

1.6K 88 0
                                    

          Setelah Taraga dan Teresa keluar dari mobil, Tarina masih memutuskan berdiam diri di mobil, ia masih memperhatikan ponselnya.

Sesekali ia menyandarkan kepalanya ke kaca mobil.

Sampai kemudian bundanya bersama mami Kenan, Celine, menghampirinya.

"Sayang, Tarina kenapa masih di mobil?" kata bundanya yang membuka pintu mobil.

"Temen-temen kamu sama undangan yang lain udah dateng loh." ajak bundanya lagi.

Tarina menonaktifkan ponselnya terlebih dahulu, kemudian keluar dan melenggang masuk meninggalkan ibu-ibu yang mengenakan pakaian senada itu di luar mobil.

Pertunangan Tari dan Kenan diadakan cukup meriah, dengan tamu undangan sebagian teman-teman mereka dan teman bisnis keluarganya.

"Ini dia yang bakal resmi woee." sambut Adevin yang segera dicubit oleh Teresa.

Tarina langsung menggandeng tangan Kenan tanpa perkataan, dan tanpa ekspresi.

"Seneng deh ngeliat kalian berdua." Cahaya tersenyum sambil memeluk lengan Taraga.

"Guys, kita kesana dulu ya." ucap Kenan menggandeng tangan kanan Tari.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

          Sekarang Kenan dan Tarina tengah berdiri di luar gedung.

"Tar, jujur, aku seneng banget kamu bisa ngebuka hati buat aku." kata Kenan memperhatikan tautan tangannya dengan milik Tarina.

Sedangkan gadisnya enggan bersuara.

"Tarina, kamu masih ngerasa terpaksa dengan pertunangan kita?" dengan besar hati Kenan melepaskan genggaman tangannya pada Tarina.

Sekelebat nyeri berdenyut di dada Tari, dan tiba-tiba matanya memanas.

"Aku gapapa kok Tar kalo emang kamu gak mau ngelanjutin, sebelum semuanya terlambat, kita bisa bilang mam-"

Tarina menunduk dalam, "Aku bingung Ken, aku gak berani bilang, sebenernya-"

"Sayang kok masih pada di sini sih?" kedatangan Abraham memotong penjelasan yang hendak Tari tuturkan.

"Pa, bisa bicara sebentar sebelum mulai acaranya?" ucap Kenan dengan tenangnya.

***

      "Maaf karena Tarina belum pernah ngomong sebelumnya, Tari bukan mau nolak pertunangan ini, tapi Tari cuma mau ngelanjutin pendidikan Tari."

Sekarang dua keluarga sedang berdiri di samping halaman gedung yang bersebelahan dengan taman. Suasananya cukup serius untuk sekedar berdeham saat ini.


"Seminggu lalu Tari dapat surel, Tari keterima di salah satu kampus besar di Melbourne, kampus impian Tari." Tarina menunjukkan layar ponselnya.

"Tapi Tari takut nyampain, setelah tau semua persiapan yang udah sejauh ini." Tari menundukkan kepala dalam-dalam.


Taraga dan Teresa turut cemas mendengarkan penuturan Tari yang masih menunduk.

"Hahaahaaa...." suara tawa berjamaah pecah, kecuali si kembar tiga yang saling bertatapan karena bingung.

"Hufft, aku kira apaan." Kenan mengusap ujung matanya yang basah karena air mata sisa tawanya.

"Tari, you know what? Inget obrolan kita di kafe waktu itu soal universitas yang kita harapkan?" Kenan meraih kedua tangan Tarina.

"Mel ... bourne?" kedua bola mata Tarina membelalak.

"Satu sama, kita juga belum kasih tau kamu soal keterimanya aku di kampus yang sama kaya kamu."

"Sebenernya bunda sudah tau kita berdua lolos, dan itu bukan hal buruk kan?" Kenan terkekeh bahagia.

"Ha ... haha ... haa." tawa ketidakpercayaan Taraga dan Teresa bersamaan mencuat.

"Merasa terasingkan gak sih kita Re, kita gak tau apa-apa." ucap Taraga memelas pada Tere.

"Yaudah kalo kalian maunya main rahasia-rahasiaan, kita ngambek ya Tar." jawab Teresa merangkul Taraga dengan sedikit berjinjit meskipun sudah memakai high heels.

"Gak gitu sayang." bundanya meraih tangan Tere dan Tara.

"Eits, tapi, tapi...." Taraga melepaskan tangan bundanya secara lembut.

"Re, kasih tau." ujar Taraga dengan sombongnya.

"Sebelumnya aku sama Tara mau minta maaf," ucap Tere dengan dramatisnya.

Sekarang berbalik keadaan, Kenan dan Tari serta keluarganya yang penasaran.

"Kita berdua mau pergi." ucap Tara dengan seriusnya.

"Huh?" Kenan membelalak.

"Ke kota dimana mama sama papa dulu pertama kali ketemu." sambung Tere.

"Victoria?!!" ucap Papa Kenan.

"Monash University, Design Graphic" Taraga mengedikkan kepalanya pada Tere.

"Sience, University of Melbourne." Taraga menyodorkan tangannya dengan sombong pada kerumunan.

"Unimel? Suwombonggg!!" Kenan memukul pergi tangan Taraga.

"Kedokteran Monash University, gak mau sombong." kini giliran Kenan yang memberikan tangannya.

"Sialan lo Ken, lo keterima dimana Ri? Ambil apa?" tanya Tere.

"Monash, Business Administration." jawab Tarina.

"Wahhh, di kampus yang sama nih." goda Celine, mami Kenan.

"Btw, Adevin jadi di Arsitektur  Newcastle kan?" tanya Kenan dijawab anggukan oleh Tere.

"Cahaya?" tanya Wina.

"LDR-an bun, Cahaya di Singapore." jawab Teresa terkekeh.

"Lu juga LDR anyway." Taraga balas tertawa.

"Yaudah ayo masuk, kita mulai acaranya." ajak Abraham.

***

Gak langsung terbang ya mereka.
Kuliahnya masih rada lama, jadi di Indo dulu sementara🤟

20/01/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang