3T ~ Welcome home

2.1K 101 2
                                    

"Kembaran adik baik-baik aja, cuma keseleo biasa, saya kasih obat oles." ucap dokter pada Tarina dan Cahaya yang menemani Teresa.

"Terimakasih, dok." ucap Tarina pada dokter yang kembali ke meja kerjanya itu.

"Udah dibilang gue gak kenapa-napa juga." bisik Teresa.

"Ya kan pacar lo yang maksa bawa lo ke sini." jawab Tarina juga berbisik.

"Yaudah gue panggilin Adevin sekarang ya?" ucap Cahaya beranjak.

"Oke, thank you ya Ca." ucap Tere.

"Gue ambil resep nya dulu." Tarina juga beranjak.

"Tari, makasih ya udah khawatirin gue." tutur Tere membuat langkah kembarannya sempat tertahan untuk sekedar menoleh padanya.

Tarina hanya tersenyum satu garis sambil mengedikkan bahunya, lalu ia kembali melanjutkan langkah untuk menemui dokter.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ini nama obat oles nya." ucap dokter itu sambil menyodorkan secarik kertas dengan tulisan aneh pada Tarina.

"Oh iya dok." Tarina menerima kertas itu.

"Dokter, kalo misalkan setelah ini kaki kembaran saya dikompres boleh gak?" lanjut Tarina bertanya.

"Boleh, bahkan akan lebih membantu, gunakan kompres dingin, supaya pendarahnya bisa cepat dibekukan ya." pesan dokter.

"Baik dok, terimakasih banyak Dokter Fania." ucap Tarina berjabat tangan dengan wanita itu.

"Sama-sama." jawabnya sambil tersenyum ramah.

"Saya permisi dulu dok." pamit Tari kemudian keluar setelah melihat Tere sudah tidak lagi terbaring di atas brankar.

***

Begitu tiba di rumah, hari sudah menjelang malam.

Adevin memapah Tere untuk duduk di ruang tamu.

"Tari, obatnya tadi mana?" teriak Taraga yang mengekor Adevin dan Tere.

"Jangan dulu." teriak Tari dari arah dapur.

"Lah, jangan dulu gimana?" susul Taraga berjalan ke dapur.

"Udah lo diem aja, jangan banyak a,b,c." jawab Tarina yang menuangkan beberapa bongkah ice cube ke atas handuk putih kecil yang di bentangkannya.

"Password HP gue apaan? Tere bilang cuma lo yang tau." -Tara

"Cuma gue sama Tuhan yang tau, tapi Tere lebih penting sekarang, udah minggir, minggir, gue mau lewat." Tarina membawa handuk basah berisi ice cube tadi bersama sebuah mangkuk.

"Jalanannya masih luas kali." ucap Taraga namun akhirnya ia mengekor juga di belakang Tarina.

.
.
.
.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sini lurusin." ucap Tarina duduk di bawah sofa yang diduduki Tere.

"Huh??" Teresa mengangkat kedua alisnya tidak mengerti.

"Ckk," decak Tari kemudian mengangkat kaki kiri Tere ke meja yang sejajar dengan tinggi kursinya.

"Gue gak bakal gerogotin kaki lo kok." ucap Tari mulai menempelkan kompresannya ke pergelangan kaki Tere.

"Sini gue aja sendiri." kata Tere berusaha meraih kompresan dari tangan Tari.

"Jarang-jarang gue mau baik sama lo, diem aja susah banget sih?" Tarina tetap bersikukuh dengan kompresannya.

Sedangkan Taraga yang duduk di sofa sebelah mencebikkan bibir, dan Adevin yang berdiri di samping sofa Tere mengangkat alisnya tak percaya.

"Nanti setelah mandi baru lo olesin obat ini." dengan satu tangannya yang bebas, Tarina menyodorkan kantong keresek berisi sebuah obat oles.

Teresa hanya mengangguk.

***

"Tar." tanpa mengetuk pintu, Taraga membuka pintu kamar Tarina saat Adevin mengantarkan Tere ke kamarnya di lantai dua.

"Hmm?" sahut Tari yang terlihat sedang menggantung sling bag nya di lemari.

Tidak ada jawaban dari Taraga, hingga menuntut Tari untuk segera menoleh.

Dilihatnya sang kembaran duduk di bibir kasurnya sambil menatapnya.

"Tanggal lahir lo." ucap Tarina.

"Kenapa tanggal lahir?" tanya Taraga.

"Password HP lo kan?" sahut Tarina.

Taraga mengedik sambil mengeluarkan ponselnya dari saku.

"Tanggal lahir kita." ralat Tara sambil merebahkan diri di kasur Tari tanpa mencoba membuka password ponselnya.

"Kita? Kesambet apaan tadi lo di rumah sakit?" ejek Tarina sambil membereskan meja belajarnya yang berantakan.

"Gue ngerasa kembali punya rumah." tutur Tara dalam pejamnya.

"Emang dulu-dulu bunda sama papa ngusir lo dari sini?" ucap Tarina dengan enteng.

"Kalo aja papa sama mama masih di sini, pasti mereka juga bakal seneng ngeliat kita hari ini." kata Taraga masih memejamkan matanya.

"Gue yakin papa sama mama selalu bahagia di atas sana." ucap Tarina menghentikan kegiatannya, dan menundukkan kepalanya agar air matanya tidak luruh di pipinya.

***
Huhuuuuu🤧😚😚.
Welcome home Taraga🧡🧡🧡🤟🎉

Dan selamat belajar kembali buat klean yang udah mulai masuk sekolah🤭

06/01/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang