3T ~ Alibi Teresa

1K 64 9
                                    

          "Kamu istirahat aja, biar aku yang nunggu Tere puling, nanti kalo Tere sampai, aku bangunin." bisik Kenan saat melihat Tarina yang sesekali mencoba kembali bangun dari kantuk yang menghampirinya.

"Aku tu-"

"Tari... sekali ini aja nurut sama aku, ya?" mohon Kenan setengah merebahkan badannya untuk mengambil laptop yang masih berada di pangkuan Tarina.

Gadis itu kemudian menurut dengan segera membenahi posisi tidurnya.

"Selamat istirahat." ucap Kenan usai mematikan laptop Tari dan ia segera keluar dari kamar tunangannya itu dan beranjak ke ruang tengah.

"Gimana Tar? Lo udah ketemu Tere belum?" bisik Kenan yang tengah menempelkan ponselnya di telinga.

"Susah Ken, gue bingung harus nyari ke mana."

"Gue ke jalan depan ya? Kalo misal Tere pulang biar gue cepet kabar-"

"Gue ngeliat Tere! Udah dulu ya Ken."

"Kenapa, Ken?"

Kenan yang baru saja memutus telfon dengan Taragapun segera menoleh, dan ia mendapati Tarina yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Huh? Nggak, aku habis terima telfon dari mami, kamu kenapa masih belum tidur?" ucap Kenan menghampiri Tarina.

"Aku gak bisa tidur, aku mau nungguin Tere aja."

"Kamu juga butuh istirahat, Tari, ayo istirahat." Kenan mengambil bahu Tarina dari belakang dan mendorongnya pelan untuk memasuki kamar.

"Kalo kamu ngebantah disuruh tidur, artinya aku akan tetep di sini buat mastiin kamu tidur, kalo kamu masih gak tidur juga, aku yang akan buat kamu tidur." ujar Kenan sambil membenahi selimut Tarina.

"Iya ini tidur, tapi gak usah diliatin." tutur Tarina kemudian memalingkan badannya membelakangi Kenan yang masih berdiri bersedekap dada di samping tempat tidurnya.

***

        "Tere, stop!!!"

Pekik Taraga dari sebuah taxi berseru pada penumpang di satu taxi lainnya.

Sang penumpang pun segera menoleh, menyadari bahwa Taraga yang memanggilnya, Tere segera menghentikan supir taxi yang ditumpanginya.

Kedua taxi itu beriringan berhanti. Baik Teresa maupun Taraga, keduanya seolah melompat keluar dari mobil taxi itu.

Tanpa gengsi lagi, Teresa tak memperdulikan ia berdiri di pinggir jalanan yang ramai. Teresa berhamburan memeluk Tara dan ia menangis dalam dekapan Taraga.

"Hei, lo kenapa?" bisik Tara masih mempertahankan pelukannya mendekap Teresa.

Tere menggelengkan kepalanya, "Bilang sama gue, Adevin apain lo?"

Teresa kembali menggeleng, "HP gue ilang, gue kecopetan pas di Trem tadi." tangis Tere meluapkan emosi dalam dirinya.

"Udah, udah gapapa, nanti kita urusin ya, sekarang kita balik dulu." ujar Taraga berusaha menenangkan Tere yang masih sesenggukan.

"Ada yang ganggu lo tadi di Trem?" tanya Taraga lagi.

Teresa mengangguk, "Gue takut Tar." alibi Teresa masih dengan sesenggukannya.

"Lo tadi naik Trem apa? Besok gue laporin ke kantor polisi biar bisa di cek ya." kata Taraga masih berusaha menenangkan Tere.

"Gu-gue gak tau itu Trem apa, gue langsung turun begitu copetnya kabur, dan habis gangguin gue."

"Huhft, yaudah kita balik dulu aja ya, gak usah pikirin apapun, sekarang ada gue." tutur Taraga.

***

          "Re, sebelum lo istirahat, mau ngomong sama Adevin dulu gak? Dia nelfonin Kenan dari tadi." ujar Taraga saat kedua remaja berwajah mirip itu masih berada di dalam lift.

Teresa menggeleng singkat, "Jangan bilang apapun soal malem ini sama Adevin ya Tar, gue gak mau bikin dia khawatir apalagi sampe bikin dia ngerasa bersalah." lirih Teresa.

Taraga mengangguk mengerti.

"Besok lo gak perlu ikut riset deh Re, lo istirahat aja." lanjut Taraga sambil lalu membukakan pintu unit kedua kembaran perempuannya.

"Kayanya gue emang gak mau hadir deh, gue masih capek banget malem ini." cicit Teresa beranjak masuk.

"Tere, lo gapapa?" bisik Kenan begitu melihat kehadiran Taraga dan Teresa di unit itu. Sejak Tarina terlelap, yang ia lakukan hanyalah mondar-mandir di depan ruang TV tak lupa menepuk-nepukkan ponselnya dengan satu telapak tangannya yang lain.

"Gapapa, Ken." sahut Tere.

"Re, lo langsung istirahat ya." Tara segera menggiring kembarannya menuju kamar. Usai memastikan Tere telah bergelung sempurna di balik selimut tebalnya, Taraga pun kembali ke ruang TV.

"Tarina udah tidur, Ken?" tanya Taraga balik berbisik.

Kenan mengangguk demi menjawab pertanyaan Taraga. "Kita ngomong di sebelah aja." bisik Tara menarik Kenan keluar dari unit Tarina dan Teresa.

"Tere habis kecopetan, kayanya dia shock banget, tadi dia keliatan ketakutan banget pas gue ketemu dia." jelaskan Taraga sembari keduanya mulai memasuki unit yang mereka tinggali.

"Serius lo? Di mana? Lo udah kabari Adevin belum-"

"Tere minta supaya gue gak ngomong sama Adevin, dia takut Adevin khawatir dan malah nyalahin dirinya sendiri." potong Taraga.

"Iya juga sih, mana vertigo Tante Vio lagi kembuh juga kata Adevin, kita sama-sama tau gimana pontang-pantingnya Tante Vio kalo lagi kambuh." tutur Kenan mengerti.

"Yaudah lah gapapa, yang penting sekarang Teresa aman, dia cuma keliatan agak shock aja." kata Taraga.

"Lo istirahat aja Ken, thanks udah bantu gue bikin Tarina gak tau soal kejadian Tere malem ini." lanjut Taraga tak lupa menepuk pundak Kenan sebelum ia masuk ke kamarnya.

***

Yohooo, dengkiu buat yang masih ngikutin cerita aku🖤
Dengkiu juga buat yang udah Vote dan komen🤟



5:15 PM
12/05/2020

TRIPELTI : Welcome Home [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang