3T ~ Keluarga

1.6K 74 1
                                    

         "Mbak, Mas, maaf ganggu, ibu pesen untuk siap-siap, habis ini mau makan di luar katanya." ujar Mbak Lis yang tadi usai mengeluarkan minuman.

"Huh? Makan di luar? Kayanya Mbak Lis tadi masak?" ucap Teresa.

"Saya hanya menyampaikan mbak, kalau gitu saya permisi." pamit Mbak Lis.

"Ish, ini mau ngapain sih sebenernya?" rengut kedua gadis berwajah sama itu saat bersamaan mereka meninggalkan ruang keluarga.

"Gue pinjem baju lo deh, Tar." ujar Kenan.

"Lah, kan baju lo yang habis keujanan ada di mari pea, tanya bini lo sono." sahut Taraga kemudian berlari kecil ke arah tangga dan segera pergi ke kamarnya.

"Gue masih penasaran, ini kenapa mau batalin perjodohan pake segala makan malem bareng ya?" cicit Kenan berjalan menuju kamar Tarina.

"Lah, gue ngapa mikir ke sono? Amit-amit dah dibatalin, gue mau nikah aja sama Tari." Kenan menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

.
.
.
.
.

          "Ini mau makan malem apaan sih? Kenapa lo bedua malah digiring masuk sini juga?" tanya Kenan yang masih berdiri di depan kaca lebar yang melapisi pintu lemari Tarina.

"Mana gue tau." sahut Taraga menggeser Kenan untuk ia membenahi kemeja yang dikenakannya juga.

"Iya, mari silahkan duduk, anak-anak masih ada di dalam." itu suara Wina.

"Sst, berisik kalian." Tarina yang sudah siap sejak tadi, segera menempelkan telinganya di pintu kamarnya.

"Kok rame sih?" bisik Teresa yang sekarang juga turut menempelkan telinganya di pintu bersama dengan Taraga dan Kenan.

"Geser dikit Ken, gue gak bisa denger." cicit Teresa.

"Lo nunduk aja, Re, tuh tuh kaya Tari tuh." tutur Taraga.

"Apa gue bakal langsung dinikahin malem ini ya?" cicit Kenan.

Plaak

Sebuah pukulan ringan dari Tarina langsung saja mendarat di paha Kenan.

"Panas..." pekik Kenan tertahan.

Dugh.

Keempat sisi telinga itu bersamaan bertabrakan dengan kerasnya pintu kamar Tarina.

"Aaaaw." pekik mereka serempak.

"Kalian ngapain di belakang pintu?" tanya Wina yang panik melihat keempatnya meringis kesakitan.

"Kenapa rame-rame bunda?" tanya Taraga menjawab pertanyaan bundanya.

"Llah, Vin..." ucap Kenan yang pertama kali keluar dari kamar Tari. "Tere, ada Adevin." lanjutnya Kenan.

***

          "Mbak Wina, Pak Abraham, saya ingin menyampaikan maaf terlebih dahulu sebelum bicara lebih jauh. Teresa, masih inget omongan Tante waktu di Melbourne empat tahunan lalu?" tanya wanita yang duduk di seberang Wina.

Teresa mengangguk, "Jujur tante malu ngomong maaf sekarang sama kamu, tante yang nyuruh kamu mundur buat ngejauhin Adevin cuma gara-gara banyak orang yang bilang keluarga tante ngedompleng nama perusahaan keluarga kamu."

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang